4.KETAHUAN

6.9K 308 43
                                    

'apa yang kalian harapkan dari gue? Kenapa kalian begitu kejam dan menyembunyikan kebenaran yang tak pernah ku ketahui' -Lexsa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

'apa yang kalian harapkan dari gue? Kenapa kalian begitu kejam dan menyembunyikan kebenaran yang tak pernah ku ketahui' -Lexsa

"Yang kedua, Alvalano Wijawa. Ketua geng Scorpion, itu bukan nama geng motor seperti di novel-novel. Tapi itu nama kelompok anak-anak berpengaruh di sekolah kita, ibaratnya kelompok itu adalah pusat sosialita" Ucap Lina memelan, tak ingin seseorang mendengar pembicaraan mereka.

"Mereka bukan anak-anak Tik Tok jamet, kan?" Tanya Lexsa sedikit khawatir, ia akan benar-benar menyesal jika berada di sekolah dengan para jamet sebagai pusat sosialitanya.

Lina meletakkan jari telunjuknya di bibir Lexsa menghentikan suara Lexsa yang terdengar begitu keras.

"Di dalam geng Scorpion ada satu siswi no 3 yang wajib di Hindari, dia adalah Prilly Khanchila. Chila adalah anak emas SMA Ganesha" jelas Lina . "dia banyak memenangkan Olimpiade bagi sekolah. Tak ada satupun pengetahuan yang terlewat dalam otaknya"

Ray berdehem pelan sambil mengaduk-aduk minumannya. "gue jadi iri, sepertinya saat pembagian otak dia maju paling depan" gumam Ray tampak berpikir.

"Di rumorkan, Alvan si Ketua Scorpion udah cinta mati sama dia. Tapi karena Chila menyukai Andra, Chila benar-benar membangun dinding untuk Alvan" ujar Lina melanjutkan.

"Apa dia Playboy?" Tanya Lexsa menatap Alvan. "dia terlihat seperti cowok brengsek" ujarnya kembali menyeruput minumannya.

"Ia hanya pernah berpacaran satu kali sama Laura, si Bidadari sekolah. Namun beberapa bulan yang lalu Laura meninggal dunia sehingga Alvan menolak semua cewek yang mendekatinya" jawab Lina .

Lexsa mengangkat satu sudut bibirnya naik dan menyeringai. "Bagaimana jika gue bisa menaklukan dia?" Tanya Lexsa dengan Simrk di wajahnya.

Lina tertawa lepas mendengar ucapan Lexsa. "Gue jamin gak akan bisa!" tantang Lina dengan wajah serius.

"Gue yakin gue bisa, hanya saja gue sangat malas untuk bermain-main" ucap Lexsa sedikit sombong.

Lina memasang wajah tak percaya kepada Lexsa, gadis itu berbisik kepada Ray sambil menatap wajah Lexsa sinis. "apa dia gila?" Tanya Lina kepada Ray.

"Dia seniornya, asal lo tau? Lexsa itu seorang buaya betina di spayol. Pantas saja ada seseorang yang mengunggah video seperti itu di social medianya" Ucap Ray sambil mengunyah makanannya.

Lexsa menarik sudut bibirnya naik,merasa kesal. ia kembali menoleh menatap Alvan dan menatapnya dengan tatapan menghina. "Mierda"

Alvan sontak menoleh dan menatap Lexsa, seketika tatapan Lexsa dan Alvan terasa seperti akan terjadi perang dunia ketiga. keduanya memang sering berdebat kecil sewaktu-waktu.

"Astaga, aura neraka macam apa ini?" gumam Lina merasakan pundaknya seketika merinding. Gadis itu menoleh menatap Lexsa yang masih menatap sinis Alvan.

"Lexsa!" panggil Lina menarik lengannya membuat tatapan Lexsa dan Alvan terputus.

"Lo kenapa malah natap tajam Alvan, njir!" ujar Lina sedikit takut. "lo gak ada keinginan untuk menusuk dia, kan?"

Lexsa terkekeh dan tersenyum tipis. "bicara apa, sih! untuk apa gue menusuk dia!" jawab Lexsa. "darahnyakan nanti muncrat-muncrat. Masih banyak cara lain, kok" ucap Lexsa dengan santai.

Seketika tubuh Lina gemetar hebat membuat Ray merotasikan bola matanya malas melihat kedua sepupunya itu. ia merasa sedikit kasihan saat melihat mata Lina yang mulai berkaca-kaca dengan raut ketakutan"Lexsa, jangan menggodanya terus. Si Cebol ntar nangis"

Lexsa menghentikan tawanya dan menyeka air matanya. Reaksi Lina benar-benar lucu untuk di pertontonkan. "baiklah" balasnya

"Hey!" ucap seorang siswa menghampiri Lexsa. "Jadi nama lo Lexsa? gue Alvalano wijaya. panggil aja Alvan"

Siswa itu mengulurkan tangannya kepada Lexsa sambil tersenyum sinis. Lexsa menoleh menatap Alvan dengan wajah bengis, ia benar-benar tidak suka dengan lelaki ini.

"Gue gak berbicara dengan sampah" ucap Lexsa meletakkan tangannya diatas meja sambil menopang dagunya.

Alvan terkekeh kecil, lelaki itu mendekatikan wajahnya kearah telinga Lexsa dan berbisik pelan. "Jadi lo adik Andra, pantas saja kalian mirip"

"Apa gue terlihat seperti alat yang layak di gunakan? Gue tau lo mengincar Andra melalui gue" balas Lexsa. "tapi sayang, gue bukanlah anjing yang penurut asal lo tahu"

Lexsa beranjak dari tempatnya, mengajak Lina dan Ray untuk segera pergi meninggalkan tempat itu. Suasana mendadak ricuh di karenakan pembicaraan itu. Semua orang menatap Lexsa dengan sinis dan bingung, merasa asing namun tak mengenali siapa siswi baru itu.

Saat Lexsa melangkah pergi, Alvan menarik lengan Lexsa menahan lengan gadis itu. "apa lo punya id Line? gue pengen menawarkan kesepakatan"

Lexsa tersenyum tipis saat mendengarnya. Ray yang melihat kejadian itu dengan kasar melepaskan cengkraman Alvan dan segera menarik Lexsa menjauh darinya.

"Maaf, gue gak punya id Line. Adanya nomor rekening" balas Lexsa melangkah pergi meninggalkan Alvan bersama Ray dan Lina.

Alvan berdesir kesal dan meremas tangannya sambil menatap punggung Lexsa dengan tatapan tajam. Bisikan dari para siswi mulai terdengar membicarakan kejadian Lexsa yang menolak Alvan secara mentah-mentah di depan semua orang. Hal itu tentu sangat membuat Alvan malu. Alvan menatap sinis punggung ketiga sekawan itu dan melangkah hendak mengejar.

Namun, belum sempat Alvan mengejar Lexsa, bajunya sudah ditarik terlebih dahulu oleh Calvin, ketua tim basket SMA Ganesha yang merupakan kelompok Scorpion sekaligus teman dekat dari Alvan.

"Jangan dekati gadis itu, gue punya feeling kalau dia gak akan membantu kita" ucap Calvin dengan tatapan tanpa minat menatap tubuh Lexsa yang mulai tak terlihat.

Alvan terdiam sejenak memikirkan perkataan Calvin . "Tapi gue akan tetap mengawasinya, dia gadis yang menarik" balasnya dengan smrik dan kembali melangkah hendak duduk di meja kantin bersama teman-temannya.

Bel tanda pulang sekolah berbunyi nyaring, seluruh siswa dan siswi SMA Ganesha segera bergegas untuk pulang kerumah mereka masing-masing. Sambil menggendong tas ransel miliknya Lexsa melangkah keluar menuju parkiran menghampiri mobilnya.

"kali ini langsung pulang ke rumah, gue khawatir kalau lo pergi entah kemana. gue tau tadi pagi lo telat karena liatin papan reklame artis korea dipusat kota" ucap Ray berjalan beriringan dengan Lexsa.

Gadis itu hanya diam tak menanggapi Ray dan segera masuk ke dalam mobil miliknya. Ray menghela napas panjang saat melihat respon dari Lexsa, sambil menurunkan kaca mobil putihnya Ray mentap sinis Lexsa. "lo denger gue kan?!" pekiknya membuat sang gadis ikut menurunkan kaca mobilnya.

"Ya, gue tau" kesalnya.

Keduanya segera menyalakan mesin mobil mereka dan keluar meninggalkan perkarangan sekolah. Mobil Ray yang dengan cepat melaju, meninggalkan mobil Lexsa yang terus melamban karena pengemudinya sibuk meratapi jalanan didepannya dengan tatapan malas.

"gue males banget pulang" gumam Lexsa berdesir kesal.

Tiba-tiba, terdengar suara letupan kecil dari arah ban mobilnya. Lexsa yang panik pun segera menghentikan mobilya dan keluar untuk mengecek keadaan ban mobil miliknya itu.

"Mierda!" kesal Lexsa menendang ban bocor miliknya. 

ALEXSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang