5

242 24 0
                                    

.
.
.
.
.
.
.
Langkah kaki Wei Wuxian membawanya menuju ke perpustakaan. Selama perjalanan, dilihatnya suasana sekolah yang tampak lebih lengang dibandingkan saat jam sekolah tadi.

Kini hanya tersisa pria tua yang menjadi tukang kebun sekolah sedang menyirami tanaman-tanaman di taman menggunakan selang, dan para anggota klub basket yang tengah berlatih tanding di lapangan basket tak jauh dari taman. Suara riuh penonton menjadi pelengkap dari permainan mereka.

Beberapa siswa terlihat tengah melakukan lari kecil di lingkungan sekolah, sekedar untuk menghabiskan waktu mereka yang enggan untuk pulang lebih awal ke rumah.

Sesampainya di perpustakaan, Wei Wuxian bergegas untuk masuk. Suasana perpustakaan yang sunyi menyambutnya. Hanya tersisa sang penjaga perpustakaan yang tengah tertidur di tempatnya dan seorang pemuda yang duduk di sudut perpustakaan bersama buku-bukunya.

Wei Wuxian menghampiri pemuda itu, "Maaf membuatmu menunggu, Lan Zhan! Aku ada jadwal piket tadi hehehe..." ujar Wei Wuxian dengan cengiran lebarnya.

"Mn... tidak masalah," jawab Lan Wangji.

"Eeh... Lan Zhan, apa Sabtu besok kau senggang?"

"Mn... aku senggang. Ada apa?"

"Bagaimana kalau hari Sabtu kita ke toko buku? Ada beberapa buku yang ingin ku beli, sekalian aku ingin meminta rekomendasi buku darimu. Bagaimana?"

"Baiklah. Aku juga ingin membeli beberapa buku referensi,"

"Kalau begitu besok Sabtu kita bertemu di taman kota pukul 10 pagi ya...!"

"Mn..." jawab Lan Wangji sambil menganggukkan kepalanya, lalu mengalihkan kembali perhatiannya ke buku yang dibacanya.

"Lan Zhan, ada soal yang ingin kutanyakan padamu," ujar Wei Wuxian sambil mengeluarkan selembar kertas soal dari dalam tasnya. "Aku berulang kali mencobanya memakai rumus-rumus lain, tapi tetap tidak ketemu."

Lan Wangji mengambil kertas tadi dan memerhatikan soalnya. Lalu diambilnya pensil dan dituliskannya rumus di kertas itu.

"Semua rumus yang kau pakai salah. Harusnya cari dulu nilai X nya, baru kau masukkan di rumus ini. Atau kalau ingin cara lebih mudah, samakan dulu pangkatnya lalu pakai rumus yang kedua ini,"

Wei Wuxian hanya terpaku memerhatikan Lan Wangji.

"Lan Zhan terlihat makin tampan bila dilihat dari dekat!" Batin Wei Wuxian.

"Apa kau paham, Wei Ying?"

"Wei Ying!" Lan Wangji agak mengeraskan suaranya.

"Eh.. apa?? Ooh... aku cukup paham Lan Zhan. Hehe... terimakasih!" Jawab Wei Wuxian yang terkejut dengan panggilan Lan Wangji tadi.

"Mn..."
.
.
.
.
.
.
.
.

MENGEJARMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang