Azzam & Azura : [08]

653 91 4
                                    

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Sebelum dibaca follow akun author dulu ya. Dan jangan lupa vote dan coment setiap in-linenya. Oke?

Jangan lupa juga masukan cerita ini di perpustakaan kalian.

Karena author manusia biasa jadi sorry jika banyak typo bertebaran.

So Happy Reading!!!

Azzam tengah semangat membantu para karyawan di kafenya. Tak jarang membantu para karyawannya saat memiliki waktu longgar. Entah itu membantu mencatat atau mengantar pesanan. Seperti sekarang ini dia sedang mengantarkan makanan kepada pelanggan. Setalah mengantarkan pesanan, Azzam kembali ke dapur untuk mengantarkan pesanan yang lainnya. Tapi gerakannya terhenti saat salah satu karyawannya memanggilnya.

"Azzam," Panggil salah satu karyawannya. Jangan heran jika karyawan Azzam memanggilnya hanya dengan nama saja. Itu karena Azzam yang memintanya sendiri disebabkan umur karyawannya yang tidak berbeda jauh darinya.

"Iya Bim,?" Kata Azzam pada karyawannya yang bernama Bimo.

"Tadi ada mahasiswi yang mengajukan proposal observasi ke kafe. Proposalnya sudah aku taruh di mejamu." Terang Bimo.

"Baiklah Bim, Terimakasih."

"Iya Zam sama-sama."

"Kalau begitu aku akan kembali ke ruanganku dulu. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam." Setelah mendapat jawaban dari salamnya, Azzam langsung masuk ke ruangnya yang berada di lantai dua. Kafe miliknya ini memiliki dua lantai. Tetapi lantai dua khusus digunakan untuk ruang kerjanya dan ruang para karyawan untuk istirahat serta beribadah karena terdapat mushola di lantai dua.

Membuka pintu, Azzam duduk di kursi kebesarannya mengambil proposal yang ada di mejanya. Saat melihat covernya Azzam mengerutkan keningnya karena mendapatkan dua nama yang tak asing baginya. Ternyata proposal itu adalah proposal perijinan observasi dari Azura dan juga Lialy. Azura tersenyum melihatnya. Sepertinya mereka berdua tidak tahu jika kafe ini miliknya.

Azura, melihat kata itu Azzam mengingat kejadian kemarin saat di perpustakaan. Saat itu Azzam ingin mengembalikan buku yang dipinjamnya. Setelah mengembalikan dia berniat mencari beberapa buku tentang bisnis. Tetapi saat melewati rak khusus buku manajemen, dia melihat Azura sedang melompat-lompat untuk mengambil buku di rak paling atas. Dan aksi Azura itu berhasil membuat Azzam terkekeh geli.

Azzam sudah ingin pergi saat Azura sudah berhasil mengambil buku yang diinginkannya. Tetapi saat melihat buku lainya di atas rak tempat buku Azura ambil itu bergoyang-goyang ingin jatuh mengenai kepala Azura, Azzam langsung berlari menuju Azura menangkap buku tersebut yang akan jatuh. Sedangkan Azura hanya memejamkan mata dan melindungi kepalanya dengan kedua tangannya.

Ingatan Azzam beralih waktu itu dia meminta izin memanggil Azura dengan nama Zahra. Azzam sendiri tidak tahu pada saat itu dia tiba-tiba mengatakan itu. Yang jelas dia ingin memilik panggilan khusus untuk Azura dan tentunya berbeda dari orang lain. Dan menurutnya nama Zahra adalah nama yang bagus. Azzam tanpa sadar tersenyum saat mengingat kejadian-kejadian itu. Sungguh betapa memalukannya dia apalagi saat meminta Azura untuk menunggunya.

"Jadilah seperti Fatimah Az-Zahra yang mencintai Ali dalam diamnya, sampai waktu itu tiba. Aku akan datang dan penantianmu takkan sia-sia."~Muhammad Azzam

Azzam hanya perlu waktu untuk meyakinkan perasaannya...

Tidak ingin memikirkan Azura terlalu jauh, Azzam mulai membuka proposal observasi tersebut untuk mengalikan pikirannya, dia sadar betul semakin kesini dia semakin dekat dengan Azura. Dia senang, tetapi dia juga harus tau batasannya. Biarkan waktu menjawab semua, Azzam hanya bisa berdoa diberikan jodoh yang terbaik oleh Allah.

Azzara (Sudah Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang