Part 2. Pertemuan

115 8 4
                                    

Semenjak mengenalmu, sujudku lebih lama, doaku semakin panjang dan harapanku semakin besar. Walau luka yang pernah kau torehkan membuat ku patah hati semakin dalam.

Maymanah Azeeza


Kalian tau waktu yang paling sibuk di bulan ramadhan itu apa? Ya, waktu sore. Sama halnya seperti para ibu yang sedang menyiapkan makanan untuk buka puasa, begitu pula yang dilakukan Bunda sekarang. Aku bersedekap di meja makan melihat Bunda yang sibuk sekali dengan celemeknya. Bukannya aku tak mau membantunya, tetapi Bunda sendiri yang melarang ku. Pasalnya Bunda tau kalau aku hendak pergi ke kajian dan Bunda tidak mau jika penampilanku berantakan karena membantunya. Kata Bunda nanti bau bajuku jadi bau sayur.

Tok tok tok

"Bun, kayak ada yang ngetuk pintu. Siapa ya Bun?"

"Mungkin Safa, coba kamu kedepan"

"Siap tuan ratu" aku hormat kepada bunda seperti komandan ketika upacara.

Ku buka pintu dan benar saja itu Safa yang sudah rapi dengan gamis abu dan kerudungnya.

"Waalaikum salam, masuk dulu yuk. Sekalian pamitan sama Bunda"

Namanya Safa, Safara Azizi. Dia adalah sahabat baikku selain Aira. Safa orangnya lembut, anggun dan sholehahnya Masya Allah. Rumahku dengan rumahnya hanya berjarak 5 rumah, mungkin itu salah satu alasan yang membuat kita bisa dekat dari kecil. Sangking dekatnya kita bertiga, sampai sampai Safa dan Aira memanggil Bunda dengan sebutan Bunda.

"Berangkat dulu ya Bunda, Assalamualaikum" aku dan Safa mencium tangan bunda lalu beranjak pergi ke kajian.

Berangkat menuju kajian itu serasa berjalan dipersidangan, jantungku terus saya berdetak lebih kencang dari biasanya. Dari buku kedokteran milik kakaku yang ku baca namanya palpitasi, sensasi jantung berdenyut kencang dan berdebar tidak teratur. Mencoba menetralkan fikiran dan kekhawatiran bagaimana jika aku bertemu dengannya, apalagi dengan keluarganya. Bukannya berharap akan cintanya, tapi aku sadar karena sebuah pertemuan akan membuatku semakin jatuh cinta. Malu rasanya jika aku berada di sekitar keluarga besarnya. Bukan tanpa alasan aku seperti ini, tapi aku hanyalah seorang gadis yang ilmu agamanya tak seberapa sedangkan dia berasal dari keluarga yang bergelar kyai yang sangat dihormati. Fikiranku berkecamuk hingga aku tidak sadar sudah sampai di masjid tempat kajian.

"May, jangan bengong atuh. Ini udah sampek didepan Masjid" Safa menyadarkan ku

"Assalamualaikum" aku dan Safa mengucapkan salam kepada teman teman yang sudah datang.

"Waalaikum salam" semua tersenyum ramah kepadaku dan Safa.

"Mayza, Safa sini" siapa lagi kalau bukan Aira.

Naqiya Bukhaira. Sahabatku yang selalu menasihatiku tentang percintaan. Aku tak tahu kenapa dia terlihat begitu berpengalaman dengan yang disebut cinta, padahal Aira adalah wanita yang tidak pernah peduli dengan yang namanya kaum adam. Jangan tanyakan sudah berapa laki-laki yang mendekatinya, terpesona dengan kecantikan Aira yang dibalut dengan wajah yang selalu tersenyum dan ceria itu.

Aku dan Safa menghampiri Aira dan duduk disebelahnya. Membuka kitab yang akan dikaji sambil sesekali bercengkrama hingga ustadzah Fatimah rawuh. Semua yang datang di kajian seketika menghentikan kesibukan masing-masing. Kajian dimulai dengan bacaan Alfatihah dan sholawat. Aku selalu takjub ketika ustadzah Fatimah bersholawat, begitu indah suaranya.

Kajian kali ini membahas sebuah hadis tentang pentingnya menjaga akhlak bagi perempuan. Perempuan memiliki kodrat untuk menjaga setiap apa yang dilakukan, bukan hanya sekedar perilaku saja yang dijaga tetapi juga kita harus menjaga pandangan, lisan serta hati kita. Hati yang seharusnya hanya terpaut dengan Allah SWT saja. Banyak sekali hadist yang membahas tentang menjaga pandangan terutama pandangan terhadap lawan jenis. Banyak sekali kitab yang menerangkan tentang apa saja yang harus dijaga seorang peremuan dan laki-laki. Semua diatur dengan baik dalam islam.

Imam Sholat MayzaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang