PANGREKSO ROGO

47 6 0
                                    

Dini hari pukul 03.40, 

mereka berdua membuka mata. Pandangan mereka langsung tertuju pada putri mereka yang masih terbujur kaku. Keduanya langsung ngguguk (menangis tersedu-sedu) tanpa mampu berdiri dari tempatnya. Tangis mereka berdua terhenti saat mereka mendengar auman Si Putih. Mereka langsung berdiri, berlari keluar rumah menuju halaman. Di sana tampak Si Putih berhadapan dengan laki-laki muda berambut panjang. Kasumi dan Pak Mat mendekat tepat di samping Si Putih. "Tenanglah Putih," bisik Pak Mat sambil mengelus-ngelus kepala Si Putih. Terlihat Si Putih mengangguk lalu ngeloyor pergi. Si Putih menuju pintu rumah, duduk tepat di depan undakan pintu. 

Pak Mat dan Kasumi tampak tertegun sebentar, mereka mengamati pemuda itu dengan seksama, dari ujung rambut sampai ujung kaki. Satu hal yang terlintas di benak mereka, pemuda ini pasti bukan orang sembarangan karena mampu menembus pagar hidup yang di pasang Kasumi dan Bolo Sewu. Bagaimana mungkin dia seorang diri, Dia bisa mengalahkan seribu raksasa yang memagari pekaranganya. Akhirnya pemuda itu berlutut dan dia berkata, "Pinten-pinten lepat kulo, kulo nyuwun agunge samudra pangasami Mbak Ayu, Kang Mas. Sembah bekti kulo mugi kunjuk dateng ngarsanipun Kang Mas lan Mbak Ayu.'' (Saya mohon maaf beribu maaf kepada Kang Mas dan Mbak Ayu. Saya menghaturkan salam hormat saya, semoga Kang Mas dan Mbak Ayu sudi menerimanya, red).

"Kowe iki sopo?" tanya Kasumi dan Pak Mat.

"Sepindah malih, kulo nyuwun agunge samudro pangasami. Kulo sampun lancang mlebet latar mboten uluk salam. Kulo mboten wantun nggaggu semedinipun penjenengan sekalian." (Sekali lagi, saya mohon maaf beribu maaf. saya sudah lancang memasuki halaman tanpa permisi. Sesungguhnya saya tidak berani mengganggu semedi anda berdua, red).

Gusti Pangeran Zimat tampak terkejut sekaligus kagum. Pemuda di hadapannya bisa menembus pagar gaib yang dipasang Kasumi tanpa diketahui siapapun. "Piye awakmu iso nembus pager urip sing tak pasang" (Bagaimana kau bisa menmbus pagar hidup yang kupasang? red). Kasumi sudah tidak tahan menahan diri. Pertanyaan yang sedari tadi disimpannya akhirnya keluar. "Pangapunten Mbak Ayu, kulo mboten kagungan linuwih, kulo dipun sangoni meniko kalian rama," jawab pemuda itu.

Pemuda itu memberikan teken (tongkat). Teken itu dipegang dengan kedua tangannya, dengan menunduk. Dia meletakkan di atas kepalanya lalu mengulurkannya. Pak Mat tampak terkejut begitupun Kasumi. Pak Mat mengambil teken tersebut dan mengamatinya dengan seksama. Kemudian memberikannya kepada Kasumi. Kasumi memperhatikan dengan seksama lalu menggangguk pasti.

"Tangio Le, tangi o! Awakmu putrane Mbah Yai murite Kiyai Mohd Kholil Bangkalan?" (Bangunlah Le, bangunlah. Kamu putra Mbah Yai murid dari Kiyai Mohd Kholil Bangkalan? Red.)

"Inggih leres. Kulo dipun utus Kanjeng Romo supados dugeaken teken meniko kagem Nyimas Sapu Jagat." (Iya betul. Saya diutus ayahanda untuk menyampaikan teken tersebut buat Nyimas Sapu Jagat, red)

Pak Mat dan Kasumi membimbing pemuda itu menuju kamar Tampah. Pemuda itu tampak tidak terkejut, setengah berbisik, dia berkata, "Santet Tutup Bumi". Kalimat itu terdengar dengan jelas oleh Pak Mat dan Kasumi. Keduanya terhuyung, tubuh keduanya gemetaran. Dengan sigap, pemuda itu menopang tubuh Kasumi yang hampir terjatuh begitu juga Pak Mat. Lalu dibimbingnya Kasumi untuk duduk.

"Menawi Kang Mas tur Mbak Ayu paring restu, kulo bade semedi dateng mriki, amargi sakniki kulo paham maksud kanjeng romo ngutus kulo dugeaken teken meniko kagem Nyimas Sapu Jagat. Supados kulo saget nggugah Nyimas sapu Jagat." (Jika Kang Mas dan Mbak Ayu mengijinkan, saya ingin bersemedi disini, sekarang saya paham kenapa kanjeng romo mengutus saya mengantar tongkat tersebut kagem Nyimas Sapu Jagat supaya saya bisa membangunkan Nyimas Sapu Jagat, red).

"Sopo asmamu, Le, cah bagus?" (Siapa namamu, Nak?) Kasumi bertanya. "Kulo dipun paringi asma kalian kanjeng romo, Safawi." (Saya diberi nama oleh ayahanda, Safawi, red) jawab pemuda itu.

"Yo wis Le cah bagus, aku tur mbak ayumu pasrah bongkkoan marang awakmu. Tak pasrahke anakku Nyai Sapu Jagat marang awakmu." (Ya sudah le cah bagus, aku juga mbak ayumu pasrah bongkkoan kepadamu, aku pasrahkan adikmu Nyai Sapu Jagat kepadamu, red). "Inggih Kang Mas, Mbak ayu sendiko dawuh" jawab Safawi.

Lalu Pak Mat menyerahkan kembali teken yang tadi diterimanya. Pemuda itu menerimanya, santun. Pak Mat dan Kasumi berpamitan kepada Safawi sebelum meninggalkan kamar Sapu Jagat.

Safawi membuat lingkaran dengan menggunakan teken ditangannya. Lingkaran tersebut melingkari seluruh dipan, melebar agak luas untuk duduk bersila. Lalu, Safawi duduk bersila, menancapkan teken itu di depannya. Anehnya, bekas garis teken itu membentuk garis bersinar keemasan. Satu lagi kejanggalannya, bagaimana bisa lantai yang terbuat dari semen bisa dengan mudah dipakai buat menancapkan teken yang hanya terbuat dari kayu? Lantai itu hanya seperti tanah gembur saja.

"Aku sengaja membuat lingkaran karena aku tidak ingin melibatkan siapapun. Aku tahu betapa berbahayanya situasi yang sedang kau hadapi, Nimas.

Seluruh tubuhmu sudah dicor dengan semen. Jika dilihat dari mata telanjang, kulitmu pucat pasi seperti mayat seperti sudah tidak ada darah yang beredar. Hal itu menandakan bahwa seluruh pembuluh darahmu juga sudah ditutup dengan santet Tutup Bumi."

 Sapu Jagat masih hidup meski sudah demikian keadaannya karena memiliki ilmu Pangrekso Rogo. Ilmu ini adalah anugerah dari langit karena dengan ilmu ini, Sapu Jagat ditakdirkan untuk tetap hidup. Dan Safawi bertugas membangunkannya dari mati suri.

Ilmu Pangrekso Rogo adalah ilmu yang berkaitan dengan kekuatan hati. Sang pemilik ilmu mampu memerintah pikiran untuk melakukan fungsinya sebagaimana semestinya. Dalam ilmu kedokteran, jika otak bisa berfungsi dengan baik, maka seluruh organ bisa berfungsi dengan benar. Jika seluruh organ tubuhnya berfungsi dengan benar, maka dia dapat melepaskan diri dari Santet Tutup Bumi. Sehingga semen yang menutup tubuhnya bisa dirontokkan dengan Ilmu Pangrekso Rogo. Hanya dengan kedipan mata semen itu akan jadi abu.

___________________ 

KABEL GETIHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang