Pertemuan yang Terakhir

48 19 1
                                    

***

“Ah, yaudahlah. Biarin aja kalo aku dijelek-jelekin sama Clara, dikatain yang engga-engga sama Clara. Intinya aku nanti mau bilang sama dia kalo aku mau pergi ke London buat lanjutin kuliah di sana” gumamku dalam hati untuk menguatkanku.

Akupun siap-siap untuk pergi ke sekolah sebagai hari terakhirku berada di sini.

Ibuku membantuku membereskan pakaianku untuk pergi, sementara papaku pergi bersamaku ke sekolah untuk menemaniku selama acara kelulusan.

Aku dan papaku pun mengikuti seluruh rangkaian acara kelulusan tersebut dengan khidmat.

Akhirnya acara kelulusan tersebut pun selesai.

Aku ingin memberitahukan kepada Clara tentang kepergianku sekarang, namun pada saat aku menemukannya, ibunya telah mengajak Clara untuk pulang ke rumah. Aku pun terpaksa pulang juga tanpa memberitahukannya kepada Clara tentang hal ini.

“Pupus sudah harapanku untuk memberitahukan Clara. Aku terpaksa pergi tanpa berita ataupun tanda” kataku di dalam hatiku yang sedang sedih.

Akupun pulang bersama ayahku untuk bersiap-siap pergi ke London lagi.

Tapi tiba-tiba, pada saat kami siap-siap ingin pergi ke bandara, terdengar suara mobil yang mendekati rumah kami. Ternyata itu adalah suara mobil Clara.

Clara datang ke rumah kami karena ingin berterima kasih kepadaku dan kepada orang tuaku karena telah memberi tumpangan dan telah menemaninya selama ini.

“Inilah kesempatanku untuk memberitahukan ke Clara” ucapku dalam hati.

“Makasih ya Rev, udah nemenin aku selama ini” ujar Clara untuk berterima kasih.

“Iya, sama-sama Clar” kataku sambil melemparkan senyumku kepada Clara.

“Dahh Rev, aku mau pulang dulu” kata Clara sambil melambaikan tangannya.

“Tapi Clar, ada yang mau aku bilang sesuatu sama kamu lho” ujarku.

“Apa lagi rev?” tanya Clara.

“Ehh, anu. Aku mau pergi ke London, lho” kataku.

“Tunggu, apa?! Kamu serius nih? Ini ga lucu lho Rev” ucap Clara.

“Ehh, iya Clar, aku serius ini”

“Ehh, sebenarnya, aku mau kasih tahu ke kamu dari dulu nih. Tapi aku takut nanti kalo kamu sedih atau nanti kamu gak mau temanan sama aku lagi, atau kamu nanti jelek-jelekin aku di depan teman-teman kamu” lanjutku menjelaskan.

“Ihh, mana ada aku kayak gitu ke kamu, kita kan sahabat, mana mungkin aku kayak gitu ke sahabatku sendiri” ucap Clara.

“Ohh, ya udah kalo rupanya kamu gak kayak gitu. Makasih ya Clara, selama ini udah nemanin aku sebagai sahabat, yang selalu nemanin dalam suka maupun di dalam duka. Pokoknya makasih banget ya Clara” ucapku sambil melemparkan senyumku padanya.

Clara pun terdiam sejenak…

Terlihat mata Clara berkaca-kaca, tak sanggup menahan kesedihannya sendiri.

Akhirnya, kantung mata Clara tak sanggup menahan air matanya.

Akupun juga tak sanggup menahan kesedihan ini.

Kamipun akhirnya kamipun berpelukan untuk yang terakhir kalinya.

“Maaf ya Clar, soalnya aku baru bilangnya sekarang. Makasih juga untuk kebersamaan kita selama ini sebagai sahabat. Pokoknya makasih sebanyak-banyaknya untukmu Clara” ujarku untuk berterima kasih yang terakhir kalinya.

“Maaf ya Clar, kalo aku ada salah sama kamu. Aku sekali lagi minta maaf” sambungku.

“Aku juga ya Rev, aku minta maaf juga kalo aku ada salah sama kamu. Maaf Rev aku gak bisa kasih kenang-kenangan ke kamu. Terus aku juga mau bilang makasih untuk kamu karena udah nemanin aku selama ini” kata Clara.

***

JARAK TAK AKAN MEMISAHKAN KITA (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang