Awal Pertemuan Kami

183 16 0
                                    

Flash back beberapa jam lalu.

Karena hari ini valentine dan juga bertepatan hari ulang tahun gue yang ke 17. Jadi Lea bangun jam 2 pagi karena semangatnya.

Biasanya dia enggak bakal bangun kalo enggak karena suara Bunda yang ngomel karena Lea belum bangun.

"Lea,banguuuuuun," suara merdu milik Bunda yang berasal dari dapur terdengar sampai rumah tetangga.

Jam 04.30 pagi dia harus udah bangun, terus menjalankan kewajiban,mandi, siap-siap pakai seragam, sarapan, dan berangkat sekolah. Jam segitu bagi Bunda udah siang, gimana kalo paginya ya? Mungkin jam 12 malem kali ya.

Saking 'pelannya' teriakan Bunda-nya Lea, tetangga sebelah rumah yang kebetulan belum punya istri alias bujangan. Rnggak perlu masang jam alarm, karena setiap Bunda teriak bangunin Lea dia pasti ikutan bangun karena kaget.

Dan setiap dia mau tidur lagi udah enggak bisa karena ngantuk nya udah hilang duluan. Enggak peduli mau tidur jam berapa pun.

Sisi positif dari teriakan Bunda, dia enggak pernah telat masuk kantor.
Sisi negatifnya dia jadi kelihatan lesu karena kurang tidur.

Untung aja tetangga di sekitar rumah Lea udah pada kebal, coba kalo enggak? Udah diusir pasti dengan tuduhan meresahkan masyarakat.

Saat Bunda kembali teriak untuk bangunin Lea, dia bingung kenapa anak gadisnya yang cantik ini. Enggak jawab ataupun keluar dari kamar.
Jadi Bunda memutuskan untuk masuk ke kamar lea dan bagai disengat listrik, Bunda terdiam di depan pintu kamar Lea. Karena ngeliat lea yang udah rapi pakai seragam sekolah.

"Ya Allah,Lea. Kemasukan setan mana kamu nak? Jam segini tumben udah rapi? Padahal biasanya juga masih bau jigong. Hari ini kok udah bersih,rapi, wangi lagi. Enggak kemasukan setan nyasar kan?" tanya Bunda yang cemas dengan keadaan Lea. Bunda juga memeriksa suhu badan Lea.

Dikiranya Lea kena demam apa gimana ya? Anaknya males, di bandingin sama anak tetangga, giliran rajin istighfar. Bingung gue sama Bunda nya Lea.

"Bunda, kenapa sih? Seharusnya Bunda seneng karena anak gadisnya yang cantik ini udah bangun, udah mandi, udah rapi lagi. Bukan malah istighfar kayak tadi?" tanya Lea yang sebal dengan ucapan Bunda nya.

"Habisnya perubahan kamu drastis banget. Kamu kan kalau di bangunin susah. Jangankan bangun pagi, ada gempa aja kamu enggak bangun, padahal tetangga udah pada lari sambil teriak-teriak. La kamu masih aja tidur pulas, untung gempanya enggak bikin rumah roboh. Coba kalau sampai roboh? Udah jadi dendeng kamu," ucap Bunda sambil mencubit pipi Lea yang tembem.

"Aduh, Bunda sakit." Teriak Lea sambil memegang pipinya yang tadi di cubit Bunda.

"Makanya kalau tidur itu jangan kayak kebo, nanti kalau ada apa-apa kamu enggak denger. Kalau kamu sakit nanti siapa yang bantuin Bunda di dapur?" tanya Bunda kepada Lea, sambil memunguti baju yang berserakan di lantai.

"Bunda, aku kira bakal khawatir kalau aku sampai sakit. Eh, ternyata takut enggak ada yang bantuin Bunda di dapur," ucap Lea yang merasa enggak di sayang.

"Bunda enggak sayang sama aku?"

"Sayang, lah." Jawab Bunda singkat. Lea yang belum puas dengan jawaban Bunda kembali bertanya.

"Terus kenapa Bunda ngomong kayak gitu?" tanya Lea lagi.

"Kalau kerjaan kamu cuma main hp sama rebahan mulu gimana enggak emosi? Seenggaknya kamu baca buku juga, biar nilai kamu enggak turun," ucap Bunda yang membuat Lea terdiam.

Setelah emak gue keluar kamar,gue kembali ngelanjutin kegiatan sebelum emak gue dateng.

Yaitu menyisir rambut.

Cinta Untuk LeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang