Yang terucap tidak selalu mencapai harap
Terkadang yang diam-diam datang akan menjadi akhir dan yang terus menetap akan hilang di tempatMaymanah Azeeza
🌺🌺🌺Allaahu akbar allaahu akbar allaahu akbar. laa ilaaha illallaahu wallaahu akbar. Allaahu akbar wa lillaahil-hamd. allaahu akbar kabiiraw wal hamdu lillaahi katsiiraa wasubhaanallaahibukrataw wa ashiilaa. laa ilaaha illallaahu walaa na'budu illaa iyyaahu mukhlishiina lahud-diina walau karihal kaafiruun. laa ilaaha illallaahu wahdahu shadaqa wa'dahu wa nashara abdahu wa a'azza jundahu wa hazamalahzaaba wahdah. laa ilaaha illallaahu wallaahu akbar. Allaahu akbar wa lillaahil-hamd.
Takbir menggema sepanjang malam, mengisyaratkan bulan ramadhan telah berakhir untuk tahun ini. Bulan dimana pahala yang kita dapatkan dilipat gandakan, bulan penuh ampunan. Aku dan ayah sedang duduk di depan rumah sekarang, mengamati setiap orang yang dengan gembiranya menyambut hari kemenangan. Gemerlap lampu terdapat di sepanjang mata memandang, rumah rumah di hias dengan begitu meriahnya, para tetangga menyapa dengan senyum terbaiknya.
"Ayah, udah selesai belum pasang lampunya?" Zahra berlari mendekatiku dan Ayah. Zahra Bahira, adik perempuan ku yang berada di pesantren. Zahra sedang libur hari raya sekarang. Kemarin, aku dan Bunda yang menjemputnya karena Ayah baru bisa pulang tadi sore.
"Ini udah selesai, sini duduk sama Ayah" sejak selesai sholat magrib dan membayar zakat, aku dan Ayah memang bertugas memasang lampu kerlap kerlip di depan rumah.
"Nggak ah, Ayah sama kak Mayza di panggil Bunda soalnya kak Anisa telfon" Anisa adalah kakak ku yang sudah menikah dan tinggal bersama suaminya di Bandung.
"Yaudah, ayo masuk putri-putri ayah" Ayah menggandengku dan Zahra. Jika ada tetangga yang kurang mengenal keluargaku, aku yakin mereka akan mengatakan bahwa aku dan Zahra hanya terpaut satu tahun. Karena adik ku itu tingginya sama denganku walau dia masih duduk di sekolah menengah pertama. Kami melangkah bertiga menghampiri Bunda yang sedang asik berbicara dengan kak Anisa di telfon.
"Ada apa Bun?" Ku lihat raut wajah Bunda yang tampaknya kurang bahagia.
"Ini, kakakmu telfon katanya dia nggak bisa mudik soalnya Rahman ada tugas yang nggak bisa ditinggal"
"Sudahlah Bun. Sekarang kan surga anak kita terletak pada suaminya. Kita sebagai orang tua harus bisa legowo dengan itu. Toh kapan-kapan kita bisa kan berkunjung ke sana" Ayah mencoba menenangkan Bunda dengan mengelus kepala Bunda. Ayah dan Bunda ku memang selalu seperti itu. Walau pekerjaan Ayah menuntutnya untuk tegas, beliau adalah sosok yang bisa mencairkan suasana. Obat penenang terhebat sekaligus kepala rumah tangga terbaik.
"Tenang aja Bun. Nanti kalau Mayza menikah, Mayza nggak akan jauh-jauh kok dari Bunda"
"Berarti kamu sudah siap menikah May?"
Uhuk uhuk
"Ng nggak gitu juga Bunda. Mayza aja belum kepikiran buat menikah"
"Mayza sayang, Ayah sama Bunda nggak akan maksa anaknya buat nikah kalau kamu belum siap. Tapi akan lebih baik jika seorang wanita disegerakan untuk menikah. Takutnya banyak fitnah, apalagi dizaman sekarang pergaulan semakin bebas".
"Bener tuh May kata Ayah. Apalagi kalau ada laki-laki sholeh ya Yah!"
"Doain ya Ayah sama Bunda biar Mayza nikahnya sama orang yang sholeh kayak Ayah". Ku peluk Ayah dan Bunda dengan penuh kasih sayang.
🌺🌺🌺
"Mayza, ayo udah jam segini nanti Bunda telat loh". Siang ini aku diajak Bunda menemaninya halal bi halal bersama teman pengajiannya. Bunda orangnya selalu on time, menurut Bunda lebih baik menunggu dari pada ditunggu. Karena sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi sesamanya bukan malah yang selalu merugikan sesamanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Imam Sholat Mayza
Romanceperihal jodoh telah tertulis oleh Nya. Allah SWT mempertemukan jodoh seseorang beranekaragam nya. ada yang dipertemukan lewat hanya sekali pandang, ada yang di pertemukan sejak masih balita dan ada yang harus menjadi makmum orang lain lalu bertemu j...