PEMBUKAAN

538 27 6
                                    

Kisah ini adalah kisah dari cucu Sumila, salah seorang cucunya yang diberi kelebihan yang sama sepertinya. Bahkan melebihi dari kesaktiannya. Seorang manusia pilihan yang terlahir sebagai Pangreksa. Dia sendiri awalnya tidak menyadari bahwa dia terlahir sebagai manusia pilihan sekaligus ditakdirkan sebagai Sang Penjaga. Seorang yang sepanjang hidupnya harus mau berkorban dan dikorbankan demi keselamatan orang-orang di sekitarnya.

Dia terlahir dengan weton yang memang memungkinkannya untuk dapat menyerap kesaktian tanpa batas. Dan satu hal yang tidak dimiliki oleh kebanyakan orang, dia memiliki sifat welas asih. Sifat welas asihnya bukan hanya kepada sesama manusia, tapi juga kepada seluruh alam semesta dan seluruh isinya. Dia juga memiliki hubungan khusus dengan dunia tak kasat mata secara harmonis. Sifat itu diturunkan dari para leluhurnya, baik leluhur dari ayah maupun ibunya.

Dan Kabel Getih adalah kisah pengorbanan yang dia lakukan untuk kakak kandungnya, yang memiliki takdir berbanding terbalik dengannya. Kakak kandungnya terlahir sebagai manusia biasa. Kakaknya selalu menjadi incaran orang-orang yang tidak suka dan memusuhi keluarganya karena merasa dirugikan atas hadirnya keluarga ini. Mereka pikir, sang kakak adalah kelemahan keluarga.

Sang adik bernama Nyai Sapu Jagat, sedang kakaknya bernama Gusti Putri Kuning. Keduanya punya panggilan kesayangan. Sang kakak saat kecil biasa dipanggil Kutil, karena memiliki tanda lahir di dekat telinga berupa daging tumbuh yang berbentuk seperti ular. Tanda lahir ini ada dua, satu kecil dan satu besar. Tapi oleh bibinya, kedua tanda lahir ini diikat dengan rambut. Akhirnya, tanda lahir ini putus dengan sendirinya, meninggalkan dua daging kecil berbentuk gunung kecil.

Sedang Nyai sapu Jagat mendapat panggilan kesayangan dengan sebutan Tampah (satu alat yang digunakan orang jawa buat tapen) karena bathue (keningnya) lebar. Kata kedua orang tua mereka, orang yang keningnya lebar adalah orang yang punya keluasan.

Usia mereka berdua hanya terpaut dua tahun. Dari kecil, keduanya memiliki perkembangan yang sangat berbeda, baik secara fisik maupun mental. Sapu Jagat sudah bisa jalan dan bicara dengan benar, sedangkan Kuning masih harus dituntun saat berjalan, belum bisa bicara dengan jelas.

Ketika keduanya mulai masuk pendidikan dasar, Sapu Jagat terlihat lebih dominan dalam segala hal, baik dalam pelajaran umum maupun pelajaran agama. Sapu Jagat selalu lebih cepat dan lebih baik dalam segala hal. Bahkan Kuning sering dikethaki (dijitak) oleh Sapu Jagat. Tampah ora srantan (gemes) sama tingkahnya Kuning yang sering terlihat konyol di mata Tampah. Satu-satunya yang membuat Kuning terlihat sebagai kakak adalah tubuhnya lebih tinggi dan dia merupakan seorang yang tekun (patheng). Dia tidak akan berhenti mengerjakan sesuatu sampai berhasil meski memakan waktu berhari-hari dan harus begadang. Ketika mereka berdua lulus pendidikan dasar, Kuning memilih melanjutkan sekolah dan terus sibuk dengan buku-bukunya. Sedang Sapu Jagat memilih berhenti sekolah, sibuk dengan berbagai lelaku (tirakat dan tapa brata).

_______________ 

KABEL GETIHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang