7

241 19 11
                                    

Typo(s)!
.
.
.

Flashback on

"Ale mau pindah sekolah pa. "

Rahmat terkejut.
"Untuk apa kamu pindah? "

"Ale mau melindungi Cita pa!." Sentak Ale.

Dengan tenang Rahmat menjawab.
"Kamu lupa Lendra?. "

Ale terkejut, sudah lama sang papa tidak menyebut nama itu. Nama yang selalu terbayang akan ketegasan sang papa ketika ia dan Cita masih kecil. Nama yang selalu disebut ketika sang papa marah ataupun sedang serius.

Ale tak bisa membantah jika sang papa sudah memanggilnya seperti itu.

"Papa sudah mengeluarkan banyak uang untuk kamu dan adikmu Lendra." Lanjut Rahmat, ketika Ale tidak menjawab. Sadar jika ia salah.

"Papa tidak marah jika kamu tidak dapat mengontrol diri untuk melindungi adikmu, karena itu tugas kamu sebagai abang. Tapi papa akan marah jika kamu mengingkari janji kamu Lendra. "

Ale masih terdiam mencermati perkataan sang papa.

" Kamu janji akan membawa pulang piala kemenangan tingkat internasional, selama ini kamu tidak mempunyai prestasi seperti Rahma. " Sarkas Rahmat.

Ale membisu. Ia tersentak kaget, papanya menggunakan panggilan itu lagi. Panggilan Rahma untuk sang adik, dan Lendra untuknya.

" Kamu meminta papa untuk mendaftarkan kamu di kejuaraan tingkat internasional, kemudian adik kamu mendapat rekomendasi dari pelatih untuk mengikutkan Rahma di kejuaraan yang sama. Kamu tahu kan berapa biaya yang papa keluarkan untuk kamu dan adikmu?. "

Ale mengangguk.

"Dan kamu ingat syarat untuk kejuaraan itu?. " Tanya Rahmat.

"Tidak boleh satu sekolah, karena diambil satu yang terbaik dari setiap sekolah. " Jawab Ale lirih.

Terjadi keheningan diantara ayah dan anak itu.

"Kamu berbeda dengan Rahma. " Rahmat bersuara setelah keheningan yang cukup lama.

"Maksud papa?. "

" Kemampuan Rahma berbeda dengan kamu, kamu jauh lebih tangguh dari dia, Rahma ingin sama seperti kamu, tangguh, dia selalu berlatih lebih keras dari kamu, dia selalu mengikuti perlombaan karate, untuk apa? Agar kamu yakin dengan kemampuan Rahma. Agar kamu tidak selalu melindungi dia, dia ingin kamu melindungi diri kamu sendiri, peduli dengan diri kamu, agar kamu peduli dengan masa depan kamu. Rahma ingin kamu mewujudkan mimpi kamu sendiri Lendra. "

Rahmat memandang gelapnya malam tanpa bintang. Ia mengingat pembicaraannya dengan sang putri sebelum perlombaan terakhir Cita. Keinginan sang putri untuk lebih tangguh dari Ale.

Sepeduli itu kamu sama abang dek?. Batin Ale.

Air mata lolos dari pelupuk mata Ale. Ia segera menghapus air mata itu, agar tidak dianggap lemah oleh sang papa. Selama ini Rahmat percaya akan kemampuan Ale untuk menjaga Cita.

"Papa yakin kalian pasti akan membawa piala kemenangan untuk masa depan  kalian"

Flasback off

Ale mengingat percakapannya dengan sang papa. Ale menghembuskan napasnya kasar dan memejamkan mata hendak tidur.

Ale akan melakukan apa saja untuk adiknya, meskipun itu harus mengorbankan nyawanya sendiri. Ini ia lakukan sebagai bukti rasa sayangnya terhadap Cita, adik semata wayangnya.

SATU KEPING HARAPANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang