BAB 1 Tamu

339 7 0
                                    

Namaku Ferawati, biasa dipanggil Fera. Usiaku 18 tahun lebih. Aku seorang gadis belia yang baru saja lulus Sekolah Menengah Atas.

Tidak ada yang menarik dariku, aku hanya gadis biasa yang lumayan nakal tapi tidak pernah membantah perkataan orang tua.

Beberapa jam yang lalu, aku baru saja pulang dari acara perpisahan teman-teman sejawatku. Sesampainya di rumah, aku langsung masuk ke kamar, kemudian mandi. Selesai mandi, aku merebahkan tubuhku yang letih ini di atas kasur hingga sekarang.

Sejenak kupejamkan mataku. Tapi kenyamananku terusik ketika sebuah suara deruman mobil terdengar memasuki pekarangan rumahku. Karena rasa penasaranku yang terlalu jahil. Aku pun membuka mataku, lalu beranjak mendekati jendela. Mengintip siapa gerangan yang datang bertamu di malam hujan seperti ini.

Dua buah mobil tertangkap oleh penglihatanku. Satu mobil berwarna hitam berada di depan, lalu di belakangnya satu mobil berwarna putih mengkilap mengikuti. Tak lama kemudian, ada sekitar lima orang keluar dari dalam mobil berwarna hitam itu.

Dua orang pria dan tiga orang wanita yang semuanya seusia orang tuaku. Mereka terlihat keluar dari dalam mobil tersebut dengan pakaian muslim dan muslimahnya.

Aku mengerutkan keningku ketika pandangan mataku menangkap sesuatu seperti bingkisan mirip seserahan dibawa oleh para wanita itu.

Siapa yang mau menikah? — batinku bertanya-tanya.

Dari jendela kamarku, aku melihat Ayah keluar dari dalam rumah, menyambut para tamu itu dengan senyum hangatnya. Lalu kemudian, tatapanku beralih pada mobil putih yang masih belum menunjukkan tanda-tanda ada orang yang keluar dari dalam sana.

Entah kenapa hatiku penasaran, ada gejolak ingin tahu yang terbendung di dalam dada. Mataku pun berkilat tajam. Menunggu siapa saja yang keluar dari dalam mobil tersebut.

Beberapa menit menunggu, aku tidak melihat siapa pun. Aku mendengus kesal, seolah kecewa dengan apa yang tidak aku dapatkan.

Tapi ... ketika aku ingin berbalik. Sosok yang aku tunggu-tunggu kemunculannya tampak keluar dari dalam mobil tersebut. Dia seorang pria, tubuhnya tampak kokoh, begitu elok dipandang mata kaum hawa.

Pria itu keluar dengan membawa satu bingkisan seperti seserahan dengan ukuran yang lebih besar. Dalam gelapnya malam dan mataku yang minus, aku tidak dapat melihat dengan jelas, bingkisan berisi apa itu.

"Fera," panggil sebuah suara, bersamaan dengan pintu kamarku yang tiba-tiba terbuka.

Seorang wanita berusia empat puluhan tahun berdiri di ambang pintu. Dia ibuku, orang-orang memanggilnya Bunda Hanah. Bundaku terkenal berperangai lemah lembut dan juga ramah. Banyak tetanggaku yang menyukainya.

Bundaku dulu adalah seorang lulusan pondok pesantren Darul Muttaqien. Pesantren yang hampir aku singgahi kalau saja saat itu aku tidak sakit karena menolak pergi ke sana.

Bundaku adalah sosok muslimah yang taat dan suka sekali berbagi ilmu agama. Tidak jarang dirinya di undang untuk mengisi acara dan menjadi penceramah dalam pengajian ibu-ibu sekitar daerah tempatku tinggal.

"Fera," panggilnya lagi. Aku pun tersadar dari lamunanku, lamunan panjang yang berisi kekagumanku padanya.

"Iya, Bunda? Ada apa?" tanyaku.

Bunda masuk ke dalam kamarku. Lalu dengan cepat ia menutup pintu kamar tersebut. Aku mengernyit heran. Tidak biasanya Bunda tampak seperti orang panik.

"Ada apa, Bunda?" tanyaku lagi.

"Kamu sudah mandi, 'kan?" Bunda balik bertanya.

Aku mengangguk, "Sudah," jawabku.

Young WifeyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang