💞 1 💞

3K 184 191
                                    

"Apaaa, tinggal sama Om Yunan? Nggak Pa, nggak lah, mending aku carikan apartemen lain, laki-laki bisu gitu, aku bisa mati kesepian di sana," Juni atau Junilda Belfa Syakira menggeleng dengan keras, saat papa dan mamanya ingin ia tinggal dengan sahabatnya yang bernama Yunan, karena di Singapura hanya Yunan sahabatnya yang ia tahu.

"Dengarkan papa, Juni, kamu anak satu-satunya, kami nggak mau terjadi apa-apa, di sana kamu akan aman dengan Yunan, akses ke kampusmu juga dekat dari tempat tinggal Yunan, nanti sekiranya kamu sudah bisa mandiri, papa akan carikan apartemen," bujuk Renaldi, papa Juni.

"Beneran, ya Pa, Juni nggak suka Om Yunan, dia diem aja, cuek gitu, wajah datar, ganteng sih tapi tua kayak papa." Ujar Juni dan papa Juni tertawa mengacak rambut anaknya.

'Usia matang Sayang, bukan tua, papa masih ganteng di usia ke empat puluh enam, sedang Yunan usianya satu tahun di bawah papa, meski kami satu angkatan. Ok itu bantuin mamamu, masukin barang-barang kamu perlu untuk di bawa lusa ke Singapura, Yunan sudah aku hubungi dan dia ok, sudah siap kamar untukmu," ujar papa Juni.

***

Udara sore menyambut Juni dan kedua orang tuanya di Bandar Udara Internasional Changi, Singapura. Mereka bergegas menuju seseorang yang telah berdiri sambil melambaikan tangan dan senyum lebar, sejenak Juni tertegun tubuh jangkung, kulit putih bersih dan mata yang seolah bangun tidur mengingatkannya pada wajah pemain senior drakor, So Ji Sub.

Renaldi segera memeluk Yunan dan saat melepas pelukannya ia menyuruh istrinya Delia bersalaman juga Juni yang terlihat enggan.

"Lama nggak ketemu sudah beda banget kak Yunan," kata Delia yang diiyakan oleh Renaldi.

"Beda? Apanya?" tanya Yunan dengan senyum khasnya yang semakin menyipit matanya kala tersenyum.

"Nah itu sudah bisa senyum," sahut Delia dan mereka tertawa.

"Hei Juni, ayo salaman sama Om Yunan, kan udah kenal, ini Om Juniarka Yunantoro," ujar Renaldi, Juni mengulurkan tangannya, keduanya sempat saling tatap sejenak dan entah mengapa senyum Yunan seketika hilang.

"Ayo, aku bantu bawa barang Juni, kok cuman sedikit?" tanya Yunan.

"Dia masih akan balik lagi ke Indonesia, nanti sebagian akan dia bawa lagi," sahut Renaldi, Yunan hanya mengangguk.

***

"Aku titip Juni, Yunan, aku percaya kau akan menjaganya dengan baik, dia hanya agak manja, maklumlah nggak punya sodara," ujar Renaldi saat mereka makan malam.

"Yah, aku akan menjaganya untukmu, dan aku kaget juga Juni banyak berubah, aku ingat dulu saat dia masih SMP, lama nggak ketemu eh dah mau kuliah," sahut Yunan tanpa menatap Juni, ia menyuapkan makanannya dengan pelan, terlihat setengah melamun menatap piringnya yang seolah tak juga berkurang.

"Ini pasti kak Yunan yang masak," ujar Delia dan Yunan tersentak lalu berusaha tersenyum, sekilas ia melirik Juni, hatinya berdenyut sakit lagi.

"Juni, dengerin mama ya, Om Yunan ini pinter masak, kamu bisa sambil belajar ke dia ," ujar Delia dan Juni menggeleng.

"Juni nggak suka di dapur, males," sahut Juni pelan.

Mengapa jadi begini, mengapa sangat mirip, aku sekuat tenaga melupakanmu, mengapa anak kecil ini datang mengoyak Lukaku lagi ... batin Yunan berbisik perih.

"Yunan, besok kami kembali ke Indonesia, lusa baru bertolak ke Jepang, aku harus sudah aktif tugas di kedutaan besar di sana," ujar Renaldi," sekali lagi, aku titip Juni."

"Iya, semoga perjalanan kalian lancar," sahut Yunan. Renaldi dan Delia mengangguk, keduanya saling berpandangan, sejak awal mereka datang, Yunan seolah enggan menatap wajah Juni.

Janji untuk Juni (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang