Cahaya matahari masuk ke sela-sela jendela apartment Tine, dia pun terbangun dan mendapati dirinya begitu lelah, dia ingat kalau semalam dia menghadiri acara pembukaan sekaligus doa untuk proyek BL yang dibintanginya.
Dia melihat Sarawat di hadapannya menatapnya ketika dia benar-benar telah bangun dari tidurnya. "Hai Sayang." Ucap Sarawat lalu mencium keningnya. "Jangan lupa hari ini acara klub musik di pantai Hua Hin." Tine akhirnya mulai mengingat kejadian beberapa hari yang lalu di mana klub Musik akan mengadakan acara pertemuan di pantai Hua Hin sekaligus pemilihan ketua baru untuk klub musik.
"Aku telah memasukkan pakaian mu di dalam koper. Kamu harus mandi sekarang bersamaku." Kata Sarawat dan Tine mengiyakan, dia menyadari kalau Sarawat benar-benar peduli padanya. Sarawat lalu hendak membuka baju Tine. "Sarawat..." Ucap Tine, "Aku bisa membukanya sendiri." Sambungnya malu. Akhirnya Tine membuka bajunya sendiri, dia tidak ingin membayangkan yang tidak-tidak. Lalu setelah dia membuka bajunya dilihatnya Sarawat sudah telanjang. Tine lalu menelan air liurnya. Dia berpikir bisa-bisanya dia telanjang di hadapannya dan serentak dia merasa tersengat. Dia tahu apa yang bakal dilakukan Sarawat saat dia menatap ke arahnya dan dia melihat senyuman mesum khasnya.
"Cepetan buka celana." Ucap Sarawat. Tine lalu membuka celananya dan dia merasa malu namun dipikir lagi kenapa dia malu sama pacarnya, kan dia sudah melihatnya telanjang sebelumnya begitu pun Sarawat padanya. Setelah Tine telanjang, Sarawat lalu menariknya ke kamar mandi.
"Duduklah." Ucap Sarawat sambil meraih dan mengambil tempat duduk kecil. "Kenapa Aku harus duduk?" Tanya Tine. "Duduk saja Tine." Akhirnya Tine duduk. Kemudian Sarawat menggapai badan Tine di mulai dari menyentuh pundaknya dan membasahinya dengan air. "Aku tahu kamu begitu capek Tine." Ucap Sarawat lalu membasu badan Tine dengan air dan sabun dan dengan pelan-pelan. "Iya Sarawat, Aku terkadang merasa lelah dengan semuanya. Terlebih memikirkan ibuku yang sedang sakit." Ibu Tine menderita kanker dan butuh segera dioperasi dan Sarawat akan meminjamkan uang padanya dan itu membuatnya merasa terbebani. Dia berpikir hidup tidak begitu mudah baginya sekarang. "Aku akan terus berada di sampingmu Tine." Ucap Sarawat lalu memeluk Tine dari belakang dan bersandar di pundaknya. Tine tahu bahwa Sarawat adalah penyemangat jiwanya sekaligus belahan jiwanya.
***
Tine dan Sarawat akhirnya sampai di kampus. "Ini dia artis dan kacungnya." Ucap Boss salah satu teman baik Sarawat, mendengar itu membuat Sarawat memukul pelan kepala Boss dengan maksud bercanda, "Aku bukan kacungnya Tine tapi Aku pacarnya." Kata Sarawat. "Baiklah maaf." Canda Boss, kalian harus cepat ke arah klub sebelum fans-fans kamu datang Tine. Kamu sekarang ramai jadi pembicaraan orang di kampus dan jadi trending topik." Akhirnya Sarawat dan Tine mengikuti masukan Boss dan segera menuju ke tempat pertemuan yaitu di belakang gedung yang ditempati klub musik.
Mereka kini berada di belakang gedung klub musik, ada dua bus pengangkut. "Hei artis." Ucap Air kepada Tine. "Entar Kita selfie bareng ya Tine. Aku mau upload di Instagram Aku." Kata Air salah satu klub musik senior, "Aku juga dong Tine." Kata Green, "hei kalian! Bantulah bersiap jangan cuma berdiri di sana" ucap Dim si ketua klub musik sambil membawa gitar dan memasukkannya ke dalam bus. Melihat hal itu membuat Tine segera mengangkat drum. "Jangan angkat sendiri sayang kamu ngak kuat, Kita angkat berdua saja." Ucap Sarawat. "Akh...! So... Sweet!" Teriak Air dan Green. "Jangan buat keributan" kata Dim jengkel.
Tine lalu menuju ke arah drum dan ketika dia hendak mengangkat salah satu drum musik, tiba-tiba salah satu alat perkusi yaitu keyboard elektrik yang berdekatan dengan drum akan jatuh mengenainya. Namun sebuah tangan segera menggapai alat itu agar tidak jatuh menimpa Tine. "Mil" Kata Tine kaget. "Hei Tine." Kata Mil. Sarawat lalu dengan ceketan datang namun telat, dia berpikir dia harusnya segera mengikuti Tine dari belakang. Sarawat merasa bersalah seharusnya dia di posisi Mil.
"Makasih Mil." Ucap Tine dengan manis. "Sama-sama" balas Mil tersenyum ke arah Tine. "Hei, kamu dalam rangka apa kesini?" Sahut Sarawat. "Aku dalam rangka volunteer Sarawat, salah satu gitaris klub musik sakit dan Aku di suruh Dim untuk menggantikannya." Ucap Mil. "Kalau begitu minggir, Aku mau bantu pacarku dulu." Kata Sarawat, "Yo." Sahut Mil sambil berlalu.
"Kamu kasar banget sama Mil Sarawat, dia kan telah menolongku." Kata Tine. "Yeah, Aku cuma merasa kalau aku harus berada di posisinya Tine" kata Sarawat. "Baiklah." Kata Tine dingin. "Apa kamu marah?" Tanya Sarawat. "Lanjut aja bawa drum ini sama-sama ke bus karena orang-orang nungguin." Ucap Tine mengangkat drum bersama Sarawat.
Setelah selesai memasukkan drum ke bagasi bus. Tine dan Sarawat lalu naik ke bus. Di dalam bus, Tine melihat Mil sendirian duduk dan di sampingnya tidak ada orang. Tine lalu mempunyai pikiran untuk membuat Sarawat cemburu dan panas sebagai bentuk pembalasan karena kelakukan tidak sopannya tadi. Tine lalu duduk di samping Mil. "Hei Mil." Ucap Tine, "Hei Tine."
"Eh Tine kenapa kamu duduk di samping Mil?" Tanya Sarawat. "Emang kenapa?" Balas Tine. "Kamu kan pacarku Tine." Kata Sarawat dengan raut wajah jengkel. "Terus kalau kamu pacar Aku, Aku ngak bisa gitu duduk dengan orang lain?" Sahut Tine. "Ya ngak bisa." Balas Sarawat. "Peraturannya darimana coba." Balas Tine kembali.
"Hei! Konflik rumah tangga jangan di bawah ke sini." Ucap Dim. "Sarawat duduklah di sana di bagian kursi kosong. Bus sudah mau berangkat." Kata Dim kepada Sarawat dan akhirnya Sarawat menurut dengan terpaksa. Tine melihat hal itu dan merasa kasihan dengan Sarawat karena harus duduk sendirian di kursi belakang.
Akhirnya Tine berdiri dari kursi dan pindah ke bagian belakang menghampiri Sarawat dan duduk di sampingnya. "Jangan marah." Ucap Tine. Sarawat lalu berbalik dan tersenyum ke arah Tine. "Kelakukan kamu gemesin banget sih sayang." Ucap Sarawat sambil mencubit lembut pipi Tine.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forever Sarawat
FanfictionSarawat x Tine. Hari itu Tine tidak mengira bahwa Sarawat akan mengalami tragedi yang akhirnya akan memperkuat hubungan mereka. Harapan dan masalah silih berganti memberikan cobaan. Akankah kisah hubungan keduaanya akan baik-baik saja? Status : Tamat