12

1K 68 3
                                    

Tine melakukan gladi resik malam-malam di kampus. Tim cheerleader benar-benar berusaha keras untuk menampilkan aksi mereka yang terbaik besok. Setelah selesai mengakhiri gladi resik, Fang menghampiri Tine. "Ingat ya Tine posisi kamu di mana dan jangan lupa tetap semangat, aku yakin kita pasti menang besok." Ucap Fang kepada Tine dan segera berlalu, begitupun Tine. Tine segera mencari Sarawat. Dia mencarinya di mana pun dan akhirnya melihatnya di lapangan sepak bola.

"Hei Sarawat." Ucap Tine dan Sarawat berbalik arah kepadanya dan bergeser sedikit ke samping untuk membuat Tine duduk di sampingnya. Tine kemudian duduk. Suasana tampak hening. Mereka sekarang berada di lapangan sepak bola.

"Apa kamu rindu untuk bermain sepak bola?" Tanya Tine. "Iya, aku rindu. Kondisiku sebentar lagi bakal membaik." Ucap Sarawat sambil tersenyum. "Aku ingat saat aku mendukungmu di lapangan." Ucap Tine mengingat masa-masa di mana seharusnya dia mendukung tim fakultasnya malah mendukung tim lawan karena ada Sarawat. "Aku akan mendukungmu besok Tine." Ucap Sarawat.

Suasana tampak hening, tiba-tiba Sarawat merapatkan badannya ke arah Tine, mereka saling bertatapan dan akhirnya berciuman.

Tine bangun pagi lebih awal dari biasanya, dia menatap Sarawat dan mendapati dirinya masih tertidur. Dia lalu menyadari kalau bagian bawahnya Sarawat lagi menonjol, Tine merasa malu dan akhirnya menutupinya dengan selimut. Tine segera mandi dan bergegas ke kampus.

Tine akhirnya sampe ke kampus sekitar jam lima pagi dan mendapati teman-temannya sudah berdatangan. "Nanti ada sesi make up Tine, aku mau kamu makan dulu." Kata Fang sambil bergegas menyerahkan nasi kotak kepada Tine. Tine memakan isi nasi kotak tersebut sembari menunggu gilirannya untuk di make over. Setelah segala hal telah selesai, kini Tine benar-benar berpenampilan sebagai cheerleader. Dia memakai baju motif hitam-merah. Fang lalu mengarahkan mereka semua untuk berlatih sedikit untuk mengingat posisi mereka saat pentas. Posisi Tine berada di depan barisan dan dia merasa sedikit bangga dengan posisi tersebut, di lain hal menurutnya dia bakal dilihat banyak orang dan jadi sorotan sehingga dia juga takut melakukan kesalahan.

Akhirnya perlombaan cheerleader antar fakultas akan segera di mulai. Mereka berkumpul di stadium universitas. Banyak orang yang hadir dan membuat Tine merasa gugup. Nomor tampil groupnya ialah nomor empat setelah fakultas pertanian.

Satu persatu group di panggil dan akhirnya tibalah group dari fakultas hukum yang di panggil. Tine berada di baris depan dengan memegang tongkat sedangkan pemimpin barisan adalah fang yang memberikan aba-aba. Tine berusaha mencuri lirik ke arah penonton untuk menemukan di mana keberadaan Sarawat dan akhirnya dia menemukannya Sarawat bersama dengan sahabatnya Man dan Boss serta sahabat-sahabatnya juga datang, Fong, Phuak dan Ohm. Mereka bertiga memegang spanduk bertuliskan "FOREVER TINE" ditambah dengan latar spanduk yaitu fotonya. Dia malu melihatnya namun sekaligus menambah semangatnya. Terima kasih teman-teman ucapnya dalam hati.

Akhirnya Tine merasa bahagia telah menyelesaikan penampilannya bersama cheerleader fakultas hukum. Setelah selesai, teman-temannya menghampiri. "Selamat ya Tine, aku berharap kamu dan team mu menang." Ucap Fong. "Pastinya." Teriak yang lainnya. "Aku berterimakasih kepada teman-teman yang telah datang dan mendukungku." Ucap Tine dengan segenap hati dan tiba-tiba kerumunan terpecah dan Sarawat datang membawa bunga. "Untuk yang terspesial di hati." Kata Sarawat. "Cie..." Ucap yang lain. "Cium dong pacarnya." Ucap Man mengompori. Akhirnya Tine mencium Sarawat di pipi. Setelah itu mereka akan berencana mengadakan pesta di bar malam nanti. Tiba-tiba Tine merima pesan dari managernya.

Kini tinggal Tine dan Sarawat, "Ayo kita pulang, aku sudah menyiapkan makanan spesial untuk kita berdua." Ucap Sarawat. "Maaf Sarawat aku tidak bisa sekarang. Aku ada janji dengan managerku." Kata Tine. Mendengar itu membuat Sarawat tampak sedih namun dia sudah janji dengan Tine soal ini. "Baiklah Tine kalau itu mendesak." Ucap Sarawat sambil tersenyum, mendengar itu membuat Tine senang karena pacarnya mendukung.

Kali ini Tine menemui managernya yang bernama Phun di sebuah cafe di daerah Siam. Mereka berdua berbincang-bincang soal project yang akan mereka lakukan. "Aku telah memasukkan CV kamu di salah satu agensi yang biasanya memproduksi serial TV dan mereka tertarik setelah melihat profile kamu." Ucap Phun. "Kamu akan membintangi sebuah TV series remaja entah sebagai pemeran utama atau pemeran pembantu." Sambungnya. "Kalau boleh tahu seriesnya tentang apa ya?" Tanya Tine. "Kamu tahu BL?" Tanya Phun. Tine merasa tahu dengan istilah itu, teman sekelas yang cewek-cewek selalu membahasnya di kelas, BL singkatan dari boys love.

"Apa kamu merasa keberatan dengan hal itu? Bayarannya banyak jika kamu bisa jadi tokoh utama." Kata managernya Phun. Tine tidak merasa punya masalah untuk hal itu, bukan juga masalah soal uang, walaupun Tine benar-benar sangat membutuhkan uang untuk pengobatan ibunya tapi masalahnya ada pada Sarawat. Ya Sarawat, apa dia tidak masalah kalau dirinya bermain dalam serial BL? Dia mulai mempertanyakan hal itu.

"Coba kamu pikir dengan matang Tine. Oh ya, kamu harus menemui salah satu pihak si rumah produksi malam ini di sebuah cafe." Managernya menuliskan nama cafe di selembar kertas dan memberikannya kepada Tine. Dia lalu ingat kalau nanti malam bakal ada party yang di selenggarakan oleh kawan-kawannya dan terpaksa dia tidak bakal datang, padahal pesta itu spesial untuk dirinya.

Setelah menemui managernya, Tine bergegas ke rumah sakit untuk menemui ibunya. Di rumah sakit dia bertemu kakaknya Type, dia mengatakan kalau ibunya harus segera di operasi dalam waktu dekat ini. Biaya operasinya sangat besar untuk keduanya, selama ini ibunya yang merawat mereka berdua, mulai dari menyekolahkan mereka sampai kuliah dan membiayai segalanya. Ayah Tine adalah seorang tentara yang gugur dalam tugas sebagai pahlawan. Sayang mereka tidak memiliki asuransi, jadi untuk membiayai pengobatan ibunya, Type menggadaikan rumah dan aset-aset yang mereka miliki. Mendengar itu membuat Tine menjadi sedih sehingga dia juga bertekat until mendapatkan uang banyak.

Tine dalam perjalan menuju ke cafe untuk bertemu dengan pihak rumah produksi BL yang akan dibintanginya. Dia berharap mendapat peran utama dalam tv series itu agar dia mendapatkan uang yang banyak. Telpon genggamnya kemudian berbunyi, panggilan dari Sarawat. "Halo Tine, kamu di mana? Teman-teman telah berkumpul di bar." Ucap Sarawat. "Aku tidak bisa ke sana sekarang, aku harus menemui pihak rumah produksi, aku dapat tawaran dan aku butuh uang sekarang." Ucap Tine. "Oh ya, tawarannya itu membintangi tv series genre BL, apa itu tidak masalah bagimu?" Sambung Tine. Tampak suasana hening, "Oke Tine tidak masalah bagiku." Ucap Sarawat. Tine merasa itu masalah bagi Sarawat tapi bagaimana pun juga dia harus professional sebagai artis baru. "Terimakasih Sarawat atas dukunganmu" Ucap Tine sambil tersenyum dan tetap fokus dengan tujuannya ke depan.

Forever SarawatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang