Keraguan yang Tidak Pasti

61 18 0
                                    

***

“Aduhhhh, gimana ini” gumamku di dalam hati.

“Ya udah ya nak, mama mau lanjutin kerja dulu, mama lembur hari ini. Meskipun di rumah, mama tetap lembur disini, hehe. Dadah nak” kata mamaku untuk menutup teleponnya.

“Iya ma” kataku ragu-ragu.

“Haduh, gimana ini ya? Aku kira mama datang ke Indonesia karena udah selesai kerja, eh taunya cuma untuk jemput aku. Ishh sebel banget deh” gerutuku dalam hati.

“Kalo gak aku bilang ke Clara, nanti dia sedih. Terus kalo aku bilang ke Clara sekarang, dia nanti lebih sedih lagi, gimana nih yaa?” lanjutku dalam hati.

“Rev, kamu kenapa sih, dari tadi kayak pusing kali, emang kamu lagi pikirin apa sih?” tanya Clara yang memang sifatnya suka kepo sama suatu hal.

“Enggak ada apa-apa kok”

“Oh, yaudah. Aku mau main game dulu yaa, dadahh” kata Clara yang bersemangat mengambil handphone-nya.

“Iya” kataku datar.

Kamipun menjalani hari seperti biasanya lagi.

***

6 hari kemudian…

Kini giliran orang tua Clara yang menelepon Clara.

Orang tua Clara juga ingin pulang ke Jakarta juga besok.

Orang tua Clara ingin pulang ke Jakarta lagi karena pekerjaan orang tuanya sudah selesai
Aku pun lega karena jika aku pergi ke London, dia tidak akan sendirian karena dia sudah bersama keluarganya.

“Akhirnya orang tua Clara pulang juga, mending aku kasih tau Clara pas orang tuanya pulang aja besok” gumamku dalam hati.

Akhirnya hari ini pun tiba.

Tok...

Tok…

Tok…

Terdengar bunyi dari balik pintu.

Saat ku buka pintunya...

Ternyata itu adalah orang tuaku.

“Mamaa, papaa” ucapku melepas rindu.

“Ehh, anakku. Udah lama kita gak ketemmu yaa. Mama kangen banget samamu” ucap mamaku sambil memelukku erat-erat.

Kebetulan orang tuaku datang lebih dulu dari orang tua Clara, jadi karena Clara tiak tahu kapan orang tuanya datang, ia menelepon lagi orang tuanya dan bertanya kapan orang tuanya sampai di rumah, orang tuanya mengatakan bahwa orang tuanya akan datang sebentar lagi karena orang tuanya sudah sampai di bandara dari tadi dan sekarang sudah di taksi bandara.

Sembari Clara menunggu orang tuanya, aku menemaninya bermain terlebih dahulu. Biasalah, untuk kenang-kenangan.

Orang tua Clara pun akhirnya tiba di rumahku.

“Ayahh, Ibuu” teriak Clara melepas rindunya kepada orang tua yang telah membesarkannya.

“Clara, anakku” ucap ayahnya Clara melepas rindu.

Sementara itu...
Di dalam kamarku…

“Nak, kamu udah siap kan untuk pergi ke London?” tanya ibuku untuk memastikan lebih lanjut.

“Ehh, sebenarnya sih aku udah siap ma, tapi aku belum kasih tau ke Clara kalo aku mau pergi ke London bareng mama. Takutnya nanti dia sedih ma, makanya aku tunggu waktu yang tepat aja ma” ucapku ragu-ragu.
“Ohh, yaudah kalo gitu. Mama sama papa datang ke sini hanya untuk nemanin kamu lulus, terus kamu mendaftar kuliah di London ya nak” kata mamaku.

“Nanti kamu kasih tahu dia (maksudnya Clara) kalau kamu mau pergi ke London ya nak” sambung mama.

“Iya ma” ujarku.

Tibalah saatnya hari kelulusan.

Aku bersiap-siap dengan penuh semangat, namun juga penuh dengan keraguan.

“Aduh, gimana ini ya? Gimana kallo Clara nanti larut dalam kesedihan. Atau nanti dia berpikiran buruk sama aku, padahal kami udah janji untuk bersama selamanya. Nanti aku dibilangin ga tepatin janji sama sahabat sendiri, atau nanti dijelek-jelekin sama dia. Aduh gimana ini ya?” tanyaku di dalam hati.

Apa yang akan dilakukan Reva?
Bagaimanakah reaksi Clara pada saat Reva mengatakan yang sebenarnya?

JARAK TAK AKAN MEMISAHKAN KITA (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang