🍉 3 🍊

460 45 12
                                    

Selalu jaga kebersihan dan kesehatan tubuh ya semua, semoga sekeluarga selalu dalam pelindungan tuhan. Enjoy reading💚

🍉🍉🍉

Selanjutnya yang terjadi adalah kita berdua secepatnya di larikan ke rumah sakit. Kami semua menaiki mobilku yang di kendarai oleh Haris.

Lucas menawarkan untuk menyetir sebenarnya, kan dia yang lebih tua. Tapi enggak deh aku menolak dari pada kita semua malah terlibat kecelakaan lalu lintas.

Sesampainya di rumah sakit kita berdua langsung masuk ke UGD. Para dokter jaga agak kaget melihat kondisi kita yang antaranya habis jadi korban demonstrasi mahasiswa bentrok sama aparat atau amuk masasyarakat ketahuan nyolong sendal di masjid.

Ketika ditanya dokter, Haris yang menjelaskan kronologinya dibantu Lucas. Dia juga yang mengurus segala administrasi rumah sakit sampai aku dipindah di ruang rawat inap. Memang si kunyuk ini paling bisa diandalkan di kondisi genting.

Sekarang aku sedang di ruang inapku di temani Haris. Lainnya setauku masih di ruang tunggu rumah sakit menunggu Arjuna yang masih dalam penanganan dokter.

"Ris..." Panggilku
"Apa!" Ketus sekali, masih ngambek sepertinya gara-gara kena pukul tadi.

"Lo ga bilang ayah kan?"
"Tenang bang, gua tau kok keluarga lu deket banget sama keluarga bang Juna. Kita ga ada yang kabari orang tua kalian, biar kalian aja yang kasih tau langsung."

Lega sekali rasanya mendengar jawaban Haris. Bisa tamat riwayatku kalau ayah tau dari orang lain.

"Mina mana?"
Haris mendengus malas "Hhhhhh, ga ada kapoknya lu bang. Masih kawatir tuh nunguin pacar barunya habis di gebukin mantannya"

"Iyaaa iyaaa ampun" Haris terkekeh puas setelah aku pelototi kesal.
"Lagian lu kenapa sih bang, maksa banget ngomong sama kak Mina. Cewek tuh jangan dipaksa, entar makin menghin-"

"Iyaaaa gua panggilin!" Lanjutnya ketika dia melihatku ingin bangkit dari kasur.

"Diem lu di sini ga usah sok-sok an berdiri entar malah nyungsruk." Ancamnya sebelum pergi. Kubalas acungan jempol. Kemudian Haris meninggalkan ruang inapku sambil menggerutu.

Tak berselang lama pintu diketuk dan Mina masuk. Aku bersusah payah memposisikan diri untuk duduk bersandar di kasurku.

Mina dengan tenang duduk di kursi sampingku. Ku lihat dia mencoba mengatur emosinya meski mata merahnya ingin menitihkan air mata lagi. Oke, kurasa lebih baik aku bungkam menunggu Mina yang berbicara duluan.

"Ada yang harus kita bicarakan"
Ucapnya membuka percakapan. Atensiku langsung berpusat ke Mina sepenuhnya.

"Kamu ingat beberpa bulan lalu kita ngerayain aniv keempat kita di apartemen kamu?"

Aku mengangguk, mendengarkan.

"Kita berdua minum terlalu banyak malam itu dan akhirnya-melakukan 'hal itu'."

Oke, tentu aku tau apa yang dimaksud 'hal itu'. Demi tuhan firasatku mulai tidak enak.

"Waktu itu aku biarkan karena kamu bilang pakai pengamankan?" Tanya Mina kepadaku, aku mengangguk tidak yakin karena semua terasa samar malam itu.

"Waktu itu kita udah pacaran empat tahun. Aku percaya sama kamu Mark, i let you take my virginity." Kuharap ini tidak seperti yang kupikirkan.

"Aku ga tau kamu mau percaya sama aku atau ga-" ucapan Mina terhenti, seluruh tubuhnya bergetar menahan tangis.

Dia menarik nafasnya dalam, lalu mengucapkan kalimat paling mengejutkan seumur hidupku.

"Aku hamil anak kamu. Udah jalan 2 setengah bulan."

ESANA | Mark Mina ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang