💞 6 💞

1.4K 136 31
                                    


"Aku tadi tanya Marvel, besok kamu boleh pulang kalo nanti sore kamu gak panas lagi."

"Om juga yang terlalu panik, cuman gini aja dibawa ke rumah sakit."

"Kamu pingsan, aku bingung, aku gak biasa ngadepin kayak gini, aku takut kamu kenapa-kenapa."

"Cieeee Om cinta ya ke Juni yaaa? Juni nggak akan deh jatuh cinta ke Om tauuuu, nggak akan, Om sok baik deh sekarang, kemarin aja marah-marah, Ethan cuman mau nengok gak boleh."

Yunan menatap gadis belia di depannya tanpa senyum, tanpa sadar tangannya bergerak terulur lalu mengusap kepala Juni. Perlahan senyum Yunan terlihat.

"Kamu lucu, baru kali ini aku menikmati gadis kecil alay model kamu, dengerin Om, kamu dan Ethan sudah sama-sama dewasa, gak baik kalo Ethan sampe masuk ke kamarmu, lebih baik nunggu kamu mendingan, kan jenguk kamu dah enakan nemuin di ruang keluarga deket kamar kamu."

"Nah omong gitu kan enak, dari pada kemarin asal cuap aja Om, nyakitin tahu."

"Kamu juga, Om kan jadi tersinggung, meski Om bukan anggota keluargamu, almarhum papa mamaku temenan sama kakek nenek dari papa kamu jadi kami sudah seperti keluarga, ngerti? Makanya Om tersinggung kamu bilang aku sama kayak Ethan, ya beda lah, Om kenal keluarga besar papamu, begitu juga sebaliknya."

"Yaudah kita sama-sama salah."

"Ok, kita menuju pacaran? ntar sebulan lagi kita pacaran beneran."

"Yeee itu kan maunya Om, Om yang berusaha bikin aku jatuh cinta, kalo aku nggak deh, gak usah usaha aku gak akan cinta juga,"

Yunan hanya tersenyum menatap Juni dari jarak dekat. Juni kaget saat Yunan mendekatkan wajahnya.

 Juni kaget saat Yunan mendekatkan wajahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Om mau nyosor lagi ya?"

Senyum Yunan semakin lebar. Ia kembali mengacak rambut Juni sedang Juni hanya terpana melihat Yunan yang akhirnya bisa terlihat seperti manusia normal.

"Nah gitu loh Om senyuuuum, hidup itu dinikmati, masa dieem aja, merenguut aja, makanya nikaah nikaaah."

"Ntar, nikah sama kamu."

"Laaah nikah sama Om? Ntar punya anak malah manggil kakek bukan papa." Juni mulai bisa tertawa meski wajahnya masih terlihat lelah.

"Kamu itu awas kualat loh, awas kamu nanti yang cinta beneran ke Om."

"Eleeh gak mungkiiin, gak mungkiiin, liat aja nanti."

***

Keesokan harinya Juni pulang lebih pagi dari rumah sakit, setelah Yunan menyelesaikan urusan administrasi ia segera melajukan mobilnya menuju rumah.

Janji untuk Juni (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang