TANGGAP ATAU TANGKAP?

45 6 0
                                    

"Ra.. Tutup mata kalo kagak mau pingsan.." Perintah raga dengan sedikit berbisik.

"Ha.. Gaa.." Dengan terbata Ara bingung dan hanya mampu memaki raga dalam hati. 'Sialan, dasar Raga sok ng-ide!' Tanpa disuruhpun Ara sudah memejamkan matanya. Dengan tangan bergetar menggenggam erat sabuk pengaman yang melingkar di tubuhnya.

Saat 2 lelaki bersenjata itu mulai memukul-mukul mobil bagian belakang dan hendak melangkah kedepan. Raga langsung melepas sabuk pengaman miliknya. Dan juga melepas kaos yang melekat di tubuhnya segera.

"Ra.. Maaf yaa.. Lo diem aja.." Bisik Raga cepat.

Sontak itu membuat Ara mengeratkan kelopak matanya yang tertutup. Raga dengan sigap mendekatkan tubuhnya ke arah Ara, menekan sandaran kursi Ara hingga terbanting kebelakang. Melangkahkan kakiknya diatas paha Ara yang masih memejamkan mata. Dan mencium Ara dengan gestur mesum.

"WOYYY!" Suara berat salah satu lelaki itu mengagetkan bagi Ara yang masih terpejam. Masih tak sadar apa yang dilakukan Raga di atas tubuhnya. Seperti mencium?.

"Oy, kalo mau mesum jangan di sini anjing. Cabut sono ke hotel. Ganggu pemandangan aje." Bentak salah satu yang lain. Akhirnya mereka berdua tertawa bersama. Seperti sedang memergoki pasangan muda yang mesum di antara kontainer.

"Duh, Kaget Gue bang.. Maap Bang, kagak liat ada orang Gue tadi. Maklum burem ni mata.." Raga bergestur seolah-olah cowo mesum yang ketangkap basah. Masih dalam posisi yang sama, sambil satu tangannya menutup mata Ara. Paling tidak Ara tidak akan melihat kedua pria itu menunjuk-tunjuk mereka berdua dengan senjatanya.

Dengan begini mereka berdua pergi menjauh dari mobil Raga. Dengan cepat Raga memundurkan mobilnya dan putar balik menuju pintu keluar. Setelah keluar dari deretan peti kemas yang bertengger sesak Raga memberhentikan mobilnya sejenak. Menatap perempuan disampingnya. Masih dalam kondisi yang sama dari kejadian tadi. Menutup mata erat-erat hingga garis kerutan di sekitar matanya terlihat. Juga tangannya yang gemetar memegang erat sabuk pengaman.

"Ra.. Udah aman, buka mata Lo.." kini Raga sempat khawatir terhadap kondisi Ara, mencondongkan tubuhnya dan memegang tangan Ara yang bergetar. Dingin. Tangannya penuh dengan keringat dingin.

"Raga!!!" Kaget.

Sekejap setelah membuka matanya, Ara mendorong tubuh Raga yang sudah terlalu dekat dengannya menjauh. Butiran bening mengalir setetes dari mata Ara. Dia sangat ketakutan rupanya. Sebelum amarahnya di lontarkan, Ara melihat kesekeliling. Memastikan situasi. Menilik mereka sudah tidak lagi di lingkungan terminal dermaga. Ara memutar bola matanya ke arah Raga yang masih terpaku menatapnya.

"Raga. Maksudmu apa si malah mendekat kemereka yang jelas-jelas kita kalah jumlah, kalah senjata, kalah rencana. Astaga. Tau gak Aku pikir aku hampir mati, sama kayak keluargaku yang mati akibat senapan serbu!" Kini tangis Ara pecah. Walau susah payah dia menahan air matanya. Nafasnya yang tersenggal tidak mampu ditutupinya.

"Sorry.." Raga hanya menunduk pasrah. Tidak tega melihat mata Ara memerah dengan emosi yang berkumpul dikepalanya.

"Ga.. Pake kaosmu dulu. Kamu lagi pamer otot perut apa ke Aku!" Masih dalam kondisi menangispun. Ara tidak sanggup melihat dada bidang Raga yang polos tanpa kain.

"Dan juga kalau mau pura-pura mesum disana. Jangan ci-cium aku beneran dong! Se-sengaja yaa.." Ara melanjutkan kata-katanya yang sedikit terbata. Kini wajahnya memerah bukan hanya karena emosi. Namun juga rasa malu, atau bahkan sedikit senang terpatri disana.

"Maaf Ra.. Gue gak sengaja sumpah dah kesamber gledek! Itu situasi genting. Cuman kepikiran itu doang biar gak dicurigai sama preman-preman itu Ra.. Percaya dan ama Gue.." Gelagap Raga yang wajahnya kini memerah karena malu, atau rasa bersalah, sembari mengenakan kaos putih polosnya kembali.

PELURU TERAKHIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang