10

169 16 0
                                    


Lo mau milikin berlian? Ngaca. Lo gak pantes
.
.
.
.

"Gue pulang dulu guys. " Pamit Juna. Yang diangguki oleh Rian, Aldi, dan Kibo, serta teman-teman nya yang tidak dikenali oleh Juna.

Seperti katanya tadi sore, Juna mengusahakan untuk datang berkumpul dengan Aldi dkk. Jam menunjukkan pukul sembilan malam, dan Juna memutuskan untuk pulang, takut sang mama mengkhawatirkan nya.

Mobil mewah berwarna hitam itu berhenti di hadapan Juna. Tanpa aba-aba ia segera masuk. Ya.. Juna tadi meminta Guan untuk mengantarnya ke tempat pertemuannya dengan Aldi. Ia terlalu malas untuk menyetir mobil sendiri.

"Jalan." Ucapnya ketika sudah duduk di kursi sebelah pengemudi.

"Baik mas Juna. " Patuh Guan.

"Ehmm... Bagaimana acaranya tadi mas? " Usaha Guan untuk mencairkan suasana.

"Kepo banget si kamu... " Goda Juna. Yang digoda hanya menghela napas kesal. Kambuh ni anak, batin Guan.

Guan sudah hapal tabiat majikannya ini, tanpa ditanya pun ia akan menceritakannya sendiri. Mengingat Juna adalah pribadi yang suka mengoceh.

"Juna gak tau kenapa mereka tiba-tiba deketin Juna. " Lirihnya.
"Mereka gak akan manfaatin Juna kan? " Tanyanya polos.

Dengan sabar Guan menjawab.
"Menurut saya mereka tidak memiliki niat buruk mas, mungkin tujuan mereka hanya mendekatkan diri dengan mas Juna. "

"Juna takut... "

"Mas Juna gak perlu takut, ada Guan yang selalu jagain Mas Juna. " Jawab Guan berusaha menenangkannya. Ia paham jika Juna takut dimanfaatkan oleh teman-teman nya karena memiliki harta yang melimpah seperti saat ia disekolah lamanaya dulu. Itu membuat Juna enggan untuk memiliki teman dekat.
.
.
.

"Hubungan lu sama Davina gimana bos? " Tanya Ben.

Yang ditanya pun hanya mengendikkan bahu acuh. Kemudian menyeruput cappucino coffee nya.

"Lu rela gak kalo Davina gue deketin? " Pancing Rici.

"Mati lo. " Sarkas Aldo.

"Kemarin gue mau deketin Cita, gak lu bolehin. Sekarang si Rici mau deketin Davina gak lu bolehin juga. Katanya gak suka sama Davina. Tapi kok masih elu pertahanin? " Sarkas Erik sepupu Rici.

"Gue gak mau kehilangan Cita, dan gue juga gak mau ngelepas Davina. " Terang Aldo.

"Kenapa? " Ben bertanya dengan santai. Tau jika temannya ini sedang bimbang dengan perasaannya sendiri.

"Gue yakin, gue masih bisa balikan sama Cita. "

"Setelah apa yang elu lakuin ke Cita? " Sarkas Erik.

"Maksud lu apa Rik? " Tanya Aldo tak Terima dipojokkan.

"Yah... Kita semua tau elu ninggalin Cita demi Davina. Dan elo ingkar sama kita. " Ucap Erik meninggalkan mereka semua.

Aldo yang bingung dengan sikap Erik, bertanya kepada Ben.

Ben yang mengerti pun menjawab.
"Lu janji gak bakal nyakitin Cita bos. Dan janji lu itu bayaran buat kita, atas semua usaha yang kita lakuin buat elu deket sama Cita, bahkan sampe pacaran. " Ben pun ikut menyusul Erik.

"Kita juga tau sebelum pacaran sama Cita elu player-mainin perasaan cewek-, dan elu janji bakal berhenti setelah pacaran sama Cita. Tapi apa ini? Sekarang elu pastiin perasaan lu. Davina atau Cita yang elu pilih. Kita udah gak mau ikut campur. " Sambung Rici, segera menyusul Ben dan Erik. Meninggalkan Aldo sendiri.

SATU KEPING HARAPANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang