Hari-hari berlalu, dua minggu tanpa terasa sudah dan Juni merasa semakin nyaman berada di rumah Yunan. Sedang Ethan tak lagi mendekati Juni. Di kampus pun Ethan mengamati Juni dari jauh dengan wajah sedih, karena Juni selalu memasang wajah tak ramah. Satu kali Ethan pernah mencoba dekat tapi Juni segera menjauh hingga Ethan tak pernah mencoba lagi. Ethan hanya mengamati pergerakan Juni dari jauh.Sebenarnya berbagai cara telah Ethan lakukan termasuk melalui adiknya yang lumayan dekat dengan Juni tapi tak juga berhasil. Sampai suatu saat Ethan menemui Yunan yang saat itu menunggu Juni di depan kampus.
"Bisa kita bicara?"
"Di sini saja sambil berdiri, gak lama juga kan?" sahut Yunan tanpa senyum dengan ekspresi datar.
"Sampaikan maaf saya pada Juni, saya hanya ingin menunjukkan bahwa saya sangat mencintainya."
"Tapi justru ia jadi ketakutan, dia seperti korban yang hampir diperkosa, badannya bergetar, menangis dan selama beberapa hari seperti ketakutan bertemu orang, dia sempat tidak mau berkuliah tapi saya bujuk dia."
"Saya mencintainya, sangat mencintainya."
"Pulanglah, dia menuju ke sini dan langkahnya terhenti saat melihatmu," Yunan meninggalkan Ethan yang masih mematung, menuju Juni yang menatap Ethan dengan tatapan benci.
***
"Masih marah?"
"He eh."
"Yang kapan hari aku cium kan kamu marah juga tapi kok gak ketakutan?"
"Om kan nyosornya karena marah aja, dan enak dicium Om, pelan-pelan, gerakannya dikit-dikit ih, yang Ethan duuuuh kayak mau dimakan semua nih bibir."
Yunan hampir saja tertawa karena jawaban Juni yang terlalu jujur. Ia menoleh sekilas lalu kembali berkonsentrasi pada kemudi.
"Jadi kamu menikmati ciuman Om?"
"Ih, nggak lah, ciuman marah gitu, tapi gak papa lain kali aja hehe, loh ini ke mana Om?"
"Kamu kan gak pernah ikut Om ke kantor? Gak tau di mana dan kayak apa kantor Om?"
Sepuluh menit kemudian Yunan telah menggenggam tangan Juni dengan erat, diiringi tatapan kaget dan terheran-heran beberapa karyawan yang segera mengangguk dengan hormat pada Yunan.
"Ooooh jadi di sini kantor Om?" kata Juni saat mereka telah masuk di pintu lobi dan mobil diparkir oleh salah satu karyawan Yunan saat Yunan meninggalkannya di depan lobi.
Juni menatap sebuah bangunan menjulang, tanpa sadar Juni semakin erat memegang tangan Yunan, dan matanya mengedarkan pandangan pada bangunan perkantoran yang megah juga karyawan yang sibuk hilir mudik dan segera menyapa dengan sopan saat Yunan lewat. Beberapa mata seakali nampak menatap aneh pada keduanya, lebih-lebih pada Juni yang terlihat masih sangat belia dan tangan Yunan dan Juni yang saling menggenggam erat.
Mereka menaiki lift khusus hingga keduanya tak terganggu dengan hilir mudik karyawan.
"Waaah enak banget ruangan Om, keren, monokrom designnya, kursinya gede gini bisa buat tidur Juni."
"Eh kalao mau tidur sana di kamar Om, ini nih." Yunan mendorong rak buku yang ternyata sebuah pintu menuju kamar tempat Yunan biasa istirahat.
"Waaah ini pasti Om kalo ena-ena, iya kaaan kayak di cerita-cerita itu gitu, CEO bawa cewek trus ena-ena di sini, trus ...,"
Juni merasakan lengannya dipegang Yunan, ia menoleh dan menemukan wajah datar Yunan yang menggeleng pelan.
"Bisa kan kamu juga nggak bikin Om marah? Bukan rahasia lagi mereka yang kelebihan uang melakukan hal seperti itu, tapi Om tidak, mungkin terdengar tak normal, tapi Om hanya akan melakukan dengan wanita yang Om cintai."
KAMU SEDANG MEMBACA
Janji untuk Juni (Sudah Terbit)
General FictionCover by @depacbs Ebook 2P Junilda Belfa Syakira sama sekali tak menyangka bahwa hidupnya akan berubah setelah mengenal Juniarka Yunantoro, gadis yang sangat membenci laki-laki sahabat papanya itu justru terjerat cinta laki-laki berusia matang, laki...