—
Dua hari ini Taehyung dapat bernapas lega. Selain karena kerjaannya yang tak terlalu banyak, Jeongguk juga tak menampakkan diri di sekitarnya. Kalau kata Bibi Song, Jeongguk memang sudah tidak pulang ke rumah dua hari ini. Pak Lee selaku supir yang bekerja di rumah itu bahkan bilang jika Jeongguk menginap di kantor tempatnya bekerja. Bibi Song bahkan harus mengirim pakaian ganti melalui Pak Lee; supir yang bertugas mengantar jemput Jeongguk.
Tidak. Taehyung tidak mencari sosok majikannya yang satu itu. Dia bahkan bersyukur tak jumpai Jeongguk yang biasa selalu berhasil buat dirinya terkejut. Melakukan pekerjaannya dengan perasaan lapang dan damai benar-benar membuatnya senang.
"Taehyung?" Bibi Song datang dari arah dapur sembari membawa sebuah totebag. Melirik Taehyung yang tengah merapikan peralatan dapur, wanita paruh baya itu menyerahkan totebag itu padanya. "Tadi Bibi ditelpon sama Tuan Jeongguk..."
Perasaannya mulai tak enak. Padahal baru saja Taehyung bersyukur saat kehidupannya berjalan normal dua hari ini. Tapi saat dengar Bibi Song membawa-bawa nama sang majikan, ia tahu jika ada suatu hal yang harus dilakukan. "Eung—ada apa, Bi?"
"Tuan Jeongguk minta kamu anterin ini ke kantornya. Tadi Tuan telpon Bibi katanya minta dibawain makanan buat makan siang sama dokumen penting kantornya. Jadi, tolong kamu antar ya?" Bibi Song membuka sedikit totebag berwarna hitam itu. Menampilkan beberapa kotak makan siang yang sudah Bibi Song siapkan lengkap dengan sebotol minum. "Itu Pak Lee udah nunggu kamu diluar. Cepet ganti baju terus langsung anterin ini, ya?"
Tersenyum miris, tak mungkin juga Taehyung kuasa untuk menolak. Tapi sejauh yang ia ingat—saat Taehyung disuruh untuk mengantar sebuah kopi, ia justru melakukan kesalahan besar dan terjerumus dalam sebuah dosa.
"Tapi kerjaan Tae yang ini belum siap?" Taehyung menunjuk peralatan dapur yang masih berantakan. Beberapa masih berada di keranjang cucian dan belum ia keringkan serta masukkan ke dalam lemari penyimpan. Sengaja ingin mencari celah agar bukan dirinya lah yang mengantar itu pada sang majikan.
"Gak apa-apa. Biar ini Bibi yang lanjutkan." Bibi Song mendorong tubuh Taehyung untuk segera mengganti pakainnya. "Sekali-kali juga kamu keluar untuk melihat kantornya Tuan. Kamu semenjak kerja disinikan belum pernah pergi kemana-mana." Ujar Bibi Song dengan seulas senyum. Tanpa tahu apa yang terjadi sebenarnya di antara sang majikan dan Taehyung yang sudah ia anggap seperti anak sendiri.
"Iya, Bi. Tae ganti baju dulu, ya."
Dan Taehyung kembali mengalah. Memang dengan sikap tak enak hati yang sudah mendarah daging, Taehyung tak dapat menolak permintaan Bibi Song. Lagipula—Taehyung hanya harus mengantar makan siang saja, kan?
—
Pak Lee menurunkannya di Lobby Kantor. Terpaku akan gedung yang tidak ia sangka akan sebesar ini, Taehyung jelas terpukau. Kantor yang ia kira hanya akan terdiri dari dua atau tiga lantai itu ternyata lebih besar dari perkiraannya. Gedung ini bahkan begitu luas dengan tiga belas lantai yang tampak begitu elegan juga taman yang indah.
Dan untung saja Taehyung memakai pakaian terbaiknya. Mengenakan sebuah kaos putih yang dibalut dengan cardigan berwarna biru cerah tak membuat penampilan Taehyung tampak begitu buruk diantara orang-orang yang mengenakan setelan formal.
Melangkah mendekati meja resepsionis sesuai arahan dari Pak Lee, Taehyung dapati seorang wanita dengan senyum manis berdiri dibaliknya. "Eung—permisi, mba?"
"Ada yang bisa saya bantu?" Tanya wanita itu dengan nada begitu ramah.
"Saya ingin mengantarkan makan siang untuk Tuan Jeongguk. Kata Pak Lee, saya bisa menitipkan ini pada bagian resepsionis." Ujar Taehyung lalu menunjuk totebag yang ia bawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐂 𝐘 𝐀 𝐍 𝐈 𝐃 𝐄
FanfictionMenjadi seorang simpanan tak pernah terlintas dalam benak Taehyung walau kehidupannya berjalan begitu buruk. Hingga akhirnya ia menemui jalan buntu dan tak ada jalan lain selain menerima tawaran Jeongguk; majikannya. #kookv 🔞