Part 3

96 10 2
                                    


Tugasmu bukan sekedar mencari cinta, tapi mencari semua penghalang dalam diri yang kau bangun untuk melawannya.

Maymanah Azeeza

🌺🌺🌺

"Assalamualaikum Bunda"

"Waalaikum salam sayang, loh kok pulang dari kajian mukanya ditekuk gitu, kenapa?"

"Nggak kenapa-kenapa kok Bun" ku pasang wajah yang ceria di depan Bunda, Bunda selalu tau apa yang dirasakan anaknya walaupun aku tidak mengatakan apapun.

Ku dekati Bunda yang sedang sibuk menata menu untuk berbuka puasa. Adzan berkumandang tepat setelah aku duduk di meja makan. Ayah dan Bunda selalu mengajarkan untuk lebih baik makan terlebih dahulu jika memang sudah sangat lapar sebelum sholat. Ditakutkan jika kita memaksakan untuk sholat terlebih dahulu maka sholatnya tidak bisa fokus, malah memikirkan tentang makanan. Aku dan Bunda makan secukupnya untuk membatalkan puasa kami. Walaupun kami hanya berdua, aku sangat bahagia karena ada Bunda yang selalu mengembalikan suasana. Ayah tak pernah absen menelfon ketika ada kesempatan. Jika kelak Engkau telah mengalihkan tanggung jawab ku kepada seseorang selain Ayahku. Maka, aku ingin seperti Bunda. Wanita tangguh yang dengan kesabarannya tak pernah sekalipun memperlihatkan kepada putrinya sebuah keluhan.

"Bunda, Mayza bantu ya?"

"Sholat dulu yuk, nanti bantuin Bunda bagiin kue ke tetangga-tetangga ya?"

"Siap Bunda Ratu. Bunda mau bagi-bagi kue emang mau ada acara apa?"

"Ya nggak ada acara apa-apa, Bunda iseng aja coba resep kue dan buat banyak. Nanti habis tarawih kamu bantuin Bunda bagiin ya?"

"Siap lagi Bunda, apapun yang tuan ratu inginkan akan hamba lakukan" aku menirukan gaya seorang prajurit yang sedang mendapat tugas oleh rajanya. Menjadi kebahagiaan tersendiri ketika melihatnya tersenyum.

Sesuai intruksi Bunda, setelah pulang dari masjid untuk sholat tarawih aku dan Bunda langsung sigap mengantarkan kue buatan Bunda ke tetangga satu komplek. Bak petugas delivery, aku membonceng Bunda dengan sepeda motor dan mengetuk satu persatu pintu. Walaupun Bunda sudah beranak 3, semangatnya untuk selalu berbagi tak akan kalah dengan semangat para pemuda. Kata Ayah, tempat pertemuan pertama mereka adalah Aceh. Saat itu Ayah ditugaskan disana dan Bunda ikut kegiatan volunter yang kebetulan berada di wilayah yang sama. Ayah jatuh cinta pada pandangan pertama ketika melihat Bunda dengan senyum cerahnya membagi-bagikan sembako kepada warga. Jika ku ceritakan semuanya, mungkin akan menjadi satu novel. Pertemuan mereka sudah seperti di sinetron yang tayang di TV yang membuat semua orang akan iri.

"Mayza, anterin Bunda pulang dulu ya! Bunda capek. Kamu nggak apa-apa kan nganterin kue ini kerumahnya Bu Fika sendirian?" Memang kue buatan Bunda tinggal beberapa kotak lagi.

"Iya Bunda, Mayza nggak apa-apa kok. Yaudah. Mayza anterin Bunda pulang dulu ya?"

"Iya sayang"

Setelah mengantar Bunda ke rumah, aku mengantarkan kue ke rumah Tante Fika. Rumahnya hanya berjarak lima rumah dari rumahku. Jika rumahku dan Safa berjarak lima rumah di sebelah kanan, maka rumahku dan Tante Fika berjarak lima rumah di sebelah kiri. Walaupun tetangga, aku tak terlalu mengenal keluarga Tante Fika. Aku hanya pernah bertemu Tante Fika dan keluarganya beberapa kali. Itupun hanya sekedar bersimpangan.

Ting tong Ting tong

"Assalamualaikum Tante" entah sudah berapa kali aku memencet bel dan mengucapkan salam, dari yang biasa saja sampai dengan level tertinggi suaraku sudah aku coba. Tapi sepertinya memang tidak ada orang dirumah. Apa aku harus pulang ya? Baiklah akan ku coba sekali lagi.

Imam Sholat MayzaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang