MEMBIDIK ATAU BIDAK?

46 6 0
                                    

"Wah lumayan juga Lo Ra.." Celetuk Raga dengan wajah mengejek disisi Ara yang menopang badannya dengan tangan dilutut.

"Nggak usah ngejek Ga! Capek tau tiap hari lari, ini udah hari ke 6, pegelnya gak ketulungan.." Ara masih mengatur nafasnya yang terburu, keringat sudah jelas membasahi seluruh tubuhnya.

Raga melihat jam tangan digitalnya, mengusapnya ke atas dengan telujuk dan terlihat panjang track lari mereka, 'wah baru 4,8 km' batin Raga.

"Kok makin hari makin turun ya progresnya. Aneh." Recok Raga.

"Ya iya lah. Udah tau aku tuh gak kuat fisik. Apaan 10 km/hari.. Yang ada mati aku bukannya tambah kuat. Kakiku melemah tau, badanku makin remuk tiap bangun pagi. Mana ada progres jadi meningkat kalo gitu caranya." Bentak Ara dengan amarah memuncak di ubun-ubun.

"Ya ude maap. Kan kebiasaan Gue tiap hari emang lari 10 km, katanya Lo mau tahan banting fisiknya. Katanye mau ikut olahraga ama Gue.."

"Udah ah gak mau lagi, kamu kan atlet taekwondo nasional beda sama anak cupu kayak aku. Males ah pulang aja." Ara membalikan badan, melangkah gontai dengan kesal yang masih berkumpul di otak.

"Hahahaah.. Ya udeehh.. Kita balik aja, istirahat sebentar. Lagian ntar siangan Lo mau jalan kan sama Agil Brengsek itu. Biar gak kecapean. Oh ya, today is the day ya Raa. Jangan lupaa." Raga mengusap-usap ujung kepala Ara, masih dengan senyum manisnya. Tanpa sadar pipi Ara memanas. Tentu saja untuk menutupi itu Ara berlari cepat ke arah pulang. Malu rasanya.

"Woy Raaaa.. Katanye Lo capek. Begimane siiii.. Mana cepet banget lagi larinya oooy.." Raga menatap punggung Ara yang mengecil dengan cepat, dengan kesal Raga menyusul Ara berlari dengan wajah usilnya kali ini..

∞∞∞

'Wah bajingan ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

'Wah bajingan ini.. kok bisa tau alamatku si bangsat..' kali ini kebencian Ara memuncak hingga mendidih di otak dengan kasar dia mengacak rambutnya kesal, beranjak dari sofa dan bersiap-siap segera. Alasan Ara menyanggupi ajakan Agil beberapa hari ini adalah untuk mempermudah memperolah semua data aliansi. Nyatanya Agil bukan makhluk bodoh seperti yang Ara anggap selama ini. Padahal memperoleh data alamat seorang yang tinggal di apartement mengerikan ini tidaklah mudah. Karenaa faktor keamanan canggih untuk melindungi para bedebah yang bersembunyi disini. Itu cukup membuat Ara takut terhadap Agil.

Sambil bergegas turun lift, Ara masih sempat men-screen shoot pesan terakhir dengan Agil dan mengirimnya ke Raga.

Sambil bergegas turun lift, Ara masih sempat men-screen shoot pesan terakhir dengan Agil dan mengirimnya ke Raga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
PELURU TERAKHIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang