Jan lupa vote comment❤
Happy Reading❤------------------------
Setelah acara modus-modusan jam istirahat tadi Albar pamit pergi ke kelasnya.
Tak terasa bel pulang pun berbunyi.
"Cha, Na, gue cabut duluan ya udah dijemput, bye". Kata Gita yang dibalas anggukan olehku dan Tina.
Kemudian dia melenggang pergi."Lo mau bareng gue ngga cha?". Tanya Tina menawari sembari duduk menungguku berkemas.
"Ngga Na, lo duluan aja". Jawabku yang masih fokus berkemas.
"Beneran nih?". Tanyanya memastikan.
Aku mengangguk mantap.
"Yaudah gue cabut dulu, bye icha". Kemudian melenggang pergi.
Dan sekarang hanya tersisa aku dan Dava di kelas.
Aku agak risih karena sedari tadi Dava terus memerhatikanku. Aku dapat melihatnya dari pelupuk mataku yang memerhatikan gerak-geriknya.
Aku sudah selesai berkemas dan hendak menemui Albar.
Tapi langkahku terhenti ketika suara bariton Dava memanggilku.
Aku menoleh dengan mimik wajah bertanya 'apa'.
Dava berdiri dari kursinya dan berjalan mendekatiku dengan senyum yang terus mengembang
Aku hanya diam dengan tatapan datar.
Dia sampai tepat di depanku.
Dia memegang bahuku sebelah.
"Gue anterin lo pulang ya cha". Katanya dengan senyum yang masih bertengger manis dibibirnya.
Aku masih diam dengan tenang. Lalu menjawabnya dengan datar.
"Ngga". Jawabku datar sembari menepis tangannya dibahuku. Aku paling tidak suka dengan seseorang yang lancang memegangiku tanpa perizinan. Tapi kecuali Albar. Entah mengapa walaupun mulut selalu menolak tapi tak dipungkiri hatiku nyaman saja tanpa ada penolakan.
Dia sedikit terkejut dengan perlakuanku. Kemudian terkekeh kecil dan menyatukan kedua tangannya tanda meminta maaf padaku.
"Kenapa? Rumah kita kan searah cha". Tanyanya lagi penasaran.
"Ada urusan". Aku hendak melenggang pergi tapi tangannya mencekal lenganku.
Aku menolehnya hendak menepis lagi tapi raut wajahnya memandangku dengan iba aku jadi tak enak hati akan menolaknya.
Tiba-tiba dia mendekatiku, aku kaget. Aku hampir kehabisan nafas karena jarak yang terlalu dekat dengannya.
Aku menutup mataku.
Tangannya tiba-tiba menyeka sesuatu dari rambutku dan bersamaan dengan pintu terbuka menampakkan segerombolan geng Tiger yang terkejut melihatku.Albar langsung berjalan cepat mendekatiku lebih tepatnya Dava.
Bugh..
Tanpa aba-aba dia langsung memukul rahang Dava dengan keras.Aku memekik tertahan melihatnya.
Dava jatuh tersungkur kebawah.
Albar mendekatinya dan menarik kerahnya hendak memukulnya lagi. Namun suaraku memberhentikannya.
"Al udah al". Kataku ketakutan. Aku phobia dengan segala bentuk kekerasan. Karena kejadian beberapa tahun silam.
Albar melihatku khawatir. Dan melepaskan kerah baju Dava dengan kasar.
"Lo selamat!". Kata Albar dingin.
Lalu kembali mensejajarkan tubuhnya dan melirikku sekilas.
Aku berlutut mendekati Dava.
"Lo ngga papa dav?". Tanyaku khawatir.
"Ngga papa cha, cuman luka gini paling besok sembuh". Jawabnya sembari menyeka darah dari ujung bibirnya.
"Pergi lo Al!". Kataku dingin.
Albar tersenyum miring dan bersedekap dada. "Lo ngga inget kata bu Yani?".
Ah iya. Hampir saja lupa.
Aku membuang nafasku kasar. 'Dasar manusia abal-abal!' batinku."Emm.. Dav sori ga bisa obatin lo". Kataku tak enak sembari memilin dasi sekolah.
"Cha, buruan! Keburu sore. Kebanyakan drama deh lo". Kata Albar menginterupsi.
Aku meliriknya sekilas. Lalu kembali menoleh pada Dava.
"Ngga papa Icha, besok pasti gue udah sembuh kok".
Aku tersenyum tipis. Lalu merogoh saku tasku dan mengambil sebuah obat merah dan kapas kemudian aku berikan kepada Dava.
Dia menerima dengan sukarela.
"Udah sana lo pergi. Pacar lo udah ngga enak banget mukanya". Bisiknya padaku dan kemudian terkekeh kecil.Aku mengangguk.
Aku berdiri mendekati Albar dan geng-nya. "Buruan!". Kataku menginterupsi.
Semua langsung memandangku dengan tatapan terkejut.
Mereka merasa selama ini belum ada seorang cewek yang berani membentak bos-nya. Dan ini adalah kali pertama mereka menyaksikannya.
"Wow wow". Mereka justru bertepuk tangan ria menyaksikanku.
"Banyak drama". Kataku datar lalu melenggang keluar dari kelas.
--------------
Sesampainya diparkiran geng Tiger pamit pulang kepada bos-nya. Dan hanya tersisa Albar dan aku.
Aku masuk kedalam mobil Albar tanpa menunggu titahnya.
Albarpun langsung masuk kedalam dikursi kemudi. Sedangkan aku duduk dikursi penumpang.
"Gue bukan supir lo, duduk di depan. Gue ngga nerima penolakan". Katanya menginterupsi.
Aku mendengus sebal. "Pemaksa!".
Aku keluar dan duduk tepat disamping Albar.
Mobil berjalan dengan pelan keluar dari gerbang sekolah.
Sepanjang perjalanan aku dan Albar hanya terdiam saja. Tak ada yang berniat melakukan percakapan.
"Harusnya kan gue yang marah, kok malah lo sih". Katanya mendengus kesal.
Aku diam saja.
"Lo ngapain mau juga sama tuh cecunguk".
"Udah gitu pelukan lagi".
"Lo ngga inget. Lo itu udah jadi PACAR gue!".
"Ngga ngehargain banget sama perasaan gue".
"Udah gitu cuman berduaan".
"Kalo ngga ada lo udah gue piting tuh anak".
"Ngga tau aja siapa saingannya".
"Awas aja kalo l..".
Belum selesai bicara aku langsung memotongnya.
"Lo cemburu?". Tanyaku tanpa menolehnya.
--------------------------------
TBC♡
Follow vote comment❤
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sweet Boy [ON GOING]
Teen FictionDilarang keras plagiatt!!🚫 ----------------- Aku Ailsya Manda Naeswari gadis cantik dengan sejuta kecerdasannya. Aku seorang yang pendiam sejak sebuah tragedi menamparku kuat-kuat. Aku mencoba menelan rasa perih yang selalu menghantuiku. Mencoba be...