Peduli

42 7 2
                                    

Tuutt!!!

Getaran dari ponsel Oppo itu bergema di ruang tamu kecil ini, sebuah tangan yang diperban meraih ponsel itu dan mengangkat panggilan yang masuk ke ponsel berkepemilikan Micha.

"Hallo?" suara panik langsung dikeluarkan saat panggilan itu dijawab.

"Kamu dimana sekarang sayang? Kenapa belum pulang juga? Pak Suroko nunggu kamu di sekolah sejam tapi nggak muncul-muncul, kamu kemana? Kamu baik-baik aja kan sayang."

Micha menjauhkan ponsel itu dari telinga nya, suara lantang milik mama nya membuat telinga Micha berdengung. "Mamaa.." tegur Micha pelan saat mama nya itu tidak juga berhenti bicara. "Ngomong nya pelan-pelan aja, Micha baik-baik aja kok. Nggak usah khawatir." Micha memutar bola mata nya ketika mama nya kembali mengoceh ria tanpa jeda.

"Mamaaa!!" bentak Micha. "Micha tu bukan anak kecil lagi, Micha bisa jaga diri Micha sendiri. Jangan bikin Micha kayak bocah." ocehan panjang mama nya itu pun berhenti.

"Orang tua mana yang nggak khawatir. Seharus nya kamu udah pulang sejam yang lalu, ini hari pertama kamu sekolah loh, masak kamu telat pulang?"

"Iya, iya. Ntar lagi Micha pulang." Micha langsung memutuskan panggilan itu. "Siapa?" pertanyaan itu terlontar dari mulut Bu Rasih. "Mama." jawabku singkat yang diberi anggukan berulang dari bi Rasih. "Micha pulang dulu, kalo Hari balik dan nanyain Micha, bilang Micha udah pulang ya bi."

Bukan nya menjawab, bi Rasih malah mengernyit kebingungan. "Siapa Hari?" tanya bi Rasih. "Anak bibi itu, yang nyelamatin saya." jawab Micha. Bi Rasih menghela nafas dan berkata, "Nama dia itu Marga, bukan Hari. Ada-ada aja kamu." senyum bi Rasih.

"Ha? Tapi di-" aku membuang wajah ku dan kembali berkata, "Ah udah lah gak penting juga. Bilangin makasih sama anak bibi ya, saya pulang dulu. Permisi." aku mendapatkan anggukan dan senyuman manis dari bi Rasih. Segera aku keluar dari rumah itu dan pergi meninggalkan perkarangan kompleks ini.

Jarak rumah Marga dan aku ternyata tidak terlalu jauh, hanya beda alfabet kompleks saja. "Kira-kira, dia nemuin bekas bius nya nggak ya?" gumam Micha di tengah-tengah jalan nya menuju pulang.
***
Sampai sudah Marga dan Galuh di depan gerbang sekolah. Sekarang sudah pukul 15.37 WIB, gerbang sekolah sebentar lagi pasti akan tertutup. "Gal, Lo cari sapu tangan, atau benda lunak yang berbau bius, Lo kan pinter." seru Marga saat turun dari atas motor nya.

"Gue anak IPS bukan IPA." jawab Galuh datar. "Sama aja, sama-sama sekolah kok." Marga pergi meninggalkan Galuh dan mulai mencari jejak dari bius itu, berharap agar pelaku itu bodoh dan membuang bekas bius itu di sekitar area sekolah ini.

Marga mengecek semua tong sampah dari luar gerbang hingga ke tempat parkiran, bahkan di dalam post pun Marga sudah mencari nya, tapi nihil tidak ada jejak sama sekali. Balok yang digunakan pun tidak ditinggalkan disini. "Sial, pinter juga tu orang." gumam Marga yang geram sendiri.

"Gimana Gal? Nemu?" tanya Marga saat melihat Galuh di depan nya. "Nggak ada, bahkan gue cari diselokan pun kosong." Marga mengangguk-anggukkan kepala nya. "Pelaku nya pinter Ga." sahut Galuh di seberang Marga yang berjarak kisaran 3 meter. "Iya," jawab Marga lesu. "Mungkin lain kali." sambung Marga.

Mereka saling menatap dan memutuskan untuk pulang, rumah Marga dan Galuh searah, bahkan satu kompleks, hanya beda alfabet kompleks nya saja. Mereka menaiki motor itu, dengan Marga yang mengendarai nya. "Maaf nih Gal ngerepotin Lo segala." sahut Marga di sela-sela mengenakan helm nya. "Santai aja." Marga menghidupkan mesin motor nya dan pergi meninggalkan perkarangan sekolah itu untuk pulang.

Di balik pohon Pinus itu, seseorang memerhatikan gerak-gerik mereka. Dengan pakaian serba hitam, dan Hoodie hitam yang menutupi sebagian wajah nya. Tanpa sepengetahuan siapapun, orang itu sedang melakukan panggilan suara dengan seseorang. Simrk jahat nya terlihat saat panggilan suara itu di matikan, dia memasukan ponsel nya kedalam Hoodie hitam itu dan pergi menjauh dari sana.
***
"Kamu itu seharus nya ngasih kabar! Bukan nya kayak gini, ke rumah temen sore-sore memang nya kamu punya teman?!" bentakan Reyhan memenuhi ruang tamu sore ini. Baru saja Micha sampai di rumah dia sudah disemprot papa nya dengan cacian dan amarah.

Step By Step[On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang