O N Z E

9.9K 822 257
                                    


"Buang sayuran hijau itu, dan masukkan lebih banyak ayam ke dalam sendokku." 

Jeongguk merengut kala Taehyung memasukkan sayur bayam pada sendok untuk disuapkan padanya. Pria berahang tegas itu sangat membenci segala macam sayuran pahit yang kerap membuat nafsu makannya turun. Dan Jeongguk tahu betul jika ini kerjaan Hyerin yang kerap menyuruh Bibi Song untuk memberikan sayuran hijau itu padanya.

"Ma—Maaf, Tuan." Taehyung mengerucut sedih sembari menaruh kembali sayuran tersebut ke dalam wadahnya. Padahal sayur bayam ini menjadi salah satu sayur kesukaannya. Ya, sebenarnya Taehyung itu suka sekali memakan sayur. Sedikit sedih sih, sebab dulu kedua orang tuanya tak terlalu mampu untuk membeli ayam atau daging untuk disantap.

Jeongguk yang melihat reaksi Taehyung tak dapat tahan kernyit bingungnya, "Kenapa manyun gitu?"

Taehyung mengerjap lucu. Jeongguk yang tengah mengunyah mendekatkan wajahnya tanpa aba-aba. Terlampau dekat, bahkan. Hingga Taehyung dapat merasakan degub jantungnya berdetak dengan irama tak menentu. "Eung?"

"Gak usah bertingkah sok imut. Kau sengaja ingin membuatku luluh, ya?" Ujar Jeongguk dengan jarak yang begitu dekat dengan Taehyung. Bahkan terpaan nafasnya saja dapat Taehyung rasakan dengan semerbak aroma parfum mahal yang memanjakan indera penciuman.

Taehyung menggeleng cepat. Bingung juga sebenarnya saat Jeongguk menuduhnya sedang bertingkah imut yang mana tidak ia lakukan. Atau memang dasarnya saja Jeongguk yang tak suka melihat dirinya hingga apa saja yang Taehyung lakukan terlihat salah di mata sang majikan. "Eng—engga, kok."

"Kalau memang enggak, kenapa kau mengerucutkan bibir dan mengerjap lucu gitu? Ingin aku cium?" Jeongguk mengatakannya dengan gamblang. Pandangannya perlahan turun pada belah bibir Taehyung yang terlihat basah dan memerah. Hasrat untuk lumat kasar bibir itu seketika menyeruak penuhi pikiran pria dengan setelan jas hitam itu. "Atau kau mau menjadi santapan makan siangku?"

Tahan dada Jeongguk saat pria itu kembali mendekat, ia palingkan wajah miliknya saat sang majikan hendak mengecup bibirnya. "Tu-tuan—kita sedang berada di kantor." Nada suara Taehyung bergetar tolak afeksi yang Jeongguk berikan.

"Terus apa peduliku?" Celetuk Jeongguk acuh tak acuh dengan peringatan yang dilayangkan oleh Taehyung. "Lagipula ini kantor milikku. Gak akan ada orang yang berani masuk ke dalam ruangan ini sembarangan."

Melirik pintu yang tertutup rapat di belakangnya, Taehyung juga tahu jika tidak ada yang berani masuk ke dalam ruangan sang atasan. Pun apa yang ia katakan tadi hanyalah alasan belaka agar Jeongguk tak kembali menghajarnya siang ini. "E-eung—"

"Taehyung—" Bisik Jeongguk seraya membelai punggung belakang Taehyung yang buat laki-laki manis itu bergidik geli. "Aku jadi kehilangan nafsu makanku. Tapi kau membangkitkan nafsuku yang lain." Tambahnya lalu menggigit pelan cuping telinga milik Taehyung.

"Ta-tapi—"

Tangan Jeongguk kembali bergerilya menjelajahi pada pahatan sempurna wajah Taehyung yang buat dirinya terkagum; dalam hati. "Aku pikir hanya perasaanku saja, tapi dilihat dari dekat begini—berat badanmu naik, ya?"

Taehyung tersentak kaget walau apa yang Jeongguk bilang itu adalah benar. Terakhir ia menimbang berat badan, ia cukup terkejut begitu tahu jika ia naik lima kilogram dari berat biasanya. "Iya, Tuan."

"Pantas saja pipimu semakin gembul begini. Tapi tak apa—aku suka." Ujar Jeongguk yang lagi-lagi membuat Taehyung terkejut. Padahal awalnya ia mengira jika Jeongguk tak menyukai dirinya yang terlihat sedikit berisi kali ini. "Apalagi bagian belakangmu yang terlihat semakin menggiurkan."

𝐂 𝐘 𝐀 𝐍 𝐈 𝐃 𝐄Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang