Bagian Lima

1.3K 109 12
                                    

Pagi ini Caramel sengaja menggunakan hoodie agar luka di tangannya tidak terlihat, luka di kakinya pun masih belum sembuh dan belum pernah terobati, Caramel tak ambil pusing jika nanti kakinya akan mengalami infeksi, yang ia pikiran ialah bagaimana ia harus bersikap se ceria mungkin di hadapan orang-orang sedangkan dirinya sangat hancur. Ia tak ingin terlihat lemah dalam keadaan apapun.

Caramel memandangi rumahnya yang mewah ini tapi serasa seperti neraka baginya, ini adalah hari terakhirnya dan ia tak tahu kapan ia kembali ke rumah ini. Ah khayalan Caramel terlalu tinggi.

Sebelum berangkat sekolah, Caramel terlebih dahulu singgah di apartemennya untuk menyimpan barang-barangnya. Lalu ia kembali menahan angkot untuk menuju sekolahnya. Caramel memang anak orang kaya, tapi ia sederhana. Ahh idaman.

Saat sampai di sekolah yang pertama kali ia lihat adalah tatapan para siswa yang memandangnya aneh, padahal ia hanya menggunakan hoodie bukan menggunakan kostum powerrenjes ataupun masker zombie. Mungkin karena Caramel juga berjalan dengan pincang maka ia terlihat aneh hari ini. Caramel tetap berusaha terlihat ceria dan tersenyum tulus kepada orang-orang disekitarnya, Caramel tak ambil pusing mengenai tatapan aneh disekitarnya.

Disisi lain, di balik tembok, ada seorang cowok yang matanya tetap fokus kepada satu objek, yaitu Caramel. Seorang cowok berhati dingin dan cuek itu terus saja fokus kepada Caramel, entah apa yang membuatnya terus memandangi Caramel. Siapa lagi cowok itu kalau bukan Malik.

Sebenarnya Malik tadi tak sengaja melihat Caramel waktu ia ingin ke kantin, Malik melihat Caramel berpenampilan beda hari ini, menggunakan hoodie, rambut di ikat, jalan pincang, wajahnya pucat tapi tetap tersenyum ramah kepada orang-orang. Itulah mungkin yang membuat Malik tak bisa lepas dari Caramel. Ada yang aneh, batinnya.

Malik berjalan mendekati Caramel, saat sudah sampai tepat di belakang Caramel, Malik buka suara.

"Lo beda hari ini" kata Malik

"Beda kenapa?" tanya Caramel

"Gatau"

"Ih gajelas amat" ucap Caramel ingin melanjutkan jalannya, tiba-tiba saja Malik menarik tangan Caramel yang otomatis membuat Caramel berhenti berjalan.

"Kenapa?" tanya Caramel sinis

"Ikut gue" ucap malik seenaknya

"Ke?"

"Pelaminan"

"ishh ngerii"

"becanda"

"Mau kemana Malik?" tanya Caramel sekali lagi

Malik tak menjawab ia malah terus menarik Caramel untuk mengikutinya, Caramel pun hanya bisa pasrah,

"Pelan-pelan Lik kaki gue sakit" ringis Caramel

"Kaki lo kenapa?" tanya Malik

"Gapapa"

"Oh" kemudian Malik memperlambat langkahnya, mereka terus berjalan, menaiki tangga dan disini lah mereka sekarang, di rooftop SMA Bangsa, sekolah mereka.

"Ngapain Lo bawa gue kesini?" tanya Caramel

Malik tak menjawab, ia malah berjalan ke sofa tua yang ada di tempat ini.

"isss, Lo ngajak gue bolos? Gue turun ah gue ini anak baik-baik" ucap Caramel

"Sini duduk" ucap Malik sambil menunjuk sofa tua itu, Caramel pun menurut saja daripada ia terus di kacangi oleh manusia es batu satu ini.

"Sekarang anak kelas 12 itu ga belajar, guru ada rapat" ucap Malik santai

"Serius Lo?" girang Caramel

CARAMELIKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang