"Kok bisa gini? Panasnya lebih tinggi lagi dan kamu nggak kasi makan dia ya?" tanya Marvel sambil menatap Yunan yang terlihat khawatir."Kamu ngga tahu gimana repotnya urus ni anak, belum mulut pedasnya, gak patuh lagi, dan aku baru kali ini nemu lawan yang seimbang."
Terdengar tawa lirih Marvel. Menatap wajah bingung Yunan baru kali ini Marvel rasakan, yang ia tahu Yunan orang yang cuek dan dingin.
"Tumben kamu terlihat khawatir? Aku baru kali ini lihat kamu bingung kayak gini, kamu tahu Yunan bahwa cinta itu gak tahu ke mana arahnya,"
"Aku nggak mau ngomongin cinta dan tetek bengeknya lagi."
"Bener? Kamu gak khawatir sama ni anak?"
"Khawatir kan bukan berarti cinta."
"Tapi bisa jadi awal dari timbulnya rasa itu, ngapain kamu khawatir kalo nggak karena ada rasa lain?"
"Ya karena aku dikasi tanggung jawab jagain ni bocah sama papanya,"
"Bukankah setelah Jenita ada Julieta yang dititipkan almarhum mamamu, agar kau jaga dan kau anggap adik, tapi yang terjadi malah dia kau sekolahkan sejauh mungkin ke Inggris sana dan dia tak pernah kembali setelah menikah dengan diplomat di sana, padahal aku tahu jika Julieta mencintaimu, kali ini khawatirkan sana ni anak?"
"Juni masih labil Marv, dia anak-anak aku hanya tak ingin dia salah jalan."
"Aku melihat kekhawatiran yang tak biasa pada seorang Yunan."
"Terserah kamu."
Marvel menepuk pundak sahabatnya dan ke luar dari ruang perawatan Juni.
Yunan menatap wajah pucat Juni, ia merasa bersalah, ia dekati Juni, duduk di sampingnya dan tanpa sadar menggenggam tangan Juni.
"Maafkan aku, buka matamu Juni, mungkin benar aku memang tak tahu cara menyenangkan wanita, tapi wajahmu benar-benar membuatku sakit dan entah apalagi secara bersamaan."
Yunan kaget saat ponselnya bergetar, ia sengaja mengganti mode ponselnya agar Juni tak terganggu. Ia lihat dan menemukan nama Renaldi, papa Juni.
Gimana Juni, Yunan?
Kami di rumah sakit Al
Loh kok? Makin parah ya?
Panasnya makin tinggi
Apa aku suru istriku berangkat nanti Yunan?
Nggak usahlah, aku bisa kok merawat Juni
Maaf banget ya Yunan merepotkan jadinya, aku suru istriku berangkat nanti Yunan
Gak papa, gak usah aku masih bisa ngurus Juni, meski terus terang Al, dia ngajakin perang mulu
Maaf, maafkan dia Yunan, maklumlah anak cuman satu jadinya ya terbiasa kami manjakan, terbiasa kami turuti
Ya udah Al, aku liat Juni dulu
Ok, sekali lagi makasih Al
Yunan memasukkan ponsel ke dalam saku celananya dan menatap wajah Juni dengan perasaan penuh khawatir. Tiba-tiba mata Juni bergerak-gerak pelan dan mulai membuka matanya.
"Om."
"Ya, Om di sini."
"Juni laper, Om tega ninggalin Juni yang lemes."
"Kamu gitu sama Om."
"Masa Om gak mau ngalah sama Juni, kan Om tua, harusnya ...
"Ssstttt makan dulu, Om suapi hmmm
"
KAMU SEDANG MEMBACA
Janji untuk Juni (Sudah Terbit)
General FictionCover by @depacbs Ebook 2P Junilda Belfa Syakira sama sekali tak menyangka bahwa hidupnya akan berubah setelah mengenal Juniarka Yunantoro, gadis yang sangat membenci laki-laki sahabat papanya itu justru terjerat cinta laki-laki berusia matang, laki...