H U I T

10.5K 775 55
                                    


Taehyung kembali pandangi selembar kain transparan yang bahkan tak pantas ia sebut sebagai pakaian. Sungguh, ia bingung sekali. Logikanya terus memaksa Taehyung untuk segera memakai baju laknat itu karena jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Tapi hati nuraninya menolak—ia sama saja seperti bertelanjang jika menggunakan pakaian itu.

Mengigit bibirnya cemas dengan langkah kaki yang terus bolak-balik mengitari kamar kecilnya, Taehyung bingung. Jantungnya berdegub begitu kencang saat tangannya mulai mengangkat pakaian transparan berwarna hitam itu. Ia jelas tahu—ia tak memiliki pilihan. Maka dengan menekan segala malu dan harga diri yang ia miliki, Taehyung mulai melepas satu demi satu kancing piyama yang tengah ia pakai.

Tapi, saat piyama yang tadi ia kenakan kini sudah tanggal dari tubuhnya—pintu kamar milik Taehyung justru terbuka lebar dengan seringai miring milik seseorang yang membuatnya merinding. Apalagi tatapan tajam yang dilayangkan orang itu seolah ingin menerkamnya saat ini juga.

"Wow." Pria itu menutup pintu di belakangnya dengan cepat. Tak lupa pula untuk menguncinya rapat-rapat. "Lihat apa yang aku dapat disini." Ujarnya masih tetap mempertahankan seringaiannya.

Taehyung cepat-cepat menarik kain transparan yang tergeletak itu untuk halangi tubuh bagian polosnya. Begitu terkejut karena ia tak sempat memakai pakaian apapun. "Tu-tuan—"

"Jangan salahkan aku yang mendatangi kamarmu, Kim Taehyung. Kau begitu lamban." Jeongguk terus maju membuat Taehyung ikut memundurkan langkahnya. Tak peduli jika bahkan tubuh pembantu kecilnya itu bergetar pelan. "Tapi tak apa—aku justru suka dengan pemandangan yang tersaji di depan mataku."

Meremat pakaian yang Jeongguk berikan di depan dadanya, Taehyung menunduk dalam. Ia tak dapat lagi melangkah mundur saat punggungnya sentuh lemari pakaian yang berada di belakangnya. Membuat sang majikan justru semakin gencar rapatkan tubuh mereka. Taehyung bahkan menahan napas saat tangan kekar milik Jeongguk mengukungnya untuk tak bergerak sedikitpun.

"Tatap aku, Taehyung." Nada datar itu buat Taehyung dengan cepat membuka matanya. Bertatapan langsung dengan Jeongguk jelas merupakan kesalahan besar. Karena sekarang, lutut Taehyung jadi lemas seketika. "Jangan salahkan aku yang akan menghukummu setelah ini. Salahkan dirimu yang tak kunjung datang ke kamarku tepat waktu."

Taehyung menggeleng pelan saat tangan Jeongguk mulai sentuh paha dalam miliknya. Menggeleng saat bulu kuduknya meremang pelan, Taehyung tahan mati-matian saat mulutnya hendak keluarkan erangan yang mungkin saja akan di dengar yang lain. "Tuan, a-aku—"

"Ini hukuman untukmu, Kim Taehyung. Jangan coba-coba memberontak. Apalagi mendesah. Kau bisa saja membangunkan seluruh pekerja dirumah ini dengan eranganmu." 

Tangan Jeongguk semakin naik untuk sentuh puting kecil milik Taehyung. Tersenyum miring saat mata laki-laki mungil itu kembali terpejam dengan tangan kanan yang membekap mulutnya sendiri. Sengaja mempermainkan benda mungil itu di antara dua jarinya, Jeongguk bawa bibirnya mengecup tulang selangka Taehyung. 

"Nghhh—hmpp."

Taehyung semakin menutup bibir miliknya rapat-rapat kala lidah kurang ajar milik Jeongguk sentuh pucuk dada miliknya. Terus membelai dengan tangan aktif menyentuh pucuk dada yang lainnya, Jeongguk semakin senang saat Taehyung mengalungkan tanganya di leher milik sang majikan. "Kau suka, jalang kecil?"

Mata sayu Taehyung terbuka saat Jeongguk menarik mulutnya. Melihat sang majikan yang membuka piyama tidurnya dengan cepat kembali membuat Taehyung palingkan wajah. Sadar akan wajahnya yang kembali memerah, ia pun bingung dengan reaksi tubuhnya tiap kali melihat Jeongguk bertelanjang dada. 

𝐂 𝐘 𝐀 𝐍 𝐈 𝐃 𝐄Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang