Azzam & Azura : [03]

980 123 12
                                    


Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Happy Reading!!!


Siang ini, setelah kuliah Azzam beserta sahabatnya yang bernama lengkap Hafidz Amrizal atau yang sering di panggil Hafidz, akan berbagi makanan kepada anak-anak jalanan dan pengamen di lampu merah dekat kampus. Azzam dan Hafidz memang sudah sering melakukan hal tersebut sejak mereka masih semester 3.

Waktu itu Azzam dan Hafidz akan pergi kesebuah acara, saat berhenti dilampu merah dekat kampus tersebut mereka melihat anak-anak tersebut mengamen. Besoknya karena penasaran mereka sepakat untuk kembali datang ke lampu merah tersebut untuk bertemu dengan anak-anak tersebut, dan mereka tahu bahwa anak-anak disana terpaksa mengamen karena harus mencari uang untuk membantu orang tua mereka.

Saat Azzam bertanya mengapa mereka tidak sekolah? Karena waktu itu Azzam menghampiri mereka bertepatan pada jam sekolah. Mereka menjawab jika mereka tidak sekolah karena orang tua mereka tidak punya uang untuk membayar sekolah. Seketika Azzam menatap iba kepada anak-anak tersebut. Seharusnya diusianya sekarang mereka belajar dan bermain tapi malah membantu orang tuanya.

Azzam mengucap syukur dengan kehidupannya yang saat ini. Ternyata masih ada yang dibawah kita, patutlah kita bersyukur kepada Allah.
Karena kebahagian yang paling baik dan sederhana ketika kita bersyukur atas apa yang kita peroleh, kita terima, dan kita miliki. Percuma jika memiliki kekayan tapi lupa akan bersyukur. Hal demikianlah yang akan mengurangi nikmat dan kebahagiaan itu sendiri.

Sejak saat itu Azzam dan Hafidz sepakat membuat sebuah taman baca untuk mereka belajar dengan Azzam dan Hafidz yang akan mengajarinya. Anak-anak tersebut tampak antusias dengan taman baca yang dibuat oleh Azzam dan Hafidz. Setiap hari selasa dan jumat mereka akan berkumpul di taman kota dekat lampu merah tersebut untuk belajar. Azzam sangat senang melihat semangat belajar anak-anak terebut. Di taman itu Azzam dan Hafidz membuat sebuah pondok yang mirip seperti gazebo dari kayu untuk proses belajar mengajar disana.

Selain itu Azzam dan Hafidz juga kadang-kadang memberi mereka makanan. Seperti yang diakukan Azzam sekarang sedang memberi makanan kepada para anak-anak pengamen didekat lampu merah, sedangkan Hafidz memberi makan kepada anak-anak yang berada didekat taman.

“Inget kata abang Azzam ya, harus dihabiskan makanannya. Karena itu bentuk rasa syukur kita kepada Allah. Mengerti?” Kata Azzam sambil membagikan makanan dan dijawab anggukan oleh mereka.

“Bang, kemaren Aliya nggak habis makannya” adu seorang anak laki-laki yang kira-kira berumur 8 tahun. Aliya yang berumur 6 tahun hanya memandang anak laki-laki tersebut dengan kesal.

“Aliya kan udah kenyang bang Azzam. Jadi nggak Aliya abisin. Kan kata bang Azzam kita halus belhenti makan kalo udah kenyang.” Ucap Aliya dengan lancarnya walaupun cedel.

Azzam memang selalu mengajarkan kepada anak-anak yang belajar di taman baca selain tentang pelajaran juga ajaran agama dan norma-norma akidah akhlak. Ia selalu mengatakan kepada anak-anak tersebut jika sedang membagikan makanan untuk berhenti makan saat sudah kenyang, makan dan minum tidak berlebihan.

Bukan tanpa sebab dia mengatakan itu, dalam Qur’an Surat Al-A’raf ayat ke 31.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya ;

“Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.”

Diantara kunci kesehatan adalah mampu menahan makan saat perut kenyang. Jika sudah lapar dan butuh asupan makanan maka baru makan. Dan jika makan tidak boleh berlebihan dan berhenti jika sudah kenyang. Jika seseorang kebanyakan makan, maka malas dan banyak tidur, sehingga banyak kehilangan waktunya untuk beribadah kepada Allah.

“Lalu makananya Aliya buang?” tanya Azzam dengan suara lembut.

“Endak bang, Aliya bawa pulang kasih ke ibu.” Mendengar itu Azzam tersenyum. Karena Aliya tidak sampai membuang makanannya. Diluaran sana banyak yang jika kenyang dan tidak mau menghabiskan makanan maka makanan tersebut akan dibuang dengan sia-sia. Padahal masih banyak orang yang kesusahan untuk makan, seperti anak-anak ini yang harus mencari uang hanya untuk makan.

“Bang Azzam bangga sama Aliya karena tidak membuang-buang makanan. Yang lain harus mencontoh Aliya ya agar tidak membuang-buang makanan.”

“Iya bangg” ucap mereka serempak.

“Tapi lain kali Aliya harus habisin makanannya ya.” Kata Azzam lembut sambil menatap kearah gadis kecil itu.

“Iya bang.” Kata Aliya dengan senyum ceria. Azzam yang melihatnya juga ikut tersenyum.

Bertepatan Hafidz baru saja kembali dari taman kota setelah selesai membagikan makanan disana. Langsung menghampiri Azzam dan anak-anak lainnya.

Sekilas informasi Hafidz yaitu teman atau bisa dibilang sahabat dari Azzam. Mereka barasal dari kampung yang sama yaitu Bandung. Dan sebelumnya mereka juga sekolah dipondok pesantren yang sama yaitu podok pesantren Abinya Azzam. Dan saat ini mereka juga kuliah ditempat yang sama. Tetapi berbeda jurusan jika Azzam jurusan Manajement maka Hafidz Jurusan Pendidikan Agama Islam. Memang Hafidz ingin menjadi guru makanya dia mengambil jurusan tersebut. Ide untuk membuat taman bacapun dari Hafidz. Dia ingin menyalurkan ilmunya kepada anak-anak jalanan tersebut.

Azzam dengan senang hari mendukung pemikiran sahabatnya tersebut, karena menurutnya ide taman baca adalah suatu kegiatan yang baik dan bisa  mendatangkan pahala. Tetapi Azzam jarang membantu mengisi di taman baca, karena dia mempunyai pekerjaan lain. Azzam harus mengurus kafenya. Yaa Azzam memiliki sebuah kafe yang dibangunnya saat dia masuk semester 4. Sekarang kafe tersebut masih berdiri 1,5 tahun lamanya, pembelinya juga ramai. Yang kebanyakan anak-anak muda, apalagi lokasi kafenya dekat dengan kampus.

“Sudah selesai Fidz?” Tanya Azzam satelah Hafidz sampai ditempatnya.

“Sudah Zam, Kamu sendiri?”

“Ini sudah selesai juga” jawan Azzam sambil memperhatikan anak-anak yang mulai pergi untuk memakan makanannya.

“Yasudah balik yuk.” Ajak Hafidz.

“Ayo.”

Setelahnya Azzam dan Hafidz berjalan ke tempat motor yang mereka parkirkan dekat taman. Disana mereka melihat anak-anak tadi sedang makan dengan khidmad.

“Adek-adek bang Azzam sama bang Hafidz pamit dulu ya.” Pamit Azzam kepada anak-anak tersebut.

“Iya bang, hati-hati.”

Azzam tersenyum dan mengucap salam, “Assalamualaikum”

“Waalaikumsalam.” Jawab mereka serempak. Setelahnya Azzam dan Hafidz menuju ke motor mereka. Mereka berboncengan dan menuju tempat tinggal selama kuliah di Jakarta.

Selama perjalanan hanya ada suara kendaran berlalu lalang. Azzam dan Hafidz diam. Hafidz sedang fokus mengendarai. Sedangkan Azzam fokus tentang kejadian tadi pagi yang membuat harinya deg-degan sekaligus sakit yang bersamaan.

Azzam mengusap wajahnya karena sudah memikirkan seseorang itu.

🔸🔸🔸

Gimana nih pendapat kalian di part ini?  Jangan lupa coment yaa... :) kasih saran terbaik kalian. Ditunggu yaa...  Terus ikuti cerita Azzam&Azura. Dan vote sebagai bentuk dukungan kepada penulis.

Terimakasih yang sudah membaca 💛

#Azzam&Azura
#RomanceIslam
#SahabatDTS

Wassalamualaikum Wr. Wb

Azzara (Sudah Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang