💞 4 💞

1.3K 150 63
                                    


Juni menggerakkan badannya perlahan, ia membuka mata dan mendapati Yunan di sampingnya, menatap ke arahnya dengan tatapan khawatir.

"Om kok di situ, sana tinggalin aku, aku ga papa,"

"Kalo dah mendingan ayo ke kamar mandi, bersihkan badanmu pake air hangat, Om tungguin."

"Nggak ah nakutin, masa Om nungguin aku di kamar mandi?"

Yunan menghela napas, ia pandangi wajah Juni, belum ada rasa apapun, hanya rasa penasaran khawatir Juni dekat lagi dengan Ethan membuat Yunan mempertaruhkan perasaannya lagi.

"Ganti kamu yang negative thinking, aku nggak akan nungguin di dalam, aku bantuin bangun."

Juni bergerak perlahan, tangannya dipegangi oleh Yunan dan dibantu berdiri.

"Kuat jalan? Om gendong?"

"Kenapa mendadak jadi manis? Biasanya juga pedes,"

"Kamu ini bingungin, manis salah pedes apalagi."

Ternyata benar, baru beberapa langkah Juni merasa lemas, Yunan menggendong Juni ke kamar mandi. Mendudukkannya di bathup

"Nggak usah lama-lama, panasmu mulai turun, lap cepet aja, aku ambilin bajumu ya, aku taruk deket sini, biar kamu bisa ambil, ntar kalo sudah beres panggil aku."

Yunan melangkah ke luar kamar mandi, mengambil baju Juni lengkap dengan dalamannya, sejenak wajahnya menghangat karena tak biasa bersentuhan dengan perlengkapan wanita, bahkan dengan masa lalunya ia tak pernah sampai seperti ini, Yunan menghela napas. Ia melangkah kembali ke kamar mandi. Dan

"Aaaaaa .... Om mesuuum."

Juni cepat menutup badannya yang masih menggunakan dalaman. Wajah Yunan memerah seketika, ia memalingkan wajahnya.

"Kamu ini bego apa gimana, kan aku tadi dah bilang kalo aku mau balik lagi ambilin baju kamu,"

Yunan meletakkan baju Juni dan segera berbalik ke luar dari kamar mandi.

Tak lama Yunan mendengar Juni memanggilnya lagi. Iya melangkah pelan dan menemukan Juni yang malu-malu menutupi badan bawahnya dengan handuk.

"Aku pake di kasur aja sambil duduk celana pendek sama cd nya Om, kalo di sini sulit dan kelamaan berdiri juga lemes." Yunan tak banyak bicara ia segera menggendong Juni lagi dan mendudukkannya di kasur. Saat mendudukkan Juni ia merasakan tangan Juni yang masih melingkar di lehernya. Yunan menatap wajah Juni dari jarak dekat.

"Lalu aku harus terus menunduk gini karena tangan kamu yang terus melingkar di leher laki-laki tua menjemukan ini?"

Juni segera sadar dan melepaskan tangannya dari leher Yunan. Ia menatap Yunan yang juga menatapnya, baru kali ini keduanya saling menatap dengan raut wajah tanpa kemarahan. Sekali lagi Yunan mencoba menyadarkan dirinya bahwa yang ada di depannya bukan cinta pertamanya, bukan Jenita wanita yang ia cintai sekaligus ia benci. Sedang Juni baru menyadari jika laki-laki tua yang berdiri di depannya masih terlihat tampan di usianya yang tak lagi muda, badannya yang terawat dengan baik juga wajah yang mau tidak mau Juni harus mengakui jika laki-laki tua itu masih terlihat menawan.

"Ih kan ngelamun, udah Om ke luar sana,"

"Kamu juga, ngapain liat aku terus."

Yunan akhirnya melangkah ke luar dari kamar Juni dan mendadak berhenti saat mendengar suara Juni lagi

"Lah Om kan iya liat Juni aja, jangan jatuh cinta sama Juni gak boleh, orang tua sana cari yang tua juga, biar samaan,"

Yunan berbalik dan melihat Juni yang senyum-senyum meski wajahnya masih terlihat jika ia masih belum sembuh benar.

Janji untuk Juni (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang