Suara gedoran dari luar terdengar makin lama makin tergesa-gesa. Oriana melangkahkan kakinya untuk memarahi siapapun yang ada dibalik pintu, saat membuka pintu belum sempat ia berteriak, yang ada dirinyalah yang menutup telinga karena omelan beruntun milik Travis.
"OH TUHAN KALIAN BELUM SIAP? KAMU BARU BANGUN TIDUR? WHAT THE HELL ORIANA? KAMU TAHU JAM BERAPA SEKARANG? CEPAT SIAP-SIAP! KITA BISA TERLAMBAT. INI HARI YANG PALING KU TUNGGU-TUNGGU!" sembur Travis dan menerobos masuk menuju ranjang untuk menarik kaki adiknya, Lea.
"Apa-apaan ini?" Lea yang belum sepenuhnya sadar mengeluarkan protesnya saat kakinya ditarik kasar. "Bangun pemalas! Kita bisa terlambat menuju Royal Palace. Katamu itu kesempatan sekali seumur hidup. Cepat mandi dan bersiaplah! Mandi saja dikamarku, sepertinya Oriana sedang memakai kamar mandi kalian." mendengar Royal Palace, Lea segera bangkit dan menarik Travis menuju kamar kakaknya untuk bersiap-siap.
Persiapan dua wanita itu memakan waktu empat puluh lima menit. Beruntung peserta tour yang lain masih duduk di restoran menikmati sarapan pagi. Travis segera melambaikan tangannya agar Oriana dan Lea melihatnya. "I can't believe you guys still look stunning with the short time of preparation, especially you Ri." sontak Lea menarik kasar rambut Travis, tidak terima kakaknya lebih memuji sahabatnya. Oriana hanya tertawa melihat tingkah keduanya.
"Aku butuh kopi, rasanya pengar bekas mabuk semalam masih terasa. Aku jadi menyesal menuruti keinginan Lea, kalau tahu dia akan bertingkah memalukan seperti tadi malam aku pasti menolak mentah-mentah ajakannya ke club." sindir Oriana pada gadis berambut curly, yang pagi ini tidak sempat meluruskan rambutnya. Lea pura-pura tidak dengar sindiran Oriana dan sibuk memakan croissant coklatnya.
"Jadi itu sebabnya kalian bangun terlambat huh? Beruntung tadi malam aku tidak ikut, kalau aku ikut mungkin kita bertiga tidak akan bisa mengunjungi Royal Palace hari ini karena kita semua teler di kamar." ungkap Travis sambil meminum kopi hitamnya. "Itu Leo sudah memanggil kita, cepat habiskan sarapan kalian." ujarnya buru-buru.
"Ori apa kamu ingat laki-laki tadi malam yang membelikan kita minum? Aku merasa wajahnya familiar." Oriana lantas menggeleng, "Familiar my ass, kamu mabuk semalam. Bagaimana kamu bisa mengingat wajah laki-laki asing?" balasnya.
"Saat dia datang aku belum mabuk Ori, percayalah. Lagipula kamu tidak bisa meremehkan kemampuanku mengingat wajah lelaki tampan." jawab Lea yang sibuk merapikan rambutnya.
"Aku tidak ingat wajahnya Le, semalam cahayanya remang-remang. Lagipula aku sibuk memperhatikan gerak gerikmu agar tidak melakukan hal-hal yang memalukan, tapi usahaku ternyata sia-sia." balas Oriana sambil mengedikkan bahu yang direspon Lea dengan memutar bola matanya.
***
Allerick memasuki ruang makan dan mengernyit saat melihat Conrad, saudara laki-lakinya yang berbeda ibu. "Apa yang kau lakukan disini Conrad? Bukankah kau memutuskan untuk pindah ke bagian timur Montania?" ejek Allerick, yang ditanya olehnya hanya balas memandang dan memuculkan senyuman miring.
Conrad mengambil saputangan dan mengelap mulutnya, ia melempar kasar saputangan ke atas meja dan berdiri dari kursinya. Kemudian kedua kaki panjangnya melangkah menuju Allerick, ia membungkuk dan membisikkan, "Aku memiliki agenda kecil disini Saudaraku, sebentar lagi aku akan bertemu dengan si bulan sabit. Seperti takdir, aku dan dirinya terus menerus dipertemukan secara kebetulan, mulai dari di Huntsdale, kemudian tadi malam, dan aku yakin takdir akan membawanya menemuiku sebentar lagi." Ia menegakkan badannya dan memperbaiki kerah baju Allerick yang sebenarnya tidak berantakan dan tersenyum mengejek.
Allerick menepis tangan Conrad dan menatapnya tajam, "Aku tidak peduli dengannya, hanya Yvonne yang menjadi fokusku saat ini. Aku ikut senang kau sudah menemukan permainan baru sehingga kau tidak perlu mengganggu Yvonne lagi." Conrad tidak merespon Allerick, ia melanjutkan langkahnya keluar dari ruang makan yang membuat dirinya merasa panas.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE ROYAL PALACE OF MONTANIA
RomancePERATURAN #3 Jangan tatap matanya PERATURAN #2 Jangan bicara dengannya PERATURAN #1 Jangan pernah menarik perhatiannya Ketika peraturan-peraturan yang selama ini dipegang erat oleh Oriana untuk menjaga dirinya tidak lagi berlaku, semua hal dalam hid...