8

194 18 0
                                    

Klik ⭐nya dulu sebelum baca.

Ok happy reading guys...

.
.
.
.

Hari ini Cita kembali berangkat sekolah dengan diantar oleh sang papa. Ia berjalan menyusuri koridor dengan bersenandung kecil. Tak lupa juga ia selalu tersenyum apabila ada teman maupun adik kelas yang menyapa.

Cita berhenti sebentar di depan kelas 10 IPA 1. Mengingat kembali apa yang pernah terjadi kepadanya satu minggu yang lalu. Menyunggingkan senyum, Cita berjalan memasuki kelas itu. Tepat didepan pintu masuk ia bertanya kepada adik kelasnya.

"Dimana bangku Davina?" Tanyanya ramah.

"Disana kak" Jawab adik kelas itu sambil menunjuk bangku yang dimaksud.

Cita melangkahkan kakinya menuju bangku yang terletak di tengah-tengah. Sangat strategis untuk gadis yang suka mencari perhatian. Pikir Cita.

Cita duduk di kursi Davina. Menunggu si empunya kursi datang.

Baru lima menit Cita duduk, orang yang ditunggu pun datang.

"Hai... " Sapa Cita ramah.

Davina membelalakkan matanya. Ia terkejut dengan kedatangan kakak kelasnya yang pernah ia bully satu minggu lalu.

Dengan angkuh Davina berjalan menuju bangkunya. Banyak pasang mata yang memperhatikan Cita dan Davina.

"Ngapain lo kesini? " Tanya Davina setelah duduk di kursi sebelah Cita.

"Kamu gak papa kan? " Tanya Cita polos.

Davina mengerutkan dahi heran. Bukankah kakak kelasnya ini yang seharusnya tidak apa-apa?.

Tak mendapatkan respon yang diharapkan Cita melanjutkan kalimatnya.

"Satu minggu yang lalu kamu bully saya... " Gadis itu sengaja menggantungkan kalimatnya. Menunjukkan sorot dingin yang diajarkan abangnya selama dirumah sakit. Agar memberikan aura yang mencekam saat dibutuhkan oleh sang adik.

"Terus? " Jengkel Davina.

"Saya hanya ingin memastikan tidak ada luka sedikitpun di tubuh mulus kamu itu. "

"Karena saya famous di sekolah ini,dan banyak fans yang akan membela saya. Jadi saya hanya ingin memastikan keadaan kamu baik-baik saja. Ini tahun pertama kamu, kamu tidak tahu siapa saya sebenarnya. Tapi saya tahu siapa kamu serta rahasia kamu. Saya hanya memberitahu kamu, jangan sekalipun kamu mengusik orang-orang yang ada di sekolah ini. " Bisik Cita.

"Lo ngancem gue?. " Teriak Davina.

Dengan tenang Cita menjawab.
"Sekali lagi kamu teriak, rahasia kamu akan saya bongkar. " Desis Cita.

"Lo tau apa hah? " Tantang Davina.

Cita tersenyum.

"Dikeluarkan dari sekolah menengah pertama, kasus minuman keras. " Bisik Cita.

Davina menegang. Bagaimana kakak kelasnya tahu rahasia yang telah ditutupi oleh keluarganya?

Cita melenggang pergi dari kelas tersebut dengan sudut bibir yang terangkat sebelah.
.
.
.
.
.

SATU KEPING HARAPANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang