3

2.3K 148 4
                                    

I want to see you before I close my eyes to sleep and I want to see you first thing after I wake up.

Tine merasa berat untuk membuka matanya pagi ini. Semalam ia merasa antara tertidur dan terjaga. Di kepalanya hanya terputar bayangan Sarawat. Ia mengingat kalau Sarawat pernah mengatakan kepadanya kalau hal pertama yang ingin dia lihat saat bangun tidur adalah dirinya begitupun Tine. Namun kali ini berbeda karena Sarawat tidak ada di sampingnya.

Sambil menghirup nafas panjang dan menghembuskannya, Tine berusaha bangun dari kasurnya. Kemudian dia merasakan kalau aroma badan Sarawat masih terasa di seprai, dia kemudian berusaha mencium bau tersebut dari seprai yang ditiduri Sarawat dan merasa ia sangat merindukannya, matanya mulai berair. Aku tidak bisa seperti ini terus ucapnya dalam hati.

Ia kemudian berdiri, mengamati ruang apartmentnya. Ia ingat kemarin Sarawat masih tidur di kasur dan dirinya dengan semangat ingin segera menuju ke kampus. Seandainya dia tidak ke kampus dan tetap menemani Sarawat, pasti hal buruk kemarin tak akan terjadi. Sarawat masih akan tetap sama, memberikannya senyum di pagi hari kala dia membangunkanya, ciuman bibir pagi hari, makan bersama atau kalau sempat mereka akan mandi bersama. Namun kali ini berbeda dia sendiri.

Lama termenung hingga sebuah ketukan menyadarkan Tine. "Tine! Buka pintumu!" Terdengar suara Fong. Tine membuka pintu lalu Fong memeluknya. Dirasakannya kalau sahabatnya sedang dalam keadaan tidak bersemangat. "Aku membawakanmu bubur ayam, makanlah, sepertinya kamu belum Mandi. Setelah sarapan pagi, kamu Mandi dan aku akan menunggumu. Bukannya hari ini adalah kelompok kita untuk melakukan presentasi. Jangan sampe terlambat loh, setelah jam kuliah selesai, Kita bersama dua lainnya, Phuak dan Ohm ke rumah sakit buat menjenguk Sarawat." Seru Fong, dia tidak ingin sahabatnya larut dalam kesedihan. "Everything will be fine."

Mendengar ucapan Fong, Tine segera sarapan lalu mandi. Saat Tine sedang shower, dia berpikir bahwa dia benar-benar tidak bisa menemui Sarawat di rumah sakit secepatnya. Setelah kuliah selesai dia harus latihan cheerleader bersama Fang, dia telah memasukkan namanya dalam daftar peserta lomba cheerleader universitas mewakili jurusannya. Mereka sudah latihan dengan serius selama seminggu ini dan lombanya akan di mulai dalam seminggu lagi, dia merasa sangat tidak bisa meninggalkan latihan cheerleader tersebut karena takut mengecawakan timnya. Sedangkan setelah cheerleader dia harus latihan untuk acara perpisahan senior klub musik. Sarawat aku benar-benar ingin menemuimu secepatnya ucapnya di dalam hati. Dia berpikir untuk tidak masuk ke klub musik hari ini, ia ingin segera menemui Sarawat. Pikirannya tetap tertuju ke Sarawat berharap dia baik-baik saja dan cepat sadar dari koma.

Sarawat segera mempercepat mandinya, dia tidak ingin melamun di kamar mandi. Setelah mandi dan berpakaian, dia bercermin dan mendapati mukanya tampak lelah, mungkin karena efek kejadian kemarin. Fong melihat Tine yang sedang bercermin. "Mukamu tampak kurang bersahaja." Canda Fong. "Ae...k" lirik Tine, kehadiran Fong benar-benar menghibut Tine. "Sini, aku akan membuat tampak lebih ganteng, kamu ndak bisa pergi ke kampus dengan muka yang terlihat lesuh, duduklah di kursi." Ucap Fong dan Tine mematuhi ucapannya. Dia duduk di kursi lalu Fong mengeluarkan sesuatu dari tasnya. "Apa itu?" Tanya Tine melihat alat make up bedak di tangan Fong. "Ini Idolo Perfecta Compact Powder." Fong lalu memulai merias Tine.

Setelah merias Tine. Tine segera bercermin dan terngangah, efek dari bedak tersebut benar-benar membuatnya tampak berbedah, terlihat fresh, Tine merasa bahagia. "Sejak kapan kamu jadi make up artist dadakan?" Tanya Tine. "Aku hebatkan, by the way Idolo mau buka casting model, aku rencana mau ikut. Kamu ikut juga ya, biar aku ada temannya." Kata Fong. "Mhmm... Aku bakal pikir-pikir dulu. Terimakasih ya Fong kamu membuatku bahagia pagi ini." Kata Tine.

"Baiklah, ayo cepat Kita ke kampus." Kehadiran Fong benar-benar membuat Tine beralih sementara dari kegalauan dan kekhawatirannya terhadap Sarawat. Kini Tine bisa cukup semangat untuk menjalani aktivitas hingga ia dapat bertemu Sarawat sore ini selepas semua aktivitasnya di kampus selesai.

Setelah perkuliahan selesai. Tine memutuskan untuk ke pelataran fakultas hukum untuk berlatih cheerleader. Sesaat sampai di pelataran kampus, Fang menghampiri nya. "Tine..." Ucap Fang, "Aku sangat sedih mendengar kejadian kemarin, Aku berharap Sarawat baik-baik saja." Sambungnya. "Kamu bisa absen ikut latihan cheerleader hari ini, Aku tahu kamu pasti mengkhawatirkan Sarawat, lebih baik kamu pergi menemuinya." Ucap Fang. Mendegar perkataan Fang membuat Tine senang dalam hati. "Tapikan Kita sudah sejauh ini latihan." Kata Tine. "Tidak apa-apa Aku maklumi. Kamu bisa datang lagi, bagaimana pun suasana hatimu harus membaik. Coba bayangkan jika suasana hatimu jelek, maka semuanya akan berantakan. Termasuk saat latihan. Aku ingin suasana hatimu membaik saat ini." Kata Fang sambil tersenyum kepada Sarawat. "Makasih Fang, kamu sangat pengertian, Aku memang sangat ingin bertemu dengan Sarawat. Aku berjanji pasti Aku akan sangat serius latihan sehingga Kita bisa menang kompetisi bersama dengan yang lainnya." Kata Tine sambil tersenyum kepada Fang. Setelah itu Tine pamitan kepada Fang, karena dilihatnya terasa masih ada waktu maka Tine menuju ke klub musik.

Klub musik tampak sepi pikir Tine ketika memasuki klub tersebut. Dia mendapati Air tengah menulis sesuatu dan dia menghampirinya. "Air." Panggil Tine lalu dibalas oleh Air, "Hei Tine. Aku sangat berduka dengan kejadian kemarin, aku berharap Sarawat baik-baik saja"

"Terima kasih Air. Aku mau minta izin untuk tidak latihan hari ini." Kata Tine. "Kamu dapat lampu hijau kok dari Dim si ketua. Dia bilang kamu bebas untuk tidak ikut latihan." Tine pun mengangguk. Dia segera mengirim pesan ke sahabat-sahabatnya memberitahu mereka kalau sekarang dia sudah bebas.

Tine menunggu sahabatnya di tempat penunggu bus depan kampus hingga dia melihat mobil Phuak. "Hei masuk cepat." Ucap Phuak dan Tine segera masuk ke mobil.

Sesampainya di rumah sakit di mana Sarawat di rawat. Mereka segera menuju ke ruang resepsionis. "Mbak kami mencari pasien yang bernama Sarawat Ginthithanon." Ucap Sarawat. "Mhmm... Maaf pasien atas nama Sarawat Ginthithanon sudah keluar tadi pagi. Kondisinya sudah membaik dan mungkin Dia di pindahkan ke rumah sakit yang lain." Kata mbak resepsionis. Mendengar itu mereka langsung cabut dari rumah sakit.

Di dalam mobil, Tine berusaha menelpon Sarawat. Namun sayangnya tidak tersambung. Dia juga berusaha menelpon Phukong adiknya namun tidak tersambung juga. Kini perasaannya nano-nano kembali, di lain hal dia khawatir namun dia juga senang mendengar Sarawat sudah baikan. Dia sangat ingin bertemu dengan Sarawat secepatnya.

Where are you, Sarawat Ginthithanon?

Forever SarawatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang