3. Penghuni Baru

59 34 0
                                    

"hei Ayu, udah lama gak jumpa. Kamu beda banget yaa, lebih modis" ujar Roy dengan candaan.

"elah bisa aja. Lu juga beda, lebih tampan. Sebelumnya culun haha" tutur Ayu.

"hey hey, ini masanya reunian ya? Kok aku gak kenal siapa-siapa? Aku dimana? Aku siapa?" ucap Rina dengan wajah mengejek.

Wajah mereka memerah seperti ada blush on yang baru dipoleskan dipipi mulus mereka.

"hem Ayu dan Rina istirahatnya dikamar atas aja ya. Kamar bawah cuma satu, aku tidur dibawah. Kamar atas ada tiga, tapi yang paling ujung jangan dipakai yaa, terserah kalian pilih yang mana" tutur Roy.

"oke roy" jawab Rina dan Ayu serentak.

Mereka menaiki tangga yang tampak dimakan usia. Ada debu dimana-mana, tapi Roy hanya membersihkan kedua kamar saja sebagai tempat peristirahatan teman-temannya.

Tanpa bertanya, Rina dan Ayu segera memilih kamar yang akan mereka tempati. Rina berjalan lebih dulu kearah kamar dekat tangga dan membuat wilayahnya.

"ini kamarku ya, yang lebih dekat dengan tangga" ucap Rina.

"yahh, kita beda kamar rin? Lu mah tega sama gue. Gue kan penakut, apalagi dirumah yang udah lama kosong ini" tutur Ayu dengan wajah takut.

"jiaah, lu mah dimana-mana takut. Gue gak mau sekamar sama lu, lu kalau tidur usus gue lu teken-teken, kaki lu sampai ke mulut gue" tambah Rina.

"malam ini aja ya. Please!" ucap Ayu.

"oke, tapi awas aja lu buat onar pas tidur ya" titah Rina.

"iya bawel" jawab Ayu dengan sumbringah dibibirnya.

Mereka tenggelam diatas ranjang tua berwarna cokelat dengan kelambu lama dan kursi goyang disudut ruangan.

Beberapa menit kemudian

Tok Tok Tok Tok Tok Tok Tok Tok Tok Tok

Suara itu terus menghantui telinga seisi rumah.

"aduuuh, suara apa itu? Kenapa ada yang ngetok selarut ini?" tanya Rina menggerutu.

Rina melihat Ayu yang sudah larut dalam dunianya di alam mimpi. Rina tak tega membangunkan sahabatnya itu. Rina bergegas membuka pintu kamar dan menuruni tangga demi tangga untuk melihat siapa gerangan dibalik ketokan tanpa henti itu.

Rina melihat pintu kamar Roy tertutup dan enggan untuk memberitahunya. Rina dengan ragu-ragu membuka pintu depan rumahnya.

Kriek kriek

Tampak seorang ibu yang sudah lanjut usia berbaju kebaya lusuh tersenyum didepan pintu. Rambutnya sudah memutih sebagian, giginya terlihat kekungingan, dan nada jawa tak hilang dari logat bicaranya.

"punten mbak, saya Mbok Nimas. Saya melihat kedatangan mbak sedari tadi. Saya tinggal didekat sini. Maukah mbak menerima saya bekerja disini untuk membantu mbak? Saya bisa mencuci, memasak, setrika, atau bersih-bersih rumah. Saya bisa apa saja, saya butuh pekerjaan mbak" Ucap Mbok Nimas dengan logat jawanya.

"oh iya, saya masih belum butuh sih mbok. Besok pagi aja mbok balik lagi kesini ya. Biar saya tanya dulu ke temen-temen saya ya mbok" jawab Rina dengan sopan.

Tidak ada jawaban, Mbok Nimas meninggalkan Rina berlalu pergi secepat hembusan angin. Rina tak menghiraukannya, dan hendak masuk kembali kekamarnya.

Rina membalikan badan dan kaget dengan kehadiran Roy dibelakangnya.

"heh, sejak kapan lu dibelakang? Bikin kanget gue aja" ucap Rina.

"barusan sih. Tadi siapa? Kenapa jam segini bertamu?" tanya Roy.

Desa ZeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang