Yoongi sedang menelungkupkan wajahnya ke bantal sambil menendang-nendang kakinya ke kasur. Kejadian hari ini mendesak-desak menertawakan dirinya. Bagaimana kontrol dirinya nggak berfungsi dan memeluk Jimin? Memeluk Jimin dari belakang dan membisikkan kata maaf.... Bagaimana jika Jimin menganggapnya seorang mesum?
"Bodoh, Yoongi! Bodoh!" ucapnya.
Untuk rentang waktu ketidakbertemuannya dengan Jimin, kemudian laki-laki yang lebih muda itu muncul di hadapannya, bohong kalau Yoongi nggak ingin memeluknya. Jimin, astaga... Dia Jimin! Park Jimin-nya! Untungnya, keadaan kantor membuat kendali dalam diri Yoongi berfungsi.
Sesungguhnya, ada kejadian yang lagi-lagi menggelikan dilakukan Yoongi beberapa hari sebelum bertemu Park Jimin. Oh ya, untuk asam lambung yang membuatnya opname lima hari di rumah sakit lalu istirahat lima hari selanjutnya di apartemen, entah Yoongi harus mensyukurinya atau mengutuknya. Ketidakhadiran selama sepuluh hari jelas melewatkan pelamar yang ingin bergabung di perusahaan tempatnya bekerja. Hasilnya? Ya, dia menerima hasil berupa tiga kertas yang dibawa Hoseok dan mengerucut perhatian ke satu kertas yang berisi identitas Jimin.
Diam-diam, Yoongi memfoto kertas itu dan sesampainya di apartemen, ketika tidak ada orang lain yang memperhatikan, dia mulai mengetikkan ID Instagram Jimin di ponselnya. Akun Instagram kantor yang memang dipegang Yoongi sebagai promosi dan memantau produk perusahaan, dipakai untuk mencari tahu tentang Jimin.
Senyum di bibirnya terbit. Merasa bodoh dan konyol dengan dirinya sendiri. Ternyata, jarak antara Yoongi dan Jimin selama ini, bisa ditebas dengan aplikasi bernama Instagram. Yoongi terlalu sibuk ngapain, sih? Hal seperti ini saja membuatnya kagum.
Malam itu, Yoongi yang sangat jarang berkutat dengan ponsel, tiba-tiba menjadi adiktif. Tangannya sebisa mungkin dikontrol untuk tidak salah pencet love pada foto-foto Jimin. Yoongi seperti mendapat mainan baru dan sangat girang melihat foto-foto Jimin. Yoongi seperti bisa melihat Jimin tumbuh selama nggak berada di sampingnya. Bukan berarti Jimin suka nyampah di Instagram, tetapi foto-foto yang ditampilkan yang berisi peristiwa penting dalam hidup Jimin, setidaknya mewakili kehidupan laki-laki itu.
Jimin kehilangan pipi chubby-nya ketika mulai masuk universitas. Mungkin aktivitas di kampus membuatnya sibuk. Atau mungkin memang anak itu membentuk diri agar terlihat lebih keren? Hahaha. Membayangkan Jimin berusaha tampil keren saja rasanya udah sangat lucu bagi Yoongi.
Itulah mengapa, ketika mendengar panggilan Hoseok dan melihat Jimin pertama kalinya di kantor tadi, Yoongi nggak begitu terkejut. Bukan berarti sepenuhnya dia siap. Buktinya, adegan mengulur waktu di gedung atas menghabiskan tiga batang rokok. Setidaknya, Yoongi tahu Jimin yang akan dia hadapi sekarang udah sangat berubah. Bukan laki-laki menggemaskan seperti tujuh tahun lalu. Ya... ada sisi Jimin yang masih menggemaskan, tetapi untuk mengetahuinya, nggak bisa dilihat begitu saja.
Kabari kalau udah sampai. Ini Yoongi.
Pesan itu dikirim setelah jutaan pertimbangan. Yoongi masih dengan posisi telungkup di kasur, harap-harap cemas menunggu respons yang dikirimi pesan.
Tadi, Yoongi merasa keterkejutan tubuh Jimin ketika dipeluk. Permintaannya agar laki-laki itu tidak menangis, gagal. Begitu pula permintaan untuk mengantarkan Jimin pulang, ditolak. Masih dengan sisa-sisa air mata, Jimin meninggalkan apartemen Yoongi dan memilih naik taksi.
"Tolong tambahi satu lagi perjanjian kita, Kak," pinta Jimin sebelum pulang.
"Ya?"
"Nggak boleh memeluk tiba-tiba. Aku bisa cepat mati karena jantungan."
Yoongi tersenyum dan dalam hatinya mengumpat.
Kenapa ada makhluk semenggemaskan ini?
"Aku malu. Masih bau!"

KAMU SEDANG MEMBACA
min[e]
Hayran KurguJimin sedih sekaligus bahagia. Sedih karena ternyata langkahnya yang dikira jauh nyatanya nggak berguna. Bahagia karena ternyata langkah jauhnya adalah mendekat sekali lagi kepada Yoongi. #yoonmin #bxb