D E U X

10.6K 911 147
                                    

Taehyung bersyukur. Sangat amat bersyukur dengan kehidupannya selama tiga bulan terakhir ini. Menjadi asisten rumah tangga ternyata tidaklah seburuk yang orang-orang kira. Pekerjaan ini tidaklah sehina itu. Lagipula, mungkin ini definisi kehidupan layak yang dapat Taehyung rasakan.

Ia juga tak masalah. Tak masalah jika kamarnya hanya berupa petak kecil di belakang rumah. Tak masalah harus bangun kelewat pagi dan tidur nyaris tengah malam setiap hari. Ia juga tak masalah harus menekan rasa lelah saat mengerjakan pekerjaannya. Taehyung menjalaninya penuh syukur sebab masih diberi makan dan gaji. Ini sudah lebih dari—cukup.

Selama tiga bulan ini juga Taehyung ketahui—Nyonya Jeon, yang mana merupakan ibunda dari Jeon Jeongguk; majikannya, tidak tinggal serumah dengan sang anak. Rumah ini hanya diisi oleh sepasang suami istri; Jeon Jeongguk dan Jeon Hyerin. 

Dari yang Taehyung ketahui dari pekerja rumah yang lain, mereka sudah menikah hampir setahun. Hasil dari perjodohan Nyonya Jeon dengan sahabat lamanya semasa sekolah menengah dulu. Pernikahan impian kata orang-orang. Jeon Jeongguk yang tampan memang pantas disandingkan dengan Jeon Hyerin yang menawan.

Jeon Hyerin merupakan wanita yang cantik, anggun juga ramah. Di pertemuan pertama mereka, Hyerin bahkan membelikan Taehyung beberapa pasang baju. Taehyung bahkan tak menyangka—jika majikan yang mana seharusnya memerintahnya ini itu justru berlaku begitu baik dengannya. Tapi setelah ngobrol banyak hal dengan Bibi Song; kepala asisten rumah tangga, rupanya Hyerin memang se-'baik' itu. 

Pekerjaannya yang sebagai model kadang membuatnya absen berhari-hari untuk pergi ke luar negeri. Hyerin dikenal ringan tangan—suka membawa oleh-oleh kecil untuk para pekerja di rumahnya. Tak jarang Taehyung diberi beberapa barang-barang keluaran brand ternama. Usianya yang paling muda diantara para pekerja lain yang sudah setengah baya, membuat Hyerin menganggap Taehyung sebagai adiknya sendiri. 

Tak jarang mereka sering mengobrol. Taehyung yang asik mencuci piring dengan Hyerin yang duduk tak jauh dari Taehyung berdiri. Wanita itu akan bercerita mengenai pekerjaanya—tentang dia di depan kamera, tentang beberapa penggemarnya yang begitu menggemaskan, dan tentang bagaimana managernya yang selalu bawel jika Hyerin selalu datang terlambat. Majikannya itu juga bercerita tentang—rumah tangganya.

Taehyung tak mengerti—bagaimana sosok Hyerin yang menurutnya sempurna itu ternyata tak mampu meruntuhkan sikap dingin Jeongguk; sang suami. Pernikahan yang seharusnya sakral, dianggap hanya sebuah permainan bagi pria itu. Hanya ajang dimana Jeongguk yang tak kuasa menolak permintaan kedua orang tuanya.

Pernikahan mereka tidaklah seharmonis itu, kata Hyerin. Taehyung bahkan baru tahu jika kedua majikannya itu tidak tidur satu ranjang—beda kamar, bahkan. Hanya berjumpa saat pagi dan nyaris tengah malam, Jeongguk dan Hyerin bahkan jarang berbincang satu sama lain. 

Hyerin tentu memiliki rasa. Siapa juga yang bisa menolak pesona Jeongguk sang pemilik perusahaan batu bara ternama di Indonesia? Hyerin tentu senang—saat kedua orangtuanya memberi tahu perihal perjodohannya dengan pria itu. Tapi saat kemudian menyadari sifat kelewat dingin milik Jeongguk yang tak pernah berubah, Hyerin jadi ragu. 

Taehyung menyadari itu. Sifat kelewat dingin Jeongguk yang bahkan membuatnya merinding takut. Ada sesuatu dalam mata Jeongguk tiap kali mereka bersitatap. Sesuatu yang tak bisa ia jelaskan. Yang membuat Taehyung berkali-kali harus menunduk jika berbincang dengan pria itu.

Ia hanya berharap—tidak berbuat ulah dengan majikannya yang satu itu.



"Tolong antarkan ini ke ruang kerja Tuan, ya...." Bibi Song menyerahkan secangkir kopi hitam ke tangan Taehyung. Kemudian wanita paruh baya itu tergesa mengambil tasnya untuk pergi membeli beberapa kebutuhan yang ia lupakan. Umur yang hampir mencapai setengah abad memang membuat Bibi Song menjadi sedikit pelupa.

𝐂 𝐘 𝐀 𝐍 𝐈 𝐃 𝐄Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang