Prolog

395 31 18
                                    

Ku sedang memilah mana barang yang akan di buang, di simpan, dan mana barang yang akan ku berikan ke tetangga.

Sayang sekali, rumah yang sudah ku tempati selama dua puluh lima tahun harus ku tinggalkan karena tuntutan tugas di luar kota dan rumah ini juga tidak ada yang menempati.

"Lea, kamu besok mau berangkat ke Banyuwangi jam berapa?" tanya seorang wanita bertubuh gempal dan lebih tua dariku. Namun masih terlihat kecantikan yang dimiliki oleh beliau.

"Besok Lea mau berangkat jam 09.00, Tante." Jawabku singkat. Bukannya apa-apa, tapi aku ingin fokus memilah barang-barang sejak masih kecil dulu. Mungkin saja akan ada kenangan yang tersisa di sana.

"Baiklah, Lea. Nanti kalau kamu butuh bantuan Tante langsung manggil aja ya. Tante mau masak sebentar, kamu kalau udah selesai beres-beres cepet ke bawah buat makan siang." Pinta tante Riris kepadaku.

"Siap Tante, nanti kalau Lea butuh bantuan Lea teriak aja." Jawabku yang  terkekeh melihat ekspresi dari tante yang lucu. Beliau tak mengatakan apapun, langsung pergi meninggalkanku seorang diri yang sedang sibuk mengemasi barang-barangku.

Aku mulai mencopoti poster Taylor Swift yang berada di dinding kamar lalu memasukkannya kedalam kardus yang akan ku buang. Setelah bersih, aku beralih ke meja belajar yang terdapat buku-buku yang berjejer dengan rapi, meskipun sudah berdebu.

Ku mulai mengambil satu persatu buku dan membersihkan debunya menggunakan kemoceng. Memang menyiksa karena aku berulang kali bersin, tapi mau bagaimanapun ini sudah tugasku.

Setelah selesai semua, ku ingin memindahkan kardus itu ke pinggir kamar. Agar tidak menggangu kegiatan ku membersihkan kamar. Namun langkahku terhenti karena melihat sebuah buku kecil yang berada di antara meja belajar dan lemari pakaian.

"Bagus, buku kenangan yang pertama. Sudah tidak sabar aku ingin membaca buku ini. Dan aku yakin masih ada barang di masa lalu yang belum aku temukan." Ucap ku lirih pada diri sendiri, agar orang lain tidak mendengar kalau aku sedang bicara sendiri. Itulah mengapa aku memilih untuk membersihkan kamarku sendiri, karena aku ingin dengan leluasa membaca kenangan dari masa lalu seorang diri.

Buku itu ku lempar di atas kasur dan kembali merapikan barang-barang yang tersisa tanpa menemukan barang kenangan lainnya.

Ku sudah mencarinya ke seluruh tempat. Mulai dari Lemari, laci meja belajar, bawah lemari, bawah kasur, atas lemari juga. Semua tempat sudah ku bersihkan dan ku cari, tapi tak menemukannya.

Ku sudah mulai putus asa, tapi aku tak kehabisan akal. Ku berlari keluar kamar menuruni tangga, menuju halaman belakang rumah. Tak ku gubris panggilan tante Riris yang terus menanyaiku kenapa aku berlari terburu-buru.

Dan, akhirnya yang ku cari ternyata ketemu juga. Sebuah kotak yang sengaja ku tanam saat lulus SMP di bawah pohon belimbing. Dengan harapan barang-barang ini akan menjadi kapsul waktu lima puluh tahun tahun lagi. Tapi sepertinya aku yang terlalu tak sabaran hingga baru sepuluh tahun berlalu sudah ku bongkar lagi.

Ku membawa kotak itu ke atas dan hanya tertawa kecil saat melihat tante Riris heran dengan tingkah ku yang heboh dengan sebuah kotak.

Setelah sampai di kamar, ku teringat kembali bahwa aku pernah menyimpan sebuah kotak di belakang lemari. Aku buru-buru mengambil kotak tersebut dan mengumpulkannya menjadi satu di lantai, menutup pintu kamar dan menguncinya agar tante Riris tidak bisa seenaknya masuk ke dalam kamarku.

Ku mulai membuka kotak yang pertama, kotak itu berisi tentang pernak-pernik mainan yang berhubungan dengan perempuan. Seperti gelang, kalung, anting-anting dan bando. Serta beberapa surat cinta yang ditujukan untuk seseorang yang menjadi tambatan hati ku waktu itu.

Ku tertawa malu melihat sisa kebucinan di masa lalu. Mengapa ku bisa sebegitu nya mencintai seseorang?

Lalu ku beralih ke kotak yang kedua, kotak yang berisi tentang foto ku dan dia saat kami masih SMA. Foto dimana kita masih terlalu naif untuk benar-benar memahami kehidupan.

Tak peduli sudah berapa kali ku mengelak dengan keadaan, tetap saja ku merindukan sosok itu. Sosok yang berhasil membuatku tertawa lepas, melupakan semua masalah yang ada dan menjadi tempatku berkeluh kesah.

Namun, entah mengapa dia pergi tanpa adanya salam perpisahan. Dia pergi dari kehidupan ku .... mungkin untuk selama-lamanya.

Ku sangat merindukannya. Jika ada kesempatan untuk bertemu lagi dengannya, ingin sekali ku tanyakan banyak hal padanya.

Mulai dari alasan dia pergi dan mengapa dia tak pernah kembali setelah pertemuan terakhir mereka? Apakah dia tak pernah memikirkan ku sama sekali? Itu berarti dia tidak merindukanku sama seperti aku yang merindukannya?

Semua pertanyaan selalu beranak pinak di dalam otakku. Entah sudah berapa pertanyaan yang berhasil tumbuh dan berkembang di dalam otakku.

Tapi yang pasti, kerinduanku padanya tak akan pernah pudar. Ku selalu berdoa kepada sang pencipta agar Tuhan mempertemukan kita kembali.

Mengingat tentang dia, berhasil membuat air mata yang sedari tadi ditahan tumpah dengan derasnya dan tak bisa dia tahan sama sekali.

Ku menangis sepuas-puasnya, saat menangis ku sengaja menggigit bantal agar tangisku tidak terdengar sampai ke tante Riris.

Setelah puas menangis, ku mengambil buku kecil yang ternyata berisi tentang keluh-kesah ku waktu SMP dan SMA. Entah mengapa ku bisa melupakan tentang buku ini, untung saja tidak jatuh ke tangan orang lain.

Kalau sampai jatuh ke tangan orang lain, bisa malu sampai tujuh turunan yang ada.

Ku mulai membuka lembaran demi lembaran yang ada di dalam buku usang itu. Semua memori tentang kenangan di masa lalu seketika berkumpul dan berputar seperti sebuah film yang sedang diputar.

Dan di mulailah kisah ku....

Hai semuanya....

Gimana guys ceritanya, bagus enggak?

kalo enggak maaf ya, ini karya pertama aku di sini. Semoga kalian suka dengan karya pertama ku ini.

Ku tunggu vote dan comment kalian ya

Jangan lupa follow akun aku. Follback? DM aja. Nanti kalau balesnya cepet berarti punya kuota, kalau lama balesnya bukan berarti sombong loh, ya. Tapi emang enggak punya kuota aja 😭

Oke, see you next time

Cinta Untuk LeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang