15

145 14 0
                                    

Huhu dah lama ya gak nongol notif dari cerita ini

Gimana ni kabar kalian? Sehat kan pasti.

Gimana-gimana?
Masih mau berlayar gak kapalnya?

Kalian tim mana nih?

Cita x Juna

Cita x Aldo

Cita x Aldi

Davina x Aldo

Dah lah...
Gak typo gak asik

.
.
.

"Nantangin nih bocah. " Ucap pria berbadan paling besar. Ia mengepalkan tangannya. Melayangkan nya ke wajah Cita namun meleset.

Orang yang dihadapi Cita tidaklah banyak, hanya tiga orang dengan tampang preman. Dan menurut Cita mereka hendak membegal Aldo, namun Aldo melawan dengan kemampuannya yang minim sekali.

Mereka menuruti kemauan Cita untuk bertarung one by one, tidak keroyokan. Cita sudah siap dengan posisinya. Kakinya menendang dengan sekuat tenaga tulang kering preman yang bertubuh besar. Tepat sasaran sekali, tidak mau membuang waktu Cita terus menyerang tanpa mau memberikan lawannya kesempatan. Memukul wajah preman itu, menendang perutnya dengan keras hingga preman itu mengeluarkan darah dari bibirnya. Preman itu tumbang.

"Sekarang giliran gue. " Ucap preman yang memiliki tampang seram. Tanpa ba-bi-bu Cita melayangkan pukulannya, namun di tangkis oleh preman itu. Menangkap tangan Cita dan memelintir nya kebelakang. Cita meringis. Sakit sekali, tenaga preman ini tidak main-main. Preman yang lain dengan kepala botak mendekati Cita yang dipiting oleh preman yang satunya. Mengepalkan tangannya hendak memukul, namun kalah cepat dengan serangan Cita. Ia menendang wajah preman itu dengan kuat hingga preman itu terpental kebelakang dan preman yang memiting Cita sampai terjatuh saking kuatnya tenaga Cita.

Cita terjatuh di samping preman itu. Dengan gerakan cepat ia menyerang preman itu tanpa ampun. Membenturkan kepalanya ke jalanan aspal. Darah mengalir dari kepala preman itu. Cita tidak peduli. Pandangannya telah tertutupi oleh nafsunya. Cita berdiri dan menginjak perut preman itu dengan kuat hingga terbatuk. Tanpa Cita sadari, preman yang ia tendang wajahnya melemparkan pisau lipat ke arah Cita.

"Cita! " Teriak Juna tatkala melihat pisau lipat itu melayang. Cita yang mendengar teriakkan Juna menoleh dan menyadari ada pisau yang melayang ke arahnya. Tuhan berbaik hati kepada Cita. Pisau itu meleset dan hanya menggores lengannya saja. Dan tanpa Cita sadari lagi, preman itu sudah melancarkan aksinya. Ketika Cita tidak fokus, ia memukul wajah Cita keras. Cita terjatuh.

Juna panik bukan main. Ambulans dan polisi yang ia telfon belum juga datang.

Preman itu berdiri dihadapan Cita. Mengangkat kakinya untuk menginjak perut Cita. Tenaga Cita habis. Nafasnya memburu. Juna menyadari itu segera mengambil buku kumpulan soal-soal kimia yang tebal dan berat dan digabungkan dengan buku matematika yang tebal pula. Melemparnya kearah preman itu. Tepat sasaran sekali. Buku-buku itu telah mengalihkan perhatian preman itu kepada Juna. Cita tak mau kehilangan kesempatan. Ia berdiri dan menendang preman itu hingga tersungkur. Dengan sisa tenaga yang ia punya, Cita menginjak kepala dan telapak tangan preman itu.

"Lo masih muda. Kenapa gak kerja aja, daripada jadi begal kayak gini. Kaya enggak, makin melarat iya. Duit buat berobat. Bodoh! " Sarkas Cita. Selanjutnya Cita membenturkan kepala preman itu ke aspal hingga berdarah.

SATU KEPING HARAPANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang