Suara kokok ayam begitu nyaring terdengar. Menjadi sebuah alarm untuk membangunkan setiap manusia dari lelapnya tidur.
Jarum jam perlahan bergerak mengubah dunia dari gelap menjadi terang. Matahari dengan rasa malu-malu menampakkan diri dari ufuk timur.
Angin pagi hari yang rasanya begitu dingin, menyengat tubuh sehingga menimbulkan siapa pun enggan beranjak dari kasur.
Andromeda memaksakan berdiri dari tempat tidurnya dan segera membersihkan badan. Mengganti pakaian bau dengan seragam putih abu-abu.
Pagi ini, perdana bagi Andromeda untuk menapaki kaki di sekolah barunya. Dia meminta pada sang kakak untuk diantarkan terlebih dahulu. Sebagai tanda penyerahan dirinya ke sekolah. Begitulah dia mengistilahkan. Setelah itu, kakaknya segera pergi menuju tempat kerja diantar ojek online.
Andini diterima sebagai guru Sekolah Luar Biasa. Sebuah lembaga pendidikan yang menaungi anak-anak penyandang kekurangan fisik.
Di sana dia difokuskan untuk mendidik anak penderita Cerebral Palsy. Cukup menantang bagi seorang Andini dalam mengajar anak yang memiliki penyakit gangguan otak yang menyebabkan kelumpuhan sejak dari kandungan. Kesabaran dan kekuatan harus dikerahkan semaksimal mungkin untuk anak-anak luar biasa itu.
Ada rasa nyaman yang berseluncur di benaknya, ketika tangan Cerebral Palsy menyentuhnya ketika di Jakarta. Itulah yang dirasakan oleh Andini.
“Kalian adalah pelita dari Tuhan yang turun untuk diistimewakan.”
Begitulah ungkapan hati Andini.
Saat di Jakarta, bagiannya cukup ringan. Hanya mengatasi siswa SMA yang tuna rungu. Cukup memberikan perintah dalam isyarat tangan saja. Anak-anak yang dikaruniai keistimewaan itu langsung bergerak sesuai perintah guru.Setelah memakai seragam sekolah rapi, Andromeda berjalan menghampiri ibunya di dapur. Dia meletakkan helm, sepasang sepatu, dan ransel biru tua di ambang pintu.
Lelaki berbadan tinggi itu melihat gundukan kripik singkong yang sudah dikemas menjadi beberapa bagian.
“Bu, kapan kemas kripik singkong?” tanyanya pada Ratna yang tengah menyiapkan sarapan.
“Tadi jam 2 dini hari.”
“Kenapa enggak kemarin saja, Bu?”
“Idenya baru muncul jam 9 malam.”
“Lalu, singkongnya dari mana?”
“Kemarin kakakmu pas belanja ke warung sebelah, ada yang memberi.”
“Teh Yani?”
“Bukan.”
“Siapa?”
“Tukang warung, Bu Yayah.”
“Kenapa pake jualan kripik segala, sih. Bu?”
“Jangan, gitu. Ini ide kakakmu, juga.”
“Apa Ibu dan Kakak nggak lelah? Dari dini hari sudah bekerja?”
“Apanya yang lelah, sayang! Tiap hari seperti itu.”
"Justru itu, Bu. Ibu sebaiknya jangan terlalu kelelahan."
"Kamu tenang saja, Meda. Tak perlu khawatir. Doakan saja supaya kita semua diberi kekuatan dan kesehatan yang cukup. Supaya bisa mengerjakan setiap aktivitas."
Ucapan lembut dari sang Ibu, membuat Andromeda tertunduk sulit berbicara lagi.
Selesai bercakap-cakap, dia duduk menyantap sepiring nasi goreng yang terhidang di meja makan.
![](https://img.wattpad.com/cover/226596225-288-k775937.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bulan Juni Untuk Andromeda
Novela JuvenilAndini menyiapkan bulan Juni untuk adiknya, Andromeda. Tetapi ketika perjuangan itu akan mencapai garis finish, malah menimbulkan sebuah tangisan sakit hati. Andini marah dan tak terima terhadap tingkah laku adiknya. Akankah Juni yang disiapkannya s...