.
.3 hari setelah Mark di temukan tak sadarkan diri dengan tubuh penuh luka, dan dilarikan ke Rumah Sakit Kota.
Saat ini keadaan Mark sudah jauh lebih baik, hanya memory tentang hari itu terus saja menghantui Mark, dan membuatnya tidak ingin dijenguk oleh siapa saja termasuk keluarga dan sahabatnya.Kriett
Seorang perawat masuk dengan membawa sebuah nampan berisikan makanan khas Rumah sakit dan obat, membuat Mark membuka matanya. Waswas jika orang itu datang untuk menemuinya lagi.
"Mark? Bagaimana kondisimu? Apa sudah lebih baik?"
"Ya, hanya sedikit nyeri dibagian sini." Mark menunjuk ke arah perut bagian kirinya yang diperban.
"Ah, begitu. Mungkin efek dari luka jahit, tapi tidak lama lagi pasti akan sembuh. Sekarang, ayo makan dan minum obatmu." Mark mengangguk patuh.
"Emm, Mark?" Mark yang merasa dipanggil mendongak menatap wajah perawat di depannya.
"Ada teman-temanmu di luar. Kau tidak ingin menemui mereka?"
Perawat itu dengan jelas melihat Mark menunduk dan hanya mengaduk buburnya. Sudah 3 hari Mark tidak mau bertemu dengan siapapun. Hanya perawat dan dokter yang merawatnya saja.
"Noona boleh membiarkan mereka masuk."
Perawat itu tersenyum lembut dan mengelus surai coklat Mark lembut, "baiklah. Jangan lupa minum obatmu ya."
Perawat cantik itu berjalan keluar ruang rawat Mark dan kembali memutup pintunya.
"Teman Mark kan? Kalian boleh masuk."
Taeyong, Jaehyun, dan Eunwoo segera bangkit dan mendengar perkataan sang perawat.
"Terima kasih." ketiganya masuk dan berjalan mendekati Mark yang tengah memakan buburnya dan bersiap meminum obatnya.
.
.
#Other side"Ayo tersenyum"
Tubuh lami bergetar hebat melihat orang di depannya. Jelas ia sangat kenal siapa ini."S..unbae. T..olong."
Bukannya menuruti permintaan Lami, pria itu justru berdiri dan menarik kasar rambut Lami.Sungguh, Lami sangat ingin melarikan diri dari sini. Tapi, itu hanyalah angan baginya saat ini.
Kedua tangannya terikat di kursi. Begitupun kedua kakinya. Lebam keunguan di pipi juga sudah membuat Lami persis seperti korban penyiksaann pada drama-drama yang ia tonton.
"Wae? Kau takut denganku?"
Lami mengangguk takut, "a..ku mohon maafkan aku s..unbae. Sungguh."
"Sekarang apa kau menyesali perbuatanmu?" sekali lagi Lami mengangguk.
"Kau sendiri bukan yang meminta pada Mark Lee?"
"L..alu apa s..alahku disini?"
Mendengar pertanyaan Lami membuat salah satu alis pria itu terangkat, "karena manusia seperti kalian, orang seperti kami harus menanggung akibatnya."
"Mwo?!"
"Kau tau, hanya siswa yang berada di urutan satu dan dua yang berhak mendapat pembebasan biaya sekolah. Tapi karena kalian yang berambisi menjadi nomor satu dengan cara kotor, orang seperti kami harus memeras keringat dua kali lipat untuk bisa membayar biaya sekolah.""ah, kalian sangat kaya bukan? Untuk apa lagi? Untuk berhasil masuk ke Universitas terbaik? Kalian terlalu egois untuk itu."
Pria itu kembali mengeluarkan sebuah pisau lipat dari saku jaketnya, membuat Lami semakin bergetar hebat.
"J..inyoung sunbae? M..inhyun oppa?"
"ah, mereka. Sebenarnya aku tidak membunuh mereka karena melakukan kesalah seperti mu. Hanya saja, kau tau. Mereka selalu merendahkanku. Membuatku berambisi untuk membunuh mereka."
Pria itu mulai menggoreskan pisau tajam yang mengkilat itu di paha putih Lami, melukis bebas disana.
"akkh!! Stop It!!"
Tidak berhenti hanya di Paha Lami, pisau itu kembali melukis di sekitar punggung lami dan mencari daerah yang masih bersih.
"Melihat ekspresi memohon kalian sangat menyenangkan ternyata."m
"hiks..kumohon." Lami lelah, wajahnya sudah memerah tomat menahan rasa perih(?) di Seluuh tubuhnya.
"Sepertinya kau tidak akan kuat lagi. Baiklah, aku akan sampai pada intinya saja."
Pisau itu secara berkali-kali menyayat leher Lami hingga gadis itu mulai kehilangan kesadarannya.
"Ap..pa"
"hah~selesai juga."
Membuang sarung tangan karet dan pisau tajam yang ia gunakan, pria itu melepas ikatan pada tangan dan kaki Kim Lami, korban ke-3 nya. Membungkus tubuh itu dengan plastik dan mengirim sebuah pesan menggunakan ponsel Lami pada keluarganya (keluarga Lami).
.
.
"Aku takut hyung!" teriak Mark menjambak rambutnya sendiri."Tenanglah Mark, kami disini." Taeyong memeluk tubuh bergetar Mark. Pemuda itu menangis, kala mengingat kejadian 3 hari yang lalu.
"Gwaenchana, kami bersamamu okay." Taeyong menepuk-nepuk punggung Mark, menenangkan.
"Bagaimana jika ia kembali mendatangiku, dan berusaha membunuh hyung?"
"Hey, Markeu. Kami disini. Tidak akan ada yang terjadi. Tenanglah okay." Eunwoo mengangguki ucapan Jaehyun.
"Sekarang kau mau menceritakan apa yang terjadi hari itu?" Jaehyun menggenggam tangan Mark yang basah oleh keringat dingin, meyakinkan pemuda itu untuk mau menceritakan semuanya.
Akhirnya Mark menceritakan semua yang terjadi di hari itu. Tanpa terkecuali. Termasuk pria itu yang menyebut ketiga sunbae nya ini.
"Jadi, kita target selanjutnya?"
.
.
TbcMakin garing ya? Maaf😔
Tapi tolong tetap tinggalkan jejak kalian ya^^
Terima kasih, dan sampai bertemu di Chapter selanjutnya.-2020.06.04, Thursday-
KAMU SEDANG MEMBACA
[4] SCREAM (On Going)
Mystery / ThrillerSemua dimulai dari hari itu, sebuah kematian mengenaskan di salah satu sekolah ternama yang berada di pusat kota Busan, Korea Selatan. Pembunuhan yang disengaja, dibuat mengenaskan itu tidak hanya terjadi satu kali ataupun dua kali. Pembunuhan menge...