6 | Mission Fails

38 3 0
                                    


Gubraak!

Erlangga terjatuh dari tempat tidurnya ke lantai yang terasa dingin. Badan dan kepalanya terbentur lantai. Barulah dia terpaksa membuka matanya.

Wajahnya menampakkan ekspresi sakit yang tiada kira.Kepalanya benjol. Dan punggung pun terasa sakit.

Ngapain sih gue harus pake jatuh segala, gerutunya dalam hati.

Erlangga melihat jam dinding. Sudah jam 6 lebih.

Whaaat?

No! No! Gue telat. Mampus dah!

Erlangga bangkit dan segera berlari ke kamar mandi. Dia putuskan hanya cuci muka dan sikat gigi saja.kalau dia mandi pasti akan jauh lebih lama lagi.

Dari kamar mandi dia gerak cepat. Dia ambil kemeja lengan pendek sekenanya dan celana katun.

Dia pikir. Kalau ngaji lebih baik pakai katun, pakai jeans nanti disemprot Rendra.

Rendra, gue dateng, gue tepatin janji gue. Tunggu gue!

Erlangga setengah berlari dari kamar menuju garasi.

"Sayang, kamu kayak dikejar-kejar setan. ayo sarapan dulu," kata Bu Rima dari meja makan. Dia duduk di samping suaminya, Pak Wijaya.

Erlangga tak pedulikan teriakan mamanya yang ngajak sarapan.

"Emang, lagi dikejar setan, Ma," jawab Erlangga. Si Rendra, gumam hatinya.

"Ayo sarapan dulu!" ajak Pak Wijaya.

"Ogah!"

"Kenapa sih, kalian kok nggak bangunin aku?" Suara erlangga meninggi.

"Lha, bukannya kamu kalau dibangunin pagi-pagi kamu nggak mau. Aneh sekarang kok marah-marah nggak dibangunin!" cerocos Bu Rima.

Erlangga tak bisa mengelak. Memang benar jika dibangunkan pagi-pagi dia suka marah.

"Kamu pagi ini benar-benar aneh!" Pak Wijaya geleng-geleng kepala.

"Sudah ah, jangan diteruskan. Males banget. Aku cabut!"

Erlangga meninggalkan kedua orang tuanya yang masih menggeleng-gelengkan kepala karena keheranan dengan tingkah anaknya.

Begitu tiba di garasi, dia menyalakan starter mogenya dan meluncur. Seperti biasa dengan kecepatan persis saat balapan.

Suara raungan mogenya terdengar keras hingga Pak Wijaya dan Istrinya menutup kedua telinganya.

"Ma, kenapa sih anakmu pagi-pagi begini sudah marah marah?!"

"Tahu ah Pa, makin hari makin susah aja tuh ngurus anak. Harusnya udah gede gitu bikin mama tenang, eh tetap aja Mama nggak tenang."

Sementara itu sepanjang perjalanan, hati Erlangga dipenuhi dengan kekalutan. Suara mesin mogenya meraung-raung membelah jalanan. Dia pun tidak terlalu kesulitan menemukan Masjid Ad-Dakwah berkat bantuan Google Maps.

Hanya perlu waktu kurang lebih setengah jam, akhirnya Erlangga sudah sampai. Setelah memarkir motornya dia setengah berlari menuju ruangan masjid utama. Dia celingak-celinguk mencari keberadaan Rendra.

Di masjid itu tampak beberapa orang. Ada yang sedang mengaji, dan ada pula yang sedang membaca Al-Qur'an.

Rendra, lu di mana?

Gue dateng, gue penuhi janji, Gue. Demi cinta gue. Demi Tania!

Erlangga mengedarkan pandangannya ke segala penjuru masjid yang sangat luas itu. Dia berharap Rendra ada di salah satu pojokan masjid. Nihil. Tidak ada sosok yang dia cari.

Godaan Sang MantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang