°śix°

110 11 11
                                    

Happy reading gaess

Typo as always:")

⚠️Warning!! Adult 15+ Long chapt!! 3000 word⚠️ Cause, this is my second ultimate couple⚠️ reward me by your vote, and comment. It's simple!! You just have to touch star button!! Easy!! So give me a reward to continue my project⚠️





















Apa yang harus aku lakukan ketika tubuhku terkendali dengan egomu?
- hjs -











-----------------------------------------------------------------
________________Starting_________________

-----------------------------------------------------------------________________Starting_________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.









"Han! Ponsel mu bergetar!" Teriak eric dari kamar.

Kita panggil saja dirinya han. Pria bermuka tupai yang selalu menjadi titik kerusuhan di rumah ini bersama si kedelai.

"Sebentar!" Teriaknya sembari menuruni anak tangga sembari mengeringkan rambutnya.

Ia berlari terburu-buru untuk menggapai ponselnya, bahaya jika sahabat-sahabatnya itu mengetahui isi ponselnya:)

Setelah memasuki kamarnya, ia langsung mengecek ponselnya. Ponselnya menampilkan nomor yang tidak ia kenal.

"Nomor siapa ini?" Gumam nya.

Eric yang penasaran mulai mendekat dan memasang kupingnya.

"YAK!! LEE ERIC!! KEBIASAAN KAU!!" Teriak han yang kesal.

Bagaimana tidak, eric itu punya kebiasaan yang aneh. Yaitu menempeli pipinya pada pipi orang lain, dan tentu saja itu membuat orang-orang sekitar suka menggosip bahwa mereka serumah 'homophobic'. Memang aslinya anak-anak disini yaa seperti itu, suka melakukan yang iya-iya:)

"Hehe, aku hanya ingin tahu siapa, memangnya kenapa? Tidak boleh?" Tanya eric. Si empu hanya mendelikkan matanya sebal.

Bagaimana bisa temannya ini begitu 'watados' setelah melakukan aktifitas yang terbilang berbelok?

"Iya-iya, boleh, nih!" Kata han pasrah.

Eric melihat layar ponsel han, sembari mengerutkan dahinya. "Han, Siapa dia?" Tanya eric selagi menatap layar ponsel han dengan datar.

"Tidak tahu" jawab han seadanya.

Eric yang mendengar jawaban seadanya pun menatap han malas lalu meninggalkan dirinya yang masih berdiam diri pada posisinya.

"Angkat tidak?" Monolognya. Karena banyak pergulatan dalam pikirannya, ia memutuskan untuk mengangkat panggilan tersebut. Barang kali telefon itu penting?

"Hal--"


























"Temui aku"








{3}°𝙻𝙸𝙰𝚁 [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang