***
"Elvina!" Teriak seseorang saat jendela mobil terbuka. Elvina dan Abian sama-sama terkejut.
"Mama? Mama mau kemana lewat sini?"
Wanita itu menghiraukannya dan turun dari mobil sambil marah-marah. Menanyakan sedang apa Elvina dijalan saat waktu sekolah sudah habis, lalu mengapa Elvina berada di arah yang berlawanan dengan jalan pulang kerumahnya. Over protektif dan selalu menganggap Elvina anak kecil. Itu yang menggambarkan kedua orang tua Elvina.
"Kamu siapa? Anak saya mau dibawa kemana, hah?!" Wanita itu tak lupa menghujani Abian dengan banyak pertanyaan dengan nada tak suka. Ia tak pernah melihat Elvina bermain dengan anak laki-laki selain disekolahnya semenjak Ansel pergi.
"Saya Abian, Ma. Elvina hanya bantu Abian pulang karena Abian baru pindah disini dan Abian belum hafal jalan disini. Maaf Ma jika merepotkan Elvina, saya akan jaga Elvina kok, Ma," ucap Abian dengan terbata.
Sopan banget ngomongnya?!. Batin Elvina
"Ya sudah saya izinkan. Elvina, tunjukkin jalannya, ya? Jangan lupa langsung pulang jika sudah selesai dan jangan kemana-kemana, mendung, nanti kamu kehujanan. Mama ingin kerumah tante Fira dulu, ya." Elvina-pun segera mengangguk dan menunggu Mama mengendarai mobilnya hingga agak jauh jaraknya.
Keadan pun menjadi canggung padahal tadi Elvina sedang berlari riang. Untung Mama-nya tidak meledak saat seperti Elvina menemani teman cowok-nya ke Gramedia. Apa mungkin perawakan Abian seperti Ansel, ya?
"Abian, maaf ya?"
"Kenapa, Elvina?"
"Mama marahin lo," ucap Elvina gugup.
"Tidak apa-apa kali, wajar, kan? Mama nggak mau kamu kenapa-kenapa. Lagi pula aku sudah janji akan jaga kamu," balas Abian.
Ya ampun dijagain calon most wanted sekolah huhu melted aku tuh. Kata Elvina dalam hati
"Iya, yaudah ayo jalan lagi. Jalannya nggak belok-belok terus tapi agak jauh alamatnya, Bian," ucap Elvina kemudian jongkok disamping semak-semak.
"Kenapa? Kamu capek? Ke taman dulu, yuk? Aku kemarin sore ketaman disitu, loh! Sekalian kita beli eskrim," ucap Abian.
"Lo tau ada taman? Yaudah, ayok!" Balas Elvina dengan mata berbinar kemudian lari meninggalkan Abian sambil meledeknya.
Elvina tidak pernah berlari-lari kecil dipinggir jalan, tidak pernah bernyanyi-nyanyi dijalan, tidak pernah antusias melihat bunga-bunga dipinggir jalan, tidak pernah terlihat bersemangat seperti itu. Sejak ... Sejak seseorang pergi dari dunia nya yang entah kapan akan kembali, yang ternyata sangat berpengaruh dalam kehidupan Elvina namun tak pernah Elvina sangka akan seperti itu.
Setibanya ditaman, Elvina buru-buru menuju Tukang Eskrim yang menjadi langganannya. Ia memesan 2 eskrim Red Velvet. Lalu duduk di pinggir sungai.
"Elvina!! Kamu cepat banget, sih? Capek, tau?!" Omel Abian dengan wajah penuh keringat karena berlari.
"Ahahaha lambat, sih!!"
"Nih eskrimnya, napas dulu baru dimakan," lanjut Elvina
"Loh? Kan aku belum pesan?"
"Nggak apa-apa, anggap aja hadiah dari gue karena lo baru lari-lari,"
Abian-pun merebut eskrim itu dari tangan Elvina. Keduanya diam dan terlihat saling menikmati eskrim tersebut. Makan eskrim dengan pandangan menuju air mengalir disungai memang semenyenangkan itu. Biasanya Elvina hanya sendiri kesini, jika ia ingin mencari inspirasi, sendiri, setelah orang itu pergi.

KAMU SEDANG MEMBACA
BIANVINA
أدب المراهقين"Mengapa semesta mempertemukan kita, jika akhirnya hanya akan memisahkan kita? Aku benci semesta, Abian." - Elvina Artemis "We know how this end, but we still do the same." - Abian Apollo