S I X

9.6K 887 110
                                    

Taehyung berdiri di sudut dapur dalam diam. Matanya memperhatikan bagaimana hangat yang tercipta dari pertemuan kedua keluarga itu. Bibi Song yang seharusnya berada di posisi Taehyung terpaksa harus beristirahat lebih dulu. Wanita paruh baya itu mengeluh sakit kepala padanya.

Berdiri di sudut dapur bukanlah hanya untuk memandangi interaksi keluarga yang berada di hadapannya. Tapi ia harus siap sedia saat majikannya membutuhkan sesuatu. Seperti saat ini, saat Jeongguk perintahkan dirinya untuk mengambil air hangat sebab tak ingin minum air biasa.

"Biar aku aja ya, Mas?" Hyerin hendak bangkit untuk ambilkan keperluan sang suami. Setidaknya menunjukkan jika ia melakukan tugas sebagai istri yang baik di hadapan sang mertua. Tapi saat tangan Jeongguk menahannya, Hyerin tak dapat lakukan apapun selain kembali duduk.

"Biar Taehyung melakukan tugasnya." Mata tajam Jeongguk terus awasi gerak-gerik sang pembantu. Bagaimana cekatnya Taehyung berjalan untuk penuhi permintaannya. Juga bagaimana wajah Taehyung yang begitu lucu sebab kentara jika laki-laki mungil itu takut padanya. Dan Jeongguk suka semua itu.

Sementara Taehyung hanya bisa berharap agar tak ada satu orang pun yang menyadari jika Jeongguk menatapnya begitu lekat. "Ini, tuan, air hangatnya."

"Ini buatan kamu kan, Tae?" Taehyung yang hendak balik ke posisinya kini tertahan saat Nyonya Jeon menunjuk cake buatannya. "Enak banget, loh, ini. Rasanya sama kayak di toko kue langgananku."

Nyonya Park yang mendengar ikut mengangguk, setuju dengan ucapan sang besan. "Iya, loh. Kamu cocok banget kalau buka toko bakery gitu."

Tersenyum canggung, Taehyung begitu malu dengan segala pujian yang ia terima. Padahal ia hanya ikuti resep seadanya yang ia peroleh dari internet. Tak menyangka jika kedua nyonya itu akan begitu menyukainya. "Terimakasih, nyonya. Tadi saya membuatnya bersama Mba Hyerin juga."

"Wah~ Pinter banget menantu mama. Gak salah memang mama cari menantu." Mama Jeon memberikan dua jempolnya pada Hyerin. Gadis yang kini ikut tersipu malu sebab pujian dari sang ibu mertua. Tak sia-sia ia belajar membuat kue tersebut walau sebagian besar tetap Taehyung yang bekerja lebih banyak. "Lain kali kalau kamu buat, antar ke rumah mama, ya?"

Taehyung yang sudah kembali pada posisi semula bisa lihat bagaimana wajah sumringah Hyerin yang menghangatkan hatinya. Apalagi saat Hyerin ikut tersenyum ke arahnya juga layangkan sebelah jempolnya, seolah menyampaikan jika ia berterimakasih atas bantuan Taehyung.

 "Siap, ma. Apapun permintaan mama sebisa mungkin Hyerin kabulkan." Jawab Hyerin begitu semangat. Senang dengan respon positif dari sang ibu mertua. Apalagi melihat ayah dari sang suami yang ikut tersenyum bahagia.

Tersenyum senang, Nyonya Jeon terpikir akan satu hal yang begitu ia damba sedari dulu. "Kalau gitu—mama minta cucu boleh dong?"

Tersedak saat meminum air hangatnya, Jeongguk mengutuk sang ibu dalam hati. Apa pula permintaan seperti itu? Lagipula di awal pernikahan, Jeongguk sudah sepakat untuk tidak memiliki anak sebelum Jeongguk siap menerima Hyerin sebagai istrinya. Dan ia tak mungkin mengabulkan permintaan sang ibu begitu saja. Menyentuh Hyerin saja—ia tidak pernah.

"Ma—"

"Doain aja semoga cepat jadi ya, ma. Kita berdua udah berusaha yang terbaik kok. Apalagi Mas Jeongguk masih sibuk banget sama perusahaan. Mungkin kami dikasih waktu untuk berdua dulu." Sebelum sang suami mengeluarkan ucapannya, Hyerin sudah lebih dulu menenangkan sang ibu mertua. Tak ingin kedua pasang orang tuanya curiga dengan rumah tangga mereka yang sebenarnya. 

"Ibu harap kalian gak ada rencana untuk nunda kehamilan ya, 'kan, Yah?" Ucap Nyonya Park sembari menoleh pada sang suami yang mengangguk sebagai jawaban. "Ibu dan Ayah sudah cukup tua. Kami ingin segera menggendong cucu."

𝐂 𝐘 𝐀 𝐍 𝐈 𝐃 𝐄Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang