🍉 2 🍊

438 53 9
                                    

🍉🍉🍉

Seminggu berlalu sejak saat itu. Siang ini  aku tengan memarkir mobilku di parkiran jurusan ILKOM (Ilmu Komunikasi).  Bermaksud menyerahkan paket pesanan Devina yang tak kunjung sampai kemarin. Huh merepotkan saja.

Aku sedikit terburu-buru sebenarnya, karena ada janji bertemu dengan Arin 30 menit lagi. Benar, kini aku  mulai membuka diri kepada Arin. Arin bukan pelampiasan kan? Kuharap begitu.

Akupun segera menelfon Devina agar urusan ini cepat selesai.
"Dev lu dimana? Gua udah di parkiran"
"Gua di bangku dekat ruangan dosen tau ga lu??" Sahut suara di seberang telpon.
Tentu saja tau, berkat mina aku sudah hafal denah area ILKOM di luar kepala.
"Oke, i'll be there. Wait."

Aku bergegas menuju lokasi yang dimaksud, dengan meneteng beberapa kardus besar yang entah isinya apa.
"Jangan-jangan Devina pesen batu online" gumamku random saking beratnya.

Dan duo jangkung itu benar ada di bangku, duduk berdempet lengket seperti permen karet. Bikin iri saja.

"Aaaaa Mark ganteng, makasih ya udah dibawain kesini. Pelayanan J&T emang top." Ejek Devina melihatku kesusahan menenteng kardus.

"Nih ambil, dosa (barang) pacar lu berat banget" aku langsung menumpuk semua di paha Lucas.
"Sembarangan aja itu mulut Mark" Devina memukul lenganku tak terima.

"Gila Dev lu order dosa beneran? Berat amat tai pantesan nyuruh gua kesini mau dijadiin kuli ternyata." Keluh Lucas yang dibalas cengiran dari Devina.

"Yaudah guys, gua buru-buru. Have fun!"
"Lo juga have a nice date brow"

Hah kenapa Lucas bisa tau. Duo tukang gosip ini dasar sudah sejauh mana info ini menyebar bagaimana kalau Mina tau.

Ahh mungkin tau pun dia tidak akan perduli, siapa juga aku ini. Lagi-lagi tertampar kenyataan.

Kal sibuk mencari kunci mobik yang entah nyelip di mana, netraku mengkap sosok yang familiar. Sosok yang amat kurindukan.

"Mina??" Gumamku ke udara.

Kulangkahkan kakiku cepat, sedikit berlari kecil tepatnya. Takut kehilangan kesempatan melihat wajahnya dari dekat.

Setelah jarak kami hanya terpaut beberpa langkah, ternyata Mina tidak sendiri. Dia bersama —Arjuna?

Aku hanya bisa mematung memadang Mina yang tersenyum dalam rangkulan Arjuna. Badannya terlihat lebih berisi sekarang, mengingatkanku pada Mina zaman SMA dulu. Wajah tembemnya terlihat imut, bulat dan menyegarkan persis seperti buah jeruk.

Tanpa sengaja pandangan kami bertemu. Senyumnya memudar berganti tatapan tajam penuh amarah. Kenapa?? Apa sebegitu besar rasa murkanya kepadaku.

Bukankah ini semua bukan sepenuhnya salahku? Apa hanya aku yang merindu di sini?

Kulihat dari kedua manik matanya bergetar, tengah menahan tangis sekuat tenaga.

"Min—" Panggilanku barusan membuat air matanya akhirnya jatuh.

Aku ingin meraihnya, tapi Arjuna langsung menghadangku. Menyebunyikan Mina yang tengah menangis di belakangnya.

"Jun please, i need to talk with her"
"But, she is not" tolak Arjuna
Oke, kondisi ini sedikit aneh.

"Jun, kenapa sih gua cuma mau ngomong ke Mina apa salahnya. I am freaking miss her."
"Then, why you leave her?"
"Wait—whattt? Dia yang ninggalin gua jun. Dia yang minta putus. Udah deh lu jangan sok tau atau gua main kasar"

Arjuna tak bergeming, masih menatapku dengan tampang angkuhnya.

Aku berjalan semakin mendekat bermaksud membujuknya. Tapi Arjuna malah mendorongku hingga aku hampir terjungkal.

ESANA | Mark Mina ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang