—
Dengan menekan rasa malunya hingga tak bersisa, akhirnya Taehyung memberanikan diri untuk mengunjungi apotek terdekat. Dengan bekal informasi seadanya yang ia peroleh melalui internet, jadilah ia membeli sebuah alat kontrasepsi darurat. Memilih untuk mengabaikan sang kasir yang menatapnya dengan raut wajah menyelidik, Taehyung dengan cepat keluar dari Apotek tersebut kala obat yang ia mau sudah didapatkan.
Disinilah Taehyung sekarang, menatap nanar pada satu strip morning pill yang baru saja ia beli. Bersembunyi di sudut dapur dengan segelas air putih, Taehyung menghembuskan nafas gugupnya. Jelas ini pengalaman pertamanya—pun, kalau ia terlahir seperti lelaki normal lainnya, mungkin ia tak perlu bersusah payah memikirkan kemungkinan dirinya yang bisa hamil.
Dan ia tak mau, jika Jeongguk; majikannya—akan mengetahui hal ini. Mungkin keadaan akan semakin buruk jika sang majikan mengetahui kondisi diri Taehyung yang sebenarnya. Atau bahkan akan bereaksi sama seperti kedua orang tuanya yang menendangnya keluar. Apalagi Jeongguk juga mengatakan, jika ia tidak akan bertanggung jawab atas hal-hal yang akan terjadi di masa mendatang. Maka keputusan untuk menyembunyikan jati dirinya yang sesungguhnya adalah keputusan yang tepat.
Usai menegak satu butir pil kecil itu dan meminum segelas air putih, Taehyung tersentak kala seseorang menepuk punggungnya. Begitu terkejut saat Hyerin lah yang berdiri di belakangnya. Maka dengan gerakan cepat nan kasat mata, Taehyung menyembunyikan strip obat tersebut pada saku celananya.
"Kamu lagi ngapain?" Tanya Hyerin saat melihat Taehyung yang membelakangi dirinya.
Taehyung memalingkan wajahnya dengan gugup. Padahal sudah hampir setengah hari ini ia sengaja menghindar dari majikannya yang satu ini. Ia merasa tak punya muka untuk berhadapan langsung dengan Hyerin. "E-eh—ini, Tae lagi—"
"Kamu sakit?" Ucapan Taehyung telak dipotong kala wanita itu melihat segelas air putih dengan bekas sobekan strip obat di atas meja. Juga wajah Taehyung yang terlihat pucat semakin membuat Hyerin yakin jika asisten rumah tangganya itu sedang tak enak badan.
Melihat sobekan strip obat itu, dengan cepat Taehyung raih untuk ia buang pada tempat sampah yang terletak tak jauh dari dirinya. "Engga, kok, Mba Rin. Tadi Tae cuma minum obat pereda sakit kepala."
"Kalau gitu kamu istirahat aja—nanti aku yang bilang sama Bibi Song kalau kamu lagi gak enak badan." Ujar Hyerin tak tega melihat wajah pucat Taehyung. Lagipula selama Taehyung bekerja tiga bulan ini, laki-laki manis itu belum pernah satu haripun cuti.
Taehyung menggeleng, "Tae nggak apa-apa kok, Mba. Kan tadi Tae udah minum obat."
"Kamu yakin? Mukamu pucet banget, loh." Ujar Hyerin tak yakin. Wanita itu malah takut Taehyung akan tiba-tiba drop.
"Iya, Tae gak apa-apa, Mba Rin~" Taehyung tersenyum menenangkan. "Mba ada perlu ke dapur? Mau Tae bantu?" Tanyanya lagi.
Hyerin yang sadar dengan niat awalnya kini memandang Taehyung dengan semangat. "Oh, iya! Untung kamu ingetin mba tadi." Berjalan melewati Taehyung untuk membuka kulkas dan melihat isi dalamnya, Hyerin mengangguk senang kala melihat isi kulkas yang penuh dengan bahan makanan. "Nanti malem orang tua mba sama orang tuanya Jeongguk mau dateng. Menurut kamu—mba harus buat kue apa buat cemilan?"
"Eung—kalau bikin cookies and cream cake gimana? Mama Jeon sama Mama Park pasti suka banget." Ujar Taehyung mengingat kedua wanita paruh baya itu yang pernah mengatakan kue kesukaan mereka padanya. Apalagi Taehyung yang pintar membuat kue benar-benar mencuri hati kedua wanita paruh baya itu.
"Wah—bener kamu, Tae!" Hyerin mengangguk setuju. "Kamu mau kan bantu mba? E-eh—tapi kalau kamu gak enak badan, gak usah deh. Biar mba minta tolong sama Bibi Song aja." Tambah Hyerin lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐂 𝐘 𝐀 𝐍 𝐈 𝐃 𝐄
FanfictionMenjadi seorang simpanan tak pernah terlintas dalam benak Taehyung walau kehidupannya berjalan begitu buruk. Hingga akhirnya ia menemui jalan buntu dan tak ada jalan lain selain menerima tawaran Jeongguk; majikannya. #kookv 🔞