S E P T

10K 814 136
                                    

Taehyung ingin berjumpa dengan adiknya. Ia rindu sekali. Menengok dari kejauhan pun tak masalah. Setidaknya mengetahui jika keadaan sang adik baik-baik saja sudah dapat membuatnya bernapas lega. 

Tapi masalahnya, dihari minggu seperti ini, Hyerin biasa tak berada di rumah. Ia akan pergi keluar bersama teman-teman juga manager pribadinya. Tentu saja Taehyung tak bisa sembarangan keluar rumah tanpa persetujuan dari sang majikan. Apalagi Taehyung tak punya nyali lebih untuk meminta izin pada Jeongguk. 

"Kau melamun, Kim Taehyung?" Suara berat itu buyarkan Taehyung yang asik melamun. Jeongguk dengan kebiasaannya yang suka muncul secara tiba-tiba memang selalu buat jantung milik Taehyung memompa lebih cepat. "Buatkan aku kopi. Tanpa gula." Perintahnya kemudian.

"Ah, maaf, Tuan Jeongguk." Menunduk dalam-dalam saat ketahuan melamun di tengah jam kerja, Taehyung bawa kakinya untuk bergegas membuatkan kopi. Setidaknya lebih baik menyibukkan diri ketimbang terjebak dalam suasana mencekam bersama dengan majikan dinginnya itu. 

Memilih bersandar pada meja makan sembari memperhatikan gerak-gerik Taehyung, Jeongguk yang mengenakan pakaian santai setidaknya terlihat lebih manusiawi. Ketimbang setelan jas hitam dari ujung kaki sampai ujung rambut yang menurut Taehyung mengeluarkan aura mematikan. "Mungkin nanti siang akan ada paket yang sampai."

"Uh?" Taehyung yang tengah sibuk membuat kopi sedikit mendongak ketika mendengar ucapan sang majikan. "Paket?"

"Ya." Jeongguk mengangguk kecil sembari menyeringai. "Paket itu untukmu."

"Un-untuk—saya, Tuan?"

Melangkah mendekati Taehyung yang berdiri kaku, Jeongguk tak sabar menunggu paket itu tiba. "Anggap saja itu hadiah kecil untukmu karena sudah membantuku tertidur kemarin malam. Aku harap kau mengenakannya dengan baik." Ujarnya lalu meraih segelas kopi itu dan beranjak pergi.

Taehyung belum sempat berterima kasih saat sang majikan sudah lebih dulu melangkah pergi. Mungkin kembali ke dalam ruang kerjanya saat ini. Dan Taehyung masih sibuk menerka-nerka—hadiah kecil apa yang Jeongguk berikan padanya.



Hyerin pulang dengan setumpuk paper bag belanjaan. Tentu saja dari berbagai macam brand ternama yang Taehyung yakini bernilai ratusan juta rupiah. Pernah sekali ia iseng mencari salah satu harga kaos yang Hyerin berikan padanya, dan Taehyung cukup terkejut dengan harga yang tertera. Gajinya satu bulan saja tak mampu untuk membeli kaos tersebut.

"Taehyung, tolong bawa ini semua ke kamar mba, ya?" Hyerin memisahkan beberapa paper bag belanjaan yang akan Taehyung bawa. Beberapa dapat Taehyung tebak berisi pakaian, tas dan dua pasang sepatu. "Habis itu bantu mba packing, soalnya seminggu kedepan mba ada pemotretan di luar negeri."

Mengangguk pelan, dengan segera Taehyung mengangkut semua paper bag itu. "Oke, mba."

Taehyung melangkah dengan hati-hati saat menaiki tangga, menitinya dengan pelan agar kaki miliknya tak tersandung lalu menjatuhkan semua barang berharga yang tak dapat ia ganti. Sedangkan Hyerin sudah menghilang menuju dapur, mungkin mencari Bibi Song untuk dibuatkan sesuatu.

Tapi Jeongguk kembali muncul tanpa ia duga hingga membuat keseimbangannya terganggu. Beruntung majikannya yang satu itu dengan sigap menangkap pergelangan tangannya. "Kenapa kau selalu terkejut ketika melihatku, hm?"

Kembali gelagapan saat mata tajam Jeongguk menatapnya, Taehyung tak mempunyai alasan yang bagus selain pada kenyataannya ia begitu takut dengan sang majikan. "O-oh—tidak, Tuan. Saya kaget karena tuan selalu muncul secara tiba-tiba."

𝐂 𝐘 𝐀 𝐍 𝐈 𝐃 𝐄Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang