Abian Apollo
Kuurungkan niatku yang ingin berjalan ke loker, aku memutuskan untuk kembali berjalan dan memilih mengabaikan gadis itu, aku berjalan ke perpustakaan untuk mencari buku Sejarah yang aku butuhkan karena aku punya tugas Sejarah yang harus kuselesaikan.
Baru hari pertama tugas udah bejibun Ya Tuhan. Batinku
Aku masih memakai almameter alumni sekolah SMP-ku saat masih di Belgia, disini terasa panas yang suhu biasanya mencapai 33° Celcius padahal di Belgia hanya 17° Celcius saja, huh. Seandainya yang kembali kesini Ansel, bukan aku. Sudah kupastikan dia akan jejeritan lalu jungkir balik saking senangnya. Apalagi ia kurang menyukai suhu di Eropa, berasa ingin pipis terus, katanya.
Saat memasuki perpustakaan yang rak-nya tidak ada yang kosong sedikitpun, aku buru-buru mencari buku yang kuperlukan di rak bagian Sejarah. Untung Bahasa Indonesia itu tidak terlalu sulit dibanding Bahasa asing lain, walaupun Bahasa-ku masih amburadul. Aku memutuskan untuk mengambil buku yang agak lusuh.
Di rak paling pojok dekat jendela dan nomor dua dari paling atas. Tunggu, ada nama kepemilikkannya? Property Of E.A, aku membuka lembarannya, banyak coret-coretan pensil yang menandakan buku ini benar-benar digunakan untuk belajar. Kubalik lembaran-lembaran kertas yang disatukan dibuku itu, sampai pada halaman akhir.
Hai, Hippogriff! Sedang apa disana? Aku baru saja menyelesaikan BAB tentang Kedatangan Bangsa Eropa, loh! Kau pasti sudah bisa berbahasa Belanda, ya? Ajari aku, dong! Kapan kau kembali? I already miss you ...
"Hah? Hipogriff? Seperti pernah dengar ada orang yang memanggil seseorang seperti itu," Gumamku pelan saat aku melihat pesan tersebut.
"Woi, lu anak baru? Salam kenal, gue Afnan," sapa seseorang sembari menepuk pundakku yang entah darimana datangnya.
"Kamu bisa bicara pelan-pelan?," Balasku dengan terbata, ia-pun tertawa.
"Lo dari luar? Apa blasteran? Ayo temenan sama gue aja! Nanti lo gue buat tenar, deh!" Balasnya sambil merangkulku dan mengajakku keluar, huh, padahal aku baru saja masuk kesini.
Tenar itu apa? Batinku.
"Ah, iya nanti aku akan menyusulmu. Aku akan ada disini selama beberapa saat untuk mengerjakan tugas,"
"Hah? Masih jaman ngerjain tugas? Ngomongnya jangan baku-baku banget gitu dong bos, kalem aja,"
"Baik," akhirku, lalu melepaskan rangkulannya dan kembali ke buku lusuh yang tadi kupegang.
***
Aku mencari dimana kelasku, dan aku menemukannya. Diujung lorong lantai 3.
"Permisi, kamu Abian Apollo yang baru pindah, kan? Bisa pakai Bahasa, kan?," sapa seorang guru dengan senyum sumringah.
"Ah, Bu. Iya saya Abian, saya bisa Bahasa, kok," balasku
"Bagus. Ayo sayang antar ke kelas kamu, langsung masuk lalu perkenalkan diri kamu pakai Bahasa, ya?"
"Oke, Bu."
Lalu guru itu meninggalkanku dan menuju kelasku duluan.
"Permisi, Pak. Maaf mengganggu, ini kelas XII IPS 4, kan? Ada murid baru yang akan belajar di kelas ini, Pak.
Ayo Abian, masuk. Perkenalkan diri kamu," suruh guru itu, akupun mengangguk dan masuk ke kelasku, berharap kelas ini bisa menerimaku dengan baik.Ada sekelompok anak perempuan yang langsung berbisik-bisik dan ada yang melihatku dengan tatapan terpana. Banyak anak laki-laki yang melihatku dengan kedua alis dinaikkan. Semuanya seakan memuji penampilanku, kecuali satu anak perempuan yang duduk di bangku ketiga dibagian kiri kelas, dia memberi tatapan seakan masih berusaha untuk mengingatku. Gadis yang tadi kutemui di lorong.

KAMU SEDANG MEMBACA
BIANVINA
أدب المراهقين"Mengapa semesta mempertemukan kita, jika akhirnya hanya akan memisahkan kita? Aku benci semesta, Abian." - Elvina Artemis "We know how this end, but we still do the same." - Abian Apollo