Yunan menatap sebuah foto, lama ia memandang foto berbingkai putih. Tanpa senyum, gerahamnya mengeras, ia memasukkan lagi foto itu ke dalam laci. Memejamkan matanya dan ia tersentak saat mendengar suara pintu berdebam.Ia bangkit dari duduknya dan bergegas menuju ruang tamu, pasti gadis kecil itu lagi pikir Yunan. Ia melihat Juni yang berdiri dengan wajah bingung.
"Dari mana?"
"Pengen beli apa gitu, di sini kok gak ada cemilan, tapi gak tau mau beli di mana, tadi sempet ke luar tapi takut kesasar jadi balik lagi," ujar Juni, Yunan hanya menghela napas.
"Makanya tanya jangan asal ke luar aja, ntar ada apa-apa aku yang disalahin papa kamu, itu loh yang aku jejer rapi toples di meja deket kamarmu, itu kan oleh-oleh mama kamu, makan itu kripik dan cemilan lainnya, paling juga kamu doyan,"
"Iya."
Yunan hendak berbalik saat terdengar suara Juni memanggil.
"Apa lagi?"
"Eeemmm ... teman aku ada yang kuliah di sini juga, kebetulan keluarganya punya bisnis di negara ini Om, boleh aku bareng dia ke mana-mana?"
"Cowok apa cewek?"
"Cowok, Ethan namanya,"
"Setan?"
"Ethaaan Om, Eeee ... thaaaan,"
"Gak boleh, dia cowok, ntar kamu diapa-apain,"
"Loh kok, ya bosen lah Om kalo aku gak boleh temenan, kan biar aku kerasan di sini."
"Ya silakan temenan di kampus selesai ya udah pulang, ingat kamu dititipkan ke Om sama orang tua kamu, kalo ada apa-apa Om yang pusing tau,"
"Om bosenin tahuuu, makanya sana nikah, biar tahu enaknya ada yang merhatiin, jutek gitu Om, ya gak ada yang mau lah, iya kaaan gak ada cewek yang mau sama Om setua ini? Bener kan? Om tuaaa tau,"
Yunan berbalik dan mendekati Juni, ia pandangi wajah belia di depannya, meski sesungguhnya sangat tak ingin ia lakukan, menatap Juni sama saja dengan mengorek lukanya hingga berdarah lagi. Entah takdir apa yang ia alami mengapa wajah Juni bisa semirip wanita yang ia benci.
"Bilang lagi,"
"Om TUAAA,"
Juni menengadahkan wajahnya pada laki-laki dengan tinggi sekitar 185 cm itu. Mereka berpandangan dalam jarak dekat, Yunan memegang rahang Juni dengan tangannya yang besar, Juni menatap tajam ke arah Yunan.
"Om mau apa? Mau cium, silakan kalo berani, anggap aja Om pedofil, Om nggak akan berani karena aku dititipin papa ... Eeemmmmpppphhhhh ...."
Juni memukuli dada Yunan, Yunan menahan tangan Juni dan mendekap tubuh mungil itu hingga tak bergerak.
"Jangan tantang aku, aku laki-laki normal meski aku TUA," ujar Yunan sesaat setelah ia lepaskan ciumannya.
Ia biarkan Juni yang tertegun dengan mata berkaca-kaca. Sungguh laki-laki aneh yang pernah Juni temui sepanjang hidupnya.
***
Halooo Ethan tungguin aku ya di kampus
Ok, kamu bareng siapa? Apa aku jemput aja kamu, kasih alamat kamu di mana
Ah jangan ntar aja kita ketemu di kampus
Kenapa? Nggak boleh sama pacar baru? Kita meski dah putus jangan gini lah Yank
Ih pacar apaan, masa baru juga di sini dah dapat gebetan baru, ih pake yank yank lagi ... udah deh kita kan pacarannya dulu juga ga serius, udah ah kita ketemu di kampus aja
KAMU SEDANG MEMBACA
Janji untuk Juni (Sudah Terbit)
General FictionCover by @depacbs Ebook 2P Junilda Belfa Syakira sama sekali tak menyangka bahwa hidupnya akan berubah setelah mengenal Juniarka Yunantoro, gadis yang sangat membenci laki-laki sahabat papanya itu justru terjerat cinta laki-laki berusia matang, laki...